"Sayang, apa punya bayi kecil itu merepotkan?" tanya Arkielga memeluk Rashelyna dari belakang. Akhirnya kali ini dia bisa tidur sembari memeluk istrinya. Sebab bocah itu sudah ia kembalikan pada ibunya. Walaupun agak susah karena Efzy sempat menangis histeris, tetapi Arkielga tidak peduli.
"Kenapa memangnya?" tanya Rashelyna memejamkan mata. Setelah seharian mengurus Efzy ternyata lelah juga. Jika dipikir-pikir memang sedikit merepotkan namun ia senang melakukannya. Efzy sangat menggemaskan.
Arkielga menarik istrinya agar berbalik. Dia terkekeh melihat Rashelyna yang menguap. "Lelah, hm?" tanyanya menyelipkan rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu.
Rashelyna hanya mengangguk dan segera memeluk Arkielga. Dia tersenyum merasa hangat dan nyaman. Tetapi Arkielga tak membiarkan dirinya tidur begitu saja. Telunjuk pria itu dengan sengaja menusuk-nusuk hidung mungil Rashelyna.
"Aku ngantuk, Kiel..." lirihnya menepis lengan Arkielga.
Pria itu tak mendengar, dia malah mencubit pipi istrinya gemas. Dirinya menangkup wajah Rashelyna dan mencium pipi itu berkali-kali. "Buat bayi kecil dulu," bisiknya.
"Tidak mau, aku ingin tidur." Rashelyna mendorong dada Arkielga lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Aku ingin punya sepuluh bayi kecil," celetuk Arkielga. "Aku akan mengenalkan berbagai macam pistol dan pisau. Mereka akan kuajarkan bagaimana cara menembak, menikam, menyayat---"
Bugh
"Kau gila? Mereka anakmu bukan anak buahmu! Aku tidak mau sifat anakku seperti ayahnya yang sesat," sungut wanita itu memukul kepala Arkielga dengan bantal.
"Apa salahnya? Jika bayi kecilku laki-laki akan hebat jika aku ajarkan seperti itu. Tapi jika perempuan, akan aku ajarkan bagaimana caranya menghabiskan uang. Bukankah perempuan suka berbelanja?"
Rashelyna dibuat melongo, dia membuka selimut dan menatap tajam suaminya. "Tidak!" Matanya melotot galak.
"Bercanda, Baby." Kekeh Arkielga. Pria itu memeluk Rashelyna. Tangan kekarnya mengelus punggung wanita itu dengan sayang. Dia tersenyum saat membayangkan sosok bayi kecil itu.
"Mengurus Efzy saja sudah mengeluh, yakin ingin bayi kecil?" tanya Rashelyna. Alis Arkielga terangkat. Dia menggelengkan kepala.
"Efzy berbeda. Bocah itu sangat menyebalkan, dia terus-terusan ingin bersamamu. Dan aku pun jadi terabaikan."
Wanita itu menghela napas pelan. "Lalu apa bedanya dengan bayi kecil nanti? Untuk anak seumuran Efzy memang wajar seperti itu, Kiel. Saat nanti kita punya bayi kecil pun akan sama."
Kening Arkielga nampak mengerut. Dia seperti tengah berpikir sesuatu kemudian kepalanya mengangguk cepat. "Aku akan mencari babysitter untuk mengurusnya, kau tenang saja."
"Kalau begitu tidak usah punya bayi kecil sekalian! Aku ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Merawat bayi kecil, memandikannya, memberi susu, mengajaknya bermain. Aku ingin merasakan itu semua. Kau tidak mengerti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASHELYNA
General FictionSeorang gadis cantik penuh ceria memiliki nasib yang malang setelah ibunya meninggal. Dirinya selalu mendapat kekerasan dan berakhir meregang nyawa akibat perbuatan ayahnya sendiri. Di saat-saat terakhirnya dia berharap diberikan sebuah kesempatan...