CHAPTER 48 [REVISI]

40.9K 3.8K 170
                                    

Arkielga mengacak rambut frustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkielga mengacak rambut frustrasi. Ini gila! Bagaimana bisa dia berdansa dengan pria yang tak lain adalah Zidan?! Dia benar-benar tidak menduga. Bahkan Rashelyna tengah menangis sesenggukan karena pria itu tak sengaja membentaknya. Dia menggertakkan gigi emosi. Pria itu tidak menyangka ngidam seorang ibu hamil akan menyiksanya seperti ini.

"Please, Baby... Aku tidak bisa melakukannya." Arkielga menatap wajah sembab istrinya dari layar ponsel. Pria itu masih harus mengadakan pertemuan terakhir esok hari. Kerjaannya masih menumpuk dan ia tidak sudi melakukan permintaan konyol itu. "Bagaimana kalau nanti kita saja yang berdansa? Setelah pulang aku akan membelikan gaun cantik untukmu," bujuknya berharap wanita itu berhenti menangis.

Tetapi tak berhasil, Rashelyna malah mengeraskan tangisnya. Wajahnya sudah sangat memerah. "T-tidak mauu! Kau jahat! Katanya akan memberikan apa pun padaku! Kau bohong!" teriaknya kecil.

Rahang Arkielga mengeras dengan mata gelapnya menatap tajam. Emosi yang sudah padam seketika bangun kembali. "Jangan memancing amarahku!" Secara tak sadar pria itu menaikkan nada bicaranya membuat Rashelyna tersentak.

Wanita itu sedikit menunduk tak mau melihat wajah suaminya. "Tapi aku ingin kau berdansa dengan Zidan," cicitnya takut-takut.

"Sekarang pergi tidur, besok aku akan pulang cepat," tegasnya tak terbantahkan. Sedari tadi ia menahan diri agar tidak melampiaskan amarahnya pada Rashelyna.

"Aku ingin lihat kau berdansa," ucap wanita itu lagi. Dia hanya ingin melihat mereka berdua berdansa layaknya seorang putri dan pangeran. Ia tahu permintaannya sangat tidak masuk akal tetapi entah mengapa itu merupakan keinginan kuat yang harus terpenuhi. Apakah ini bawaan dari baby kecil? Tapi melihat wajah lelah suaminya ia jadi tak tega. Apa ia lupakan saja?

"Rashelyna!" bentak pria itu marah. Rashelyna terkejut bukan main mendengar bentakan Arkielga. Matanya berkaca-kaca. Isakan kecil lolos dari bibir mungilnya.

"Ahk!" pekiknya sembari memegangi perut. Arkielga membelalak, raut wajahnya berubah menjadi khawatir.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya terus memperhatikan Rashelyna pada layar. Wanita itu tak menjawab. Dia memasang ekspresi seperti tengah kesakitan. Arkielga mengerang kesal. "Oke fine. Aku akan berdansa dengannya!"

Rashelyna seketika berhenti menangis, dia menatap suaminya dengan berbinar. "Benarkah?" Pria itu mengangguk pasrah. Tangannya terkepal kuat. Membayangkan dirinya berdansa dengan Zidan benar-benar mengerikan.

"Aku akan menghubungi Zidan," ucapnya mendapat anggukan antusias dari wanita itu. Pun Arkielga mematikan sambungan telepon. Dia membanting barang yang berada dalam jangkauannya. "Sial!"

Sedangkan di sisi lain, Zidan yang baru saja selesai mandi mengernyit mendapat panggilan telepon dari bosnya. Dia terheran-heran saat Arkielga menyuruhnya untuk membeli gaun. Walaupun begitu dia mengiyakan saja daripada kena semprot bosnya. Lagipula hanya gaun bukanlah hal yang sulit. Mungkin gaun itu hadiah untuk istrinya.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang