CHAPTER 14 [REVISI]

88.5K 6.5K 7
                                    

Untuk sesaat Arkielga terdiam, ia kembali menuntun Rashelyna menuju kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk sesaat Arkielga terdiam, ia kembali menuntun Rashelyna menuju kamar. Gadis itu melirik, melihat rahang Arkielga yang mengetat, seperti sedang menahan amarah. Memangnya salah jika ia berkata begitu?

"Arkielga, dengar aku tidak?" tanya Rashelyna sedikit emosi.

Saat telah sampai di dalam kamar, Arkielga menarik lengan Rashelyna dan didudukkan di tepi ranjang. "Istirahat," ucap singkat lelaki itu,

"Aku tidak mau! Jawab dulu pertanyaanku."

"Apa yang kau inginkan?" Arkielga menatap tajam tepat di manik mata Rashelyna. Ia memasang ekspresi dingin. Berusaha menahan amarah saat mendengar dengan jelas ucapan gadis itu.

Rashelyna meneguk ludah. "Bercerai," lugasnya.

Tanpa diduga lelaki itu menarik lengan Rashelyna dengan kasar hingga kini gadis itu berdiri lalu menubruk dada bidang Arkielga.

"Ap-apa yang kau lakukan?!" Rashelyna mendorong dengan kuat dada Arkielga. Namun lelaki itu malah menahan pinggang Rashelyna.

Gadis itu meringis merasakan lengan dan pinggangnya sakit. Arkielga menarik dagu gadis itu dengan lembut. Ia mendekatkan wajahnya. "Ulangi."

Rashelyna gelagapan, pasalnya wajah mereka berdua sangat dekat. Sedikit saja Rashelyna bergerak, maka hidung mereka akan bersentuhan.

"Ulangi," ucap Arkielga, masih berusaha meredam amarah.

"Yang mana?" tanya gadis itu lemot.

"Dengar! Jika kau mengatakannya sekali lagi, maka kau akan tau akibatnya!" ancam lelaki itu.

Rashelyna menahan napas kala Arkielga semakin mendekatkan wajah. Ia mencium aroma mint yang menguar saat berdekatan dengan lelaki itu.

"Mengapa?" tanya Rashelyna menatap wajah Arkielga dengan lekat.

"Jangan memancing amarahku, Baby." Arkielga menggeram rendah.

Gadis itu semakin bergidik ngeri, ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Arkielga memeluk tubuh Rashelyna dengan erat seolah takut kehilangan gadis itu.

Sedangkan yang dipeluk menegang. Pikirannya nge-blank. Merasa tak ada respons dari istri kecilnya, Arkielga menenggelamkan wajahnya pada leher gadis itu.

"Peluk aku," bisiknya dengan suara berat.

Astaga! Jika begini akan sangat tidak aman untuk jantung Rashelyna. Ia sangat gugup dengan jantung yang semakin berdegup kencang.

Tangan gadis itu dengan ragu terangkat untuk membalas pelukan Arkielga. Entah ini hanya perasaan saja atau bagaimana tetapi ini sangat terasa nyaman.

Setelah beberapa menit, Arkielga tak kunjung melepas pelukannya. Rashelyna sudah sangat pegal dengan posisi seperti ini. Ia juga sangat kelelahan.

"Kiel..."

Tubuh Arkielga membeku mendengar panggilan itu. Ia menguraikan pelukannya menatap Rashelyna dengan raut tak terbaca.

"Aku mengantuk, bolehkah aku tidur?" lirih Rashelyna menahan mata yang kian memberat. Wajah gadis itu juga sedikit pucat.

Arkielga menangkup wajah Rashelyna dengan tangan besarnya. Ia mencium kening gadis itu dengan lembut. Kemudian Arkielga menuntun Rashelyna untuk berbaring pada ranjang.

Rashelyna berbaring sembari memeluk guling. Ia memejamkan mata karena tak kuasa menahan kantuk, lalu tak lama dengkuran halus pun terdengar. Arkielga mengelus kening, pipi serta bibir gadis itu.

Ia menyelimuti tubuh Rashelyna. "Sleep tight," bisiknya pelan.

***

Keesokan harinya Adira terus-terusan membujuk anaknya agar memperbolehkan ia pergi ke mall bersama Rashelyna. Tentu saja Arkielga menolak, ia masih tidak mengizinkan istrinya keluar rumah.

"Ayolah, Mama sangat ingin berjalan-jalan bersama menantu," bujuk Adira.

Arkielga tak menjawab malah terlihat fokus pada laptopnya. Katakanlah ia anak durhaka!

"Kiel, Mama marah yaa?!" Adira cemberut.

Menghela napas pelan, Arkielga menatap sang mama dengan penuh pengertian. "Mom, aku tetap tidak mengizinkannya."

"Hanya sebentar, Mama ingin membelikan hadiah untuk Rashel. Kau tak pernah membiarkan ia keluar rumah? Keterlaluan sekali!"

"Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padanya, Mom. Mengertilah."

"Pokoknya Mama tetap ingin pergi bersama Rashel titik."

"Pergi ke mana?" tanya seseorang yang tak lain adalah Rashelyna, ia berjalan menghampiri mereka berdua sambil menuntun Efzy berjalan.

"Nah, Rashel Mama ingin mengajakmu ke mall! Kau mau, kan?" tanya Adira.

Mendengar itu sontak saja membuat Rashelyna senang bukan main. Akhirnya ada yang mengajaknya keluar rumah. Ia memang sudah sangat bosan.

"Mau!" jawab Rashelyna gembira.

Arkielga menatap tajam gadis itu. "Tidak," sanggah Arkielga, menarik Efzy ke dalam pangkuannya.

Rashelyna memasang ekspresi cemberut. Sangat tidak pengertian sekali jika istrinya ingin pergi menghirup udara segar di luar.

Sebuah ide tiba-tiba terlintas, gadis itu mendekat kemudian menyatukan tangannya sambil menampilkan raut wajah sedih.

"Kumohon Kiel... Aku ingin pergi bersama Mama... "

"Tuhkan! Kau tidak kasihan pada istrimu? Biarkan dia pergi bersama Mama sekali saja, " ejek Adira.

Lelaki itu terdiam menatap gemas melihat tingkah laku istrinya. Ia ingin sekali mengurung gadis itu di kamar. Mungkin ia akan memberikan izin sekali saja. Ingat! hanya sekali.

"Baiklah," ucap Arkielga pelan.

"Yeayy!" Mereka berdua berjingkrak senang sambil berpelukan.

Efzy menatap mereka dengan polos. "Omaa... akan akan..."

"Efzy mau makan? Cucu Oma lapar ya? Yuk kita makan dulu," ajak Adira pada Rashelyna sedangkan Arkielga di tinggalkan begitu saja.

***

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐧𝐲𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐤𝐢𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐦𝐚,
𝐑𝐚𝐬𝐡𝐞𝐥𝐲𝐧𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐡𝐨𝐛𝐢 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 𝐓_𝐓

𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟏 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐥 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟒 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang