CHAPTER 22 [REVISI]

76.6K 5.3K 16
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Seorang gadis cantik yang sudah rapi dengan memakai seragam putih abu buru-buru membereskan peralatan sekolahnya. Hari ini ia bangun kesiangan!

Gadis itu berjalan ke luar rumah tanpa sarapan karena sudah tak sempat. Tetapi dirinya memang sudah terbiasa tak sarapan terlebih dahulu.

Ia berpikir sejenak saat sudah selesai memakai sepatu. "Pakai sepeda apa naik bus ya?"

Gadis itu kembali melihat jam di tangannya. Ia berdecak pelan, seumur-umur baru kali ini gadis itu bangun kesiangan. Padahal semalam sudah ia pasang alarm.

Tangannya menepuk pelan kening, ia lupa kalau tadi saat alarm itu berbunyi dirinya malah mematikannya tanpa sadar.

Ia langsung pergi menuju tempat sepedanya berada. Mungkin ia akan menggunakan sepeda saja.

Gadis itu mulai mengayuh pedal sepeda dengan cepat. Jarak menuju sekolah dari rumahnya cukup jauh. Ia menyeka keringat sambil melirik jam tangan.

Tamat riwayatnya! Ia tidak mau di hukum!

Mata nya berkaca-kaca. Bisa dibilang gadis itu tak pernah sekalipun telat. Ia akan selalu datang lebih pagi dan tepat waktu.

Namun, anehnya mengapa ketika ia melihat orang lain yang selalu datang terlambat terlihat begitu santai? Berbeda dengan gadis itu yang merasakan cemas dan takut.

Krak

Saat sudah di tengah jalan. Tiba-tiba gadis itu mendengar bunyi yang berasal dari sepedanya. Kakinya berhenti mengayuh karena sepeda tidak berfungsi.

Ia melihat bagian bawah sepeda. Nasibnya sangat sial sekali hari ini karena rantai sepeda ternyata sudah lepas.

"Astaga! Bagaimana ini?" lirihnya lemas.

Tanpa pikir panjang, ia mendorong sepeda itu sambil berlari. Gadis itu menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri. Alhasil,

Tinnnn

Tubuhnya menegang kala mobil hitam berhenti sangat dekat dengan tubuhnya. Hampir tertabrak! Jantungnya berdegup kencang dengan kaki yang sudah seperti jelly. Ia menjatuhkan dirinya di aspal dengan sepeda yang tergeletak.

Terdengar bunyi pintu mobil yang ditutup dengan kasar.

"Kau cari mati?!" bentak seseorang.

"Apakah aku tidak jadi mati?" gumam gadis itu belum sadar.

"Kau tuli?" tajam orang itu lagi membuat sang gadis tersentak kaget. Ia mendongak ingin melihat siapa gerangan orang itu. Namun sayang, pandangannya buram. Dirinya tidak bisa melihat dengan jelas siapa dia. Tetapi ia masih bisa melihat postur dari orang itu, sepertinya dia seorang lelaki.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang