Setelah makan siang, lengan Rashelyna ditarik oleh anak kecil itu.
"Efzy, jangan ditarik-tarik begitu, kasihan Kakak Rashel, " tegur Adira.
"Mommy," rengek Efzy ketika Rashelyna berhenti.
Melihat wajah cemberut yang menurutnya menggemaskan, Rashelyna berjongkok. Ia mencubit gemas pipi gembul itu. Adira menggelengkan kepala sembari terkekeh geli melihat tingkah Efzy.
"Efzy mau apa?" tanya Rashelyna menangkup pipi Efzy.
Anak kecil itu mengerjapkan mata lucu. Ia kembali menarik lengan Rashelyna. Sesaat telah sampai di kamar anak kecil itu. Ruang kamar yang dihiasi oleh gambar kartun. Begitupula mainan yang sudah berserakan di atas lantai.
Efzy menarik tangan Rashelyna menuju tempat tidur. Anak kecil itu merangkak naik dan berbaring pada kasur tanpa melepaskan genggamannya.
"Efzy mau bobo?"
"Bobo..."
Rashelyna tersenyum kemudian ikut berbaring di sebelah Efzy. Ia memeluk tubuh Efzy. Sepertinya anak kecil itu tengah mengantuk dan ingin tidur.
Gadis itu mengusap pelan kepala Efzy. Tak lama, anak kecil itu langsung tertidur. Rashelyna memandangi wajah Efzy. Entah kenapa ia ingin sekali mencubitnya karena tak tahan dengan kelucuannya.
Setelah dirasa Efzy sudah tertidur pulas. Dengan perlahan gadis itu beranjak untuk membereskan mainan yang berserakan. Ia hanya takut jika anak itu terluka karena menginjak mainan.
Eh? mengapa Rashelyna jadi sepeduli ini?
***
Rashelyna yang masih setia berdiam diri menunggu di belakang Arkielga. Pandangan anak kecil itu mengarah pada Rashelyna.
"Mommy?"
Mata Rashelyna seketika membulat kala anak kecil itu berlari menubruk tubuhnya dengan kuat.
Anak kecil itu kembali menangis. Karena tak tega akhirnya Rashelyna menggendong anak itu. Ia mengusap air mata yang berjatuhan di pipinya.
"Mommy... Hiks..."
Gadis itu menatap pada Arkielga yang juga tengah menatapnya dengan ekspresi terkejut. Arkielga menaikkan sebelah alis.
Melihat Rashelyna yang kebingungan, Arkielga mendekat berniat mengambil alih anak kecil itu. Namun saat akan memegang tubuhnya, anak kecil itu malah mengeratkan pelukannya di leher Rashelyna.
Rashelyna menggelengkan kepala tanda bahwa ia tidak apa-apa.
"Mengapa menangis?" tanya Rashelyna lembut mengelus rambut anak kecil itu.
"Angan elgi Mommy hikss..." lirih anak itu dipelukan Rashelyna.
"Hm? Iya Mommy tidak akan pergi." Entah kenapa Rashelyna bisa mengerti apa yang diucapkan oleh anak itu. Dan lagi setelah mengucapkan kalimat itu, seketika membuat tangis anak kecil itu mereda.
"Ya ampun, Efzy! Oma kira kau ke mana. Eh Kiel? Rashel? Kenapa kalian disitu? Ayo sini masuk." Tiba-tiba Adira datang.
Arkielga menarik lengan Rashelyna memasuki rumah. Efzy si anak kecil yang menangis tadi tengah duduk anteng di pangkuan Rashelyna sembari memainkan mainan robotnya.
"Efzy, sepertinya rindu padamu Rashel, " celetuk Adira.
Arkielga terdiam melihat interaksi antara Rashelyna dengan Efzy. Ia tahu Rashelyna kehilangan ingatannya, namun setelah dipertemukan kembali dengan Efzy, gadis itu sepertinya memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Efzy.
Ia kembali terdiam saat Rashelyna tengah membereskan mainan. Rashelyna yang sadar akan kehadiran lelaki itu kemudian berdiri.
Karena tak ingin tambah penasaran, dengan penuh keberanian akhirnya ia menghampiri Arkielga.
"Ar, aku ingin bertanya."
"Tanya saja."
Rashelyna sedikit berdehem. "Efzy... Itu siapa ya? Apakah anakmu?"
"Iya."
"Anak kita?" tanya Rashelyna sekali lagi.
Lelaki itu mengerutkan kening. "Bukan."
Rashelyna terdiam, jadi Efzy bukan anaknya? Lantas di mana ibu dari anak kecil lucu itu. Mungkin wanita di rumah sakit yang merupakan ibunya. Secara, kan, wanita itu adalah istri pertama Arkielga.
"Oh begitu, baiklah."
"Kita akan menginap."
Gadis itu mengangguk saja sembari berjalan keluar mengikuti langkah Arkielga. Mereka kini tengah berada di ruang tamu. Adira dan juga Rega ada di sana.
"Rashel sini, Nak," ajak Adira menepuk tempat duduk di sebelahnya.
"Bagaimana dengan harimu?" tanya Adira mengelus rambut Rashelyna.
"Baik, Ma."
"Apakah Arkielga merawatmu dengan baik?"
Seketika gadis itu menatap Arkielga yang sedang menonton televisi bersama Rega.
"I-iya."
"Sepertinya Rashel kita menjadi pendiam," celetuk Rega membuat Adira tertawa.
"Benar sekali, kau itu dulu sangat tidak bisa diam, selalu harus melakukan sesuatu."
Rashelyna menggaruk pipi, sepertinya Rashelyna ini dulu pecicilan. Bahkan Darlina saja berkata demikian. Mana dibilang suka recokin tetangga lagi.
"Memangnya aku dulu bagaimana?" tanya gadis itu.
"Tanya saja pada suamimu," kata Adira mengedipkan sebelah mata.
Melirikan sedikit matanya, oh tidak! pasti itu sangat memalukan. Rashelyna tidak berani bertanya. Mungkin lebih baik berpura-pura tidak tahu saja!
"Akh... "
Tiba-tiba Rashelyna memegang kepalanya begitu terasa sakit. Mendengar suara rintihan kesakitan, Arkielga menoleh dan buru-buru menghampiri gadis itu.
"Ada apa, hm?" tanya Arkielga mengelus lembut kepala Rashelyna.
"Rashel, apa ada yang sakit, Nak?" seru Adira heboh.
"Hanya sedikit pusing," lirih gadis itu memijit kening.
"Kiel, ajak Rashelyna ke kamar, dia perlu beristirahat," ujar Rega yang diangguki langsung oleh Arkielga. Lelaki itu menuntun Rashelyna menuju kamar.
Saat tengah berjalan, Rashelyna mendongak. "Ar, jika kau masih ingin bersama istri pertamamu, ceraikan aku."
***
𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞
𝐉𝐞𝐧𝐠 𝐣𝐞𝐧𝐠 𝐣𝐞𝐧𝐠𝐠!!!
𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟏 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐥 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟒 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑
KAMU SEDANG MEMBACA
RASHELYNA
General FictionSeorang gadis cantik penuh ceria memiliki nasib yang malang setelah ibunya meninggal. Dirinya selalu mendapat kekerasan dan berakhir meregang nyawa akibat perbuatan ayahnya sendiri. Di saat-saat terakhirnya dia berharap diberikan sebuah kesempatan...