CHAPTER 12 [REVISI]

90.8K 6.8K 11
                                    

Memeluk selimut lembut itu dengan tubuh yang ia guling-gulingkan ke kanan dan ke kiri, sehingga tubuh Rashelyna sepenuhnya berada dalam gulungan selimut seperti kepompong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memeluk selimut lembut itu dengan tubuh yang ia guling-gulingkan ke kanan dan ke kiri, sehingga tubuh Rashelyna sepenuhnya berada dalam gulungan selimut seperti kepompong.

Ia teramat nyaman dengan posisi seperti ini hingga melupakan koper yang ia simpan di sembarang tempat. Tak sadar bahwa sedari tadi sosok lelaki tengah memperhatikan tingkah lakunya di depan pintu sembari bersidekap dada.

"Aku lapar," gumam Rashelyna tetapi masih bisa didengar oleh lelaki itu.

"Tapi malas..."

Arkielga mendekati gadis itu, ia duduk di tepi ranjang memperhatikan dengan jelas wajah Rashelyna yang sepenuhnya tenggelam pada selimut.

"Rashel," panggilnya.

"Hm?" Rashelyna mengerjapkan mata, ia buru-buru bangkit. Tetapi tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh dari kasur. Ia kesulitan melepas selimut tebal itu hingga sebuah tangan besar membantunya.

Merasa Arkielga tengah berjongkok di hadapannya membuat wajah Rashelyna menunduk menahan malu, ia terlihat konyol.

"Bersiaplah," ujar lelaki itu berdiri.

Gadis itu mendongak. "Untuk apa?"

"Rumah sakit."

Arkielga mengulurkan tangan berniat membantu gadis itu untuk bangun. Ia membenarkan rambut Rashelyna yang berantakan.

"Kau lapar?" tanya Arkielga.

"Tidak."

"Baiklah, aku tunggu di bawah." Setelah mengucapkan itu, Arkielga beranjak pergi. Rashelyna melihat kepergian lelaki itu dengan sebal, harusnya tadi ia mengatakan iya saja. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi, namun karena gugup ia jadi melupakannya. Sungguh bodoh!

Dan lagi, ia disuruh untuk bersiap dan lelaki itu mengatakan rumah sakit. Sebenarnya ia tidak mengerti, mungkin Arkielga mengajak dirinya pergi ke rumah sakit. Tetapi untuk apa pergi kesana, apa ada yang sakit?

***

Benar saja, saat ini mereka berdua sudah berada di rumah sakit. Arkielga menyuruhnya untuk duduk di kursi tempat menunggu sedangkan lelaki itu pergi ke meja resepsionis.

"Ayo," ajak Arkielga, ekspresinya terlihat dingin.

Rashelyna berjalan di belakang lelaki itu dengan sesekali menutup hidung. Bau yang merupakan ciri khas rumah sakit sangat menyengat.

Sesampainya di depan sebuah ruang inap, Arkielga memasuki ruangan itu. Kaki Rashelyna hendak melangkah namun terhenti ketika mendengar suara.

"Kau tunggu di luar."

Kening gadis itu mengerut saat punggung lelaki itu tidak terlihat. Ia berdecak malas. Tujuannya untuk apa membawa Rashelyna kalau begitu. Karena penasaran, gadis itu mengintip sedikit lewat jendela ruangan. Seketika tubuhnya membeku melihat pemandangan yang ia lihat.

Seorang wanita cantik dengan wajah pucat terbaring lemah, berbagai alat medis menancap di tubuhnya. Ia bisa melihat Arkielga tengah memegang lengan wanita itu dengan sesekali mengecupnya.

Jantung Rashelyna seketika berdetak kencang.

Arkielga berdiri setelah beberapa menit terdiam memandangi wajah wanita itu. Sebelum beranjak ia menyempatkan untuk mengecup kening wanita itu dengan lembut.

"Cepatlah bangun, aku merindukanmu."

***

Dalam perjalanan pulang mereka dilanda keheningan. Wajah Rashelyna menatap pada kaca, seolah enggan untuk sekedar melirik lelaki disampingnya. Begitu pula dengan Arkielga, ia tengah sibuk berkutat dengan ponselnya. Rashelyna sama sekali tidak berniat untuk menanyakan siapa wanita itu.

Menghela napas perlahan, gadis itu terus saja memikirkan kejadian tadi. Siapa wanita itu? Dan sepertinya Arkielga sangat dekat dengan wanita itu. Apa mungkin kekasih dari lelaki itu?

Atau mungkin dia adalah istri pertama Arkielga, dan Rashelyna merupakan istri kedua. Jikalau benar wanita itu merupakan istrinya, lalu mengapa ia menikahi Rashelyna. Tetapi Rashelyna berpikir mungkin karena istrinya sakit dan lelaki itu kesepian lalu mencari wanita lain seperti Rashelyna sekarang.

Rashelyna menggelengkan kepala karena pikiran konyolnya. Ia menatap kembali pada kaca mobil. Jika kisah Rashelyna ada di sebuah novel, mungkinkah novel tersebut berjudul 'Suamiku suami wanita lain' atau 'Suamiku mencintai wanita lain'.

Gadis itu kembali menggelengkan kepala. Terlalu rumit. Pasalnya Shelyn yang menempati tubuh Rashelyna dibuat bingung dengan kehidupan Rashelyna. Ia takut akan terjadi hal besar ke depannya.

"Ada apa?" Suara berat itu terdengar. Rashelyna menoleh ke samping. Arkielga bertanya tapi sama sekali tidak mengalihkan tatapannya. Gadis itu menghembuskan napas dengan kasar.

"Tidak."

Tetapi setelah melihat kejadian itu, entah kenapa Rashelyna tidak merasakan perasaan seperti sakit hati atau cemburu. Justru ketika jantungnya berdetak dengan kencang itu karena dia syok. Itu berarti Rashelyna tidak memiliki perasaan apapun pada lelaki itu dan itu cukup membuat Rashelyna bernapas lega. Setidaknya ia tidak perlu repot-repot galau ketika wanita itu memang benar istri Arkielga atau kekasihnya.

Jika nanti wanita itu terbangun dari koma, Rashelyna akan pergi dari lelaki itu. Ia ingin bercerai agar Arkielga bisa hidup bahagia dengan wanita itu. Rashelyna hanya ingin hidup dan menikah bersama lelaki yang juga mencintainya dengan tulus.

"Papa!" Suara anak kecil terdengar saat Rashelyna telah sampai di rumah mertuanya. Ternyata mereka tidak langsung pulang karena Arkielga bilang ia akan berkunjung ke rumah orang tuanya.

Seorang anak kecil sekitar umur tiga tahun berlari dari arah pintu lalu memeluk Arkielga. Lelaki itu membalas pelukannya. Rashelyna kembali membeku dengan kejadian yang tidak terduga.

Tiba-tiba sang anak menangis kecil di pelukan Arkielga.

"Mengapa menangis?" bisik Arkielga.

"Papa... Hiks... "

Mata Rashelyna membulat. Arkielga ternyata sudah mempunyai anak. Mungkinkah itu anak dengan wanita yang ia lihat di rumah sakit? Jika benar, tega sekali lelaki itu meninggalkannya demi perempuan lain. Dan sialnya perempuan itu adalah Rashelyna.

Anak kecil itu menangis tersedu membuat Rashelyna menatap iba. Dia terlihat imut sekali dengan mata bulatnya yang menyipit karena menangis. Pipi tembemnya seperti bakpau dan Rashelyna seketika ingin menggigitnya gemas.

Mereka menguraikan pelukan dengan Rashelyna yang masih setia berdiam diri menunggu di belakang Arkielga. Pandangan anak kecil itu mengarah pada Rashelyna.

"Mommy?"

***

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟐𝟔 𝐌𝐚𝐫𝐞𝐭 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟒 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang