CHAPTER 39 [REVISI]

50.4K 4.1K 78
                                    

Perlahan sinar matahari memasuki tirai jendela, tetapi tak membuat kedua insan yang tengah tertidur dalam gulungan selimut tebal itu terusik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan sinar matahari memasuki tirai jendela, tetapi tak membuat kedua insan yang tengah tertidur dalam gulungan selimut tebal itu terusik.

Terdengar suara kicauan burung membuat kening Rashelyna mengernyit. Dengan bibir yang menguap pelan, wanita itu membuka mata sambil menyipit. Saat beberapa detik, mata cantiknya terbuka sempurna. Dia terkejut begitu melihat wajah tampan Arkielga yang sangat dekat dengan wajahnya.

Rashelyna menatap wajah suaminya yang damai saat tertidur. Dia tersenyum kecil dengan pipi yang sudah merah merona mengingat kejadian semalam. Sedetik kemudian kepalanya menggeleng cepat.

Ya ampun, mengapa aku jadi memikirkan itu?

Tangan mungilnya memegang dada bidang Arkielga yang tak tertutupi apapun. Dia mendorong pelan agar tubuh pria itu sedikit menjauh. Kalau terus-terusan seperti ini, dia bisa-bisa kehilangan oksigen. Karena sedari tadi Rashelyna menahan napas.

Tetapi Arkielga malah menarik dirinya lagi dan memeluknya dengan erat hingga kini tubuhnya menempel pada pria itu.

Deg

Deg

Tak hanya itu, tangan kekar Arkielga melingkar di pinggangnya kuat menahan agar wanita itu tak kabur.

Rashelyna menahan napas kembali.

"Kiel," panggilnya dengan suara kecil.

Arkielga bergerak semakin dekat dan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher wanita itu. Napas hangat yang menerpa kulit lehernya membuat kesan menggelitik. Rashelyna bergerak tak nyaman. Dia mencengkeram selimut putih yang membungkus dirinya.

"Bangun..."

Karena tak mau terus berada di posisi seperti itu, Rashelyna menepuk pelan pipi Arkielga.

Pria itu sedikit terusik. "Hm."

"K-kau tidak pergi ke kantor? Ini sudah siang."

Wanita itu melirik ke arah jam di atas nakas yang menunjukkan pukul delapan pagi. Biarlah dia membohongi suaminya agar dia cepat bangun. Tubuhnya terasa sangat remuk.

"Wait, aku masih ingin bersamamu," jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Menjauhlah dikit, berat tahu!"

Arkielga menarik dirinya, mata gelap itu sudah terbuka dan menatap istri kecilnya dengan sayu.

"Tidur lagi," ucapnya.

"No! Aku ingin mandi."

Rashelyna hendak berdiri, namun ia tidak sadar jika selimut itu sedikit melorot menampilkan lekuk tubuhnya. Panik, dengan cepat dia menarik selimut itu saat melihat tatapan yang Arkielga berikan padanya.

Dia meneguk ludah pelan. "S-sudah ya?" tanyanya dengan hati-hati sembari tersenyum manis.

Tetapi dirinya menghembuskan napas lelah saat mata Arkielga menggelap.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang