CHAPTER 5 [REVISI]

125K 8.6K 61
                                    

Ia terperangah melihat salah satu orang, sepertinya koki? Tengah memasak sambil mengangkat wajan menimbulkan api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia terperangah melihat salah satu orang, sepertinya koki? Tengah memasak sambil mengangkat wajan menimbulkan api. Itu sangat keren!

Pandangannya pun beralih pada meja makan panjang. Matanya berbinar melihat asal aroma yang membawanya kemari.

“Apakah itu cake keju?” pekik Rashelyna membuat orang-orang yang berada di dapur terkejut.

Sarah pun sama terkejut, buru-buru ia menghampiri Rashelyna yang tengah membekap mulut keceplosan.

“Ya ampun, ada apa Nona kemari?” tanya Sarah khawatir.

Rashelyna mengerjap, matanya terus menatap pada makanan yang menggugah selera itu.

Kruyuk

“Apa Nona lapar?”

Rashelyna mengangguk, tersadar akan sesuatu lalu ia menggeleng. Sarah beserta orang-orang yang berada di dapur tersenyum geli melihat tingkah Shelyn.

“Mari, Nona,” ajak Sarah menuju tempat cake itu berada.

Rashelyna duduk di kursi meja makan, tepat berhadapan langsung dengan makanan favoritnya.

“Nah, ini namanya cake keju. Nona Rashel mau mencoba?”

“Bolehkah?” tanya gadis itu berbinar.

Langsung saja Sarah membawakan sebuah piring, memotong cake keju untuk diberikan pada nonanya. “Silakan, Nona.”

Niatnya ingin kabur malah singgah ke dapur. Bagaimana bisa di tempat ini terdapat cake keju, makanan favorit Rashelyna pula.

“Terima kasih,” ucap Rashelyna langsung memakan cake keju itu dengan lahap.

“Ini enak sekali, aku sangat suka.”

***

Beberapa menit kemudian, gadis itu langsung tertidur di meja makan setelah menghabiskan setengah cake keju. Sarah tak tega membangunkannya, ia terus berjaga menunggu sang nona bangun.

“Ada apa ini?”

Sarah langsung menunduk, “Nona Rashelyna selesai memakan cake kesukaannya Tuan, lalu tertidur.”

Melihat tatapan dingin Arkielga, Sarah pun langsung beranjak dari tempatnya.

Arkielga menarik kursi di sebelah Rashelyna. Ia bernapas lega, menyelipkan anak rambut yang terjatuh pada wajah cantik itu. Saat pulang Arkielga marah kala tak mendapati istrinya di kamar. Ia pikir gadis itu kabur.

Rashelyna terusik dari tidurnya. Ia bangun sembari mengucek mata tak menyadari kehadiran seseorang yang tengah menatapnya dengan intens. “Badanku sangat pegal, mengapa aku bisa tertidur di sini.”

Saat menoleh ke samping, Rashelyna berteriak kaget.

“Hantu! Eh...”

Tiba-tiba saja tubuh gadis itu gemetar. Mengapa orang itu ada di sini?

“T-tuan?”

Arkielga menaikkan sebelah alisnya melihat Rashelyna terlihat seperti ketakutan. Gadis itu menahan napas merasakan aura yang mencekam.

“Aku ingin pulang,” ucap Rashelyna tiba-tiba.

“Ini rumahmu, Rashelyna.”

Rashelyna menggeleng, memundurkan kursi yang ia duduki.

“Tidak! Ini bukan rumahku.”

“Rashelyna, kau tidak akan pergi ke mana pun,” geram Arkielga memegang lengan Rashelyna agar tidak kabur. Gadis itu berusaha melepaskan cekalannya, Rashelyna merutuki dirinya. Harusnya ia tadi tidak pergi ke dapur dan memakan cake itu.

“Kau orang yang menculikku kemari, kan? Di mana aku?” tanya Rashelyna mulai terisak.

“Aku mohon lepaskan. Aku tidak mau berada disini.”

Arkielga menahan amarah yang akan meledak. Tanpa sengaja ia mencekal lengan gadis itu dengan kuat. Rashelyna meringis kesakitan.

“Untuk apa aku menculik istriku sendiri, hm?”

“Aku takut,” lirih Rashelyna menunduk.

Arkielga menghela napas, ia melonggarkan cekalannya. Meraih dagu Rashelyna hingga mata cantik gadis itu terlihat. Ia menghapus sisa air mata yang menetes di pipi Rashelyna.

“Apa yang kau takutkan? Ada aku disini.”

Mendengar itu Rashelyna terlihat ragu. Jika ingin pulang pun ia akan pulang ke mana? Dan ia baru ingat saat di rumah sakit, seseorang yang mengaku sebagai mama dan papa Rashelyna, mungkin mereka memanglah orang tua dari Rashelyna.

Gadis itu berpikir untuk menemui kedua orang tua Rashelyna daripada tinggal bersama seorang pria asing, walaupun ia tahu pria itu adalah suami Rashelyna.

“Di mana mama dan papa? Aku ingin bertemu mereka, aku tidak mau disini.”
Rashelyna dengan berani menatap wajah lelaki itu.

Terdengar helaan napas, “Ini rumahmu, kau tidak bisa pergi dari sini.”

“Ti—"

“Dengar Rashelyna, kau tidak akan pergi ke manapun! Diam dan turuti perintahku!" kata lelaki itu dengan nada mengancam dan tak terbantahkan.

Rashelyna bungkam tak berani lagi untuk sekedar membuka mulut. Lelaki tampan itu benar-benar menyebalkan, bagaimana bisa Rashelyna memiliki suami seperti Arkielga.

“Kembali ke kamarmu, kau masih harus beristirahat,” kata pria itu melepaskan cekalannya lalu menyuruh Sarah untuk mengantarkan Rashelyna.

“Mari, Nona.”

Gadis itu hanya bisa menurut saja, walaupun ia sebenarnya ingin kabur dan berlari sekarang namun melihat tatapan tajam yang diberikan oleh Arkielga membuat dirinya menciut.

Arkielga beranjak dan memilih untuk pergi menuju ruang kerjanya. Lelaki itu mendudukkan diri di kursi kebesarannya. Tangannya membuka laci meja, ia meraih sebuah bingkai foto. Satu detik bibir itu memperlihatkan senyuman tipis.

“Kau menggemaskan,” gumamnya pelan.

Setelah puas memandangi foto itu, Arkielga meletakkan bingkai tersebut pada meja dengan hati-hati takut jika benda itu rusak. Pandangannya beralih pada sebuah kalung yang masih tersimpan dengan rapi di dalam laci.

Lelaki itu menghela napas, ia menutup kembali laci itu kemudian mulai meraih berkas-berkas yang sudah menumpuk di mejanya.

***

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐦𝐩𝐮𝐤 𝐑𝐚𝐬𝐡𝐞𝐥𝐲𝐧𝐚 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐨𝐤 :)

𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟐𝟎 𝐌𝐚𝐫𝐞𝐭 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟑 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang