"Apa masih sakit?"
Rashelyna menggeleng lalu menghela napas untuk kesekian kalinya. Arkielga sudah bertanya dengan pertanyaan yang sama beberapa kali.
"Aku sudah baik-baik saja, Kiel. Tapi—"
Arkielga menaikkan sebelah alis menunggu kalimat yang akan dilontarkan oleh gadis itu.
"Aku ingin sesuatu."
"Katakan."
"Janji tidak akan marah?"
"Untuk apa aku marah?" tanya Arkielga menatap Rashelyna heran.
"Semalam Viesa mengirim pesan untukku, dia bilang..." Rashelyna menatap takut-takut ke arah suaminya. "Dia bilang ingin mengajakku bertemu."
"Tidak."
Bibir Rashelyna cemberut. Sudah ia duga, lelaki itu pasti tidak akan mengizinkannya.
"Berani sekali dia!" ucap Arkielga tajam.
"Please! Aku sudah menyetujui itu—"
"Ck!"
Arkielga berdiri dan melangkah keluar kamar. Buru-buru gadis itu turun dari kasur dan mengikuti langkah lebar suaminya. Ia menunduk sembari memainkan jari-jari mungilnya.
"Please..." cicitnya.
Lelaki itu terus berjalan dan sama sekali tak mengubris Rashelyna yang berada di belakangnya. Ekspresi wajahnya terlihat dingin dan datar.
Gadis itu terus mengekor hingga sampai di ruang kerja suaminya.
"Kiel..."
Arkielga hanya fokus pada laptopnya. Bibir Rashelyna semakin melengkung ke bawah.
"Kali ini saja, aku sudah lama tidak keluar rumah. Kau tahu? Aku sangat bosan."
Gadis itu semakin gusar. Pasalnya semalam ia sudah membalas pesan bahwa ia menyetujui ajakan Viesa. Jika ia batalkan begitu saja, ia takut Viesa akan kecewa.
"Aku akan pergi, ya?"
"Berani melangkah keluar, kupastikan kau tidak akan bisa berjalan," sinis lelaki itu.
"Ihh! Kali ini saja, aku janji akan pulang cepat, oke?"
Arkielga diam dan terus fokus pada layar di hadapannya.
"Please?"
"Kali ini saja... Kiel..."
"Aku ingin bertemu dengannya."
"Ya? Boleh, kan?"
Arkielga berdecak malas.
"Aku akan mengizinkan mu—"
"YEAYYY!!" potong gadis itu cepat sambil melompat kesenangan. Tatapan Arkielga menajam saat kalimatnya dipotong begitu saja tetapi sedetik kemudian langsung merubah ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASHELYNA
General FictionSeorang gadis cantik penuh ceria memiliki nasib yang malang setelah ibunya meninggal. Dirinya selalu mendapat kekerasan dan berakhir meregang nyawa akibat perbuatan ayahnya sendiri. Di saat-saat terakhirnya dia berharap diberikan sebuah kesempatan...