Saat ini sepasang suami istri tengah menikmati waktu kebersamaan mereka di taman. Mereka tengah asik memakan kue monyet buatan Rashelyna. Bukan, tetapi Rashelyna saja yang sibuk memakan kue itu.
Sedangkan Arkielga, ia hanya memperhatikan setiap gerak-gerik istrinya. Rashelyna menyodorkan kue monyet pada mulut Arkielga. Lelaki itu dengan senang hati menerimanya. Dia heran mengapa ada kue berbentuk aneh seperti itu.
"Bagaimana kau membuatnya?" tanya Arkielga di sela-sela mengunyah.
"Enak tidak? Kue ini spesial untukmu," jawab Rashelyna sembari bertepuk tangan.
"Tidak buruk."
"Jawabanmu tidak memuaskan. Lihat, bukankah bentuk kue ini mirip denganmu?" tanya gadis itu sembari menyengir.
Arkielga memperhatikan bentuk kue itu, sepertinya ia mengenal bentuk dari kue itu. Bukankah terlihat seperti—monyet? Ia mendengus, jadi gadis itu menyamai dirinya dengan monyet?
"Buat lagi."
Rashelyna tersenyum senang, "Wahh kau pasti sangat suka ya!"
"Buat lagi lalu akan kubakar novel-novel itu," ancam Arkielga menatap tajam gadis itu.
Mendengar kata 'novel' membuat Rashelyna kesal. Padahal novel, kan, tidak ada sangkut pautnya. Rashelyna akan menyembunyikan novel-novel itu dari jangkauan Arkielga. Bisa-bisanya dia mengancam.
"Jangan macam-macam dengan novel kesayanganku!" kata Rashelyna, tangannya terkepal ke udara, siap meninju.
"Tergantung." Arkielga mengedikkan bahu.
"Dasar lelaki kejam," gumamnya.
"Aku bisa mendengar."
Rashelyna membuang muka, ia kembali menyantap kue-kue itu dengan lahap. Menatap hamparan bunga-bunga yang indah, membuat pikiran gadis itu tenang.
Kalau dipikir-pikir mengapa Arkielga tidak membuat kebun saja ya? Kan, lebih bagus. Karena Arkielga sangat kaya mungkin membuat kebun tidak masalah, kan? Oke ide bagus!
Selama di rumah kegiatannya jadi bertambah, yaitu berkebun. Diam-diam ia bersorak senang. Tidak apa-apa, kan, sekali-kali meminta sesuatu pada Arkielga.
Saat gadis itu hendak membuka mulut. Suara seseorang menghentikan niatnya. Mereka berdua menoleh melihat Bi Weni datang tergesa-gesa.
"Tuan."
"Ada apa?" tanya Arkielga.
"Di depan ada Nona Claris ingin bertemu dengan Anda, Tuan," ucap Bi Weni, menatap Arkielga sembari melirik sedikit ke arah Rashelyna.
"Usir," jawab Arkielga santai.
Rashelyna melotot, benar-benar manusia terkejam yang pernah gadis itu temui. Bi Weni mengangguk kemudian beranjak pergi.
"Siapa Claris?"
Pertanyaan gadis itu belum sempat terjawab karena mendengar suara teriakan seseorang yang melengking. Rashelyna seketika menutup telinga.
"Arkii!" teriak seseorang muncul dari kejauhan. Rashelyna menatap seorang wanita yang berjalan menghampiri mereka. Saat sudah dekat, Rashelyna bisa melihat dengan jelas wajah dari sosok itu.
Claris, dengan tubuh langsing tak lupa dengan pakaian super ketat yang dikenakannya. Wajahnya penuh dengan polesan make up tebal. Claris tersenyum sumringah dan langsung memeluk Arkielga tetapi ditepis terlebih dahulu oleh lelaki itu membuat Claris cemberut.
"I miss you so much!"
Entah kenapa Rashelyna sepertinya pernah bertemu dengan orang ini. Tapi kapan dan di mana?
"Arki, sejak kapan kau pulang? Kenapa tidak mengabariku sama sekali, huh?" Suara Claris terdengar manja membuat Rashelyna ingin muntah. Lebay sekali.
"Tidak penting."
Claris kembali memanyunkan bibirnya. Ia mengalungkan lengannya pada lengan kekar Arkielga. Tak mendapat penolakan membuat Claris bersorak senang. Wanita itu melirik angkuh pada Rashelyna.
"Hei, ada apa dengan tatapanmu itu, Bung?" tanya Rashelyna dalam hati.
Tak sadar bahwa Arkielga tengah menahan amarah. Ia sangat tidak suka disentuh oleh wanita lain. Itu sangat menjijikkan. Bahkan rahang Arkielga terlihat mengetat.
Rashelyna yang menyadari itu bergidik, tamatlah riwayatmu Claris. Lebih baik gadis itu pergi saja. Namun langkahnya terhenti saat Arkielga bersuara.
"Satu langkah, satu novel terbakar."
"Kau?!" Rashelyna berseru tak terima. Namun ia mengelus dada berusaha sabar. Tahan Rashel tahan.
"Eh? Ternyata ada orang lain di sini. Bagaimana kabarmu, Rashel?" ucap Claris sedikit sinis.
Rashelyna mendengus sebal, ia mencium bau-bau pelakor. Tenang saja, ia akan melawan wanita angkuh itu. Ia tak akan membiarkan Claris mendekati Arkielga! Setidaknya ia akan menjaga Arkielga untuk wanita yang pernah ia temui di rumah sakit.
"Seperti yang kau lihat. Kupikir kau buta tidak menyadari kehadiran istri Arkielga di sini," jawab Rashelyna tersenyum kecil.
"Istri? Aku kira pelayan tadi, maaf ya."
Keterlaluan sekali dia! Rashelyna tak menanggapi ocehan busuk Claris. Ia memandang Arkielga agar mengizinkannya pergi. Malas jika harus berhadapan dengan pelakor seperti Claris. Hari ini ia sedang tidak mood untuk beradu mulut.
"Lepaskan," ucap Arkielga dingin menyentak kuat lengannya hingga Claris meringis.
"Aww shh, sakit Arki."
Arki? Rashelyna mendelik, panggilan khusus heh? Setahunya orang lain tidak ada yang memanggilnya 'Arki'.
"Cepatlah, jangan terlalu banyak drama." Rashelyna mengipas-ngipasi wajahnya merasa gerah.
Arkielga memegang lengan Rashelyna membawanya pergi dari sana membiarkan Claris mencak-mencak sendiri. Rashelyna tersenyum senang, ia menjulurkan lidah meledek Claris.
"Awas kau!" kata Claris dengan suara pelan.
"Arki, aduh sakit Arki." Rashelyna mengejek. Arkielga hanya diam dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Rashelyna.
"Jadi kau memiliki wanita lain lagi?" tanya gadis itu.
Arkielga menaikkan sebelah alis. Apa maksud dari kata 'lagi'?
"Apa maksudmu?"
"Dasar lelaki kejam, tak punya perasaan, ih abang jahat! Kau sudah memiliki dua istri tetapi masih memiliki wanita lain di luar sana?!" Rashelyna melepaskan genggamannya, ia menghentakkan kaki geram. Ia tidak habis pikir dengan Arkielga.
***
𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞
𝐈𝐡, 𝐊𝐢𝐞𝐥 𝐣𝐚𝐡𝐚𝐭𝐭!!
𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟔 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐥 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟒 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑
KAMU SEDANG MEMBACA
RASHELYNA
General FictionSeorang gadis cantik penuh ceria memiliki nasib yang malang setelah ibunya meninggal. Dirinya selalu mendapat kekerasan dan berakhir meregang nyawa akibat perbuatan ayahnya sendiri. Di saat-saat terakhirnya dia berharap diberikan sebuah kesempatan...