CHAPTER 52 [REVISI]

38.9K 3.2K 73
                                    

"Viesa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Viesa?"

Rashelyna berjalan berdampingan bersama Arkielga menuju ruang tengah. Bi Weni memanggilnya karena ia bilang ada tamu yang ingin bertemu dengan wanita itu.

"Rashel?!" pekik Viesa berdiri begitu pula dengan suaminya, Erdan.

Arkielga bersalaman dengan Erdan. Kedua pria itu saling bercengkrama. Erdan sedikit melihat perubahan dari pria itu. Karena biasanya Arkielga bersikap dingin saat ia menyambutnya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rashelyna duduk di samping Viesa. Ada yang berbeda dari Viesa. Terakhir kali bertemu saat wanita itu bilang tengah hamil. Tetapi mengapa sekarang perutnya masih rata? pikir Rashelyna.

"Aku sangat baik. Wah! Sekarang kau tengah hamil? Mengapa tidak memberitahu aku?" ucap Viesa sedikit kecewa.

Rashelyna tersenyum tak enak. Pasalnya dia sudah jarang membuka ponsel. Dia lebih sibuk melakukan aktivitasnya di rumah. Hanya sesekali ia melihat ponsel untuk menghubungi mertua dan orang tuanya.

"Maafkan aku, Viesa. Aku lupa mengabarimu," jawab Rashelyna penuh penyesalan.

Viesa mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa. Tapi sudah berapa lama?" tanyanya melihat perut yang sedikit membuncit itu.

"Sekitar lima bulan lebih." Rashelyna menjawab sembari mengusap perutnya.

"Selamat yaa! Aku turut senang saat melihatmu tengah mengandung," kata Viesa sumringah tetapi seperti terselip nada sedih di dalamnya.

Rashelyna yang menyadari itu sedikit mendekat ke arah Viesa. Dia memegang pundak wanita itu yang tengah tersenyum manis.

"Katakan padaku kau—"

"Aku keguguran," jawab Viesa seakan tahu isi pikirannya. Mata Rashelyna membulat, dia menatap Viesa.

"Apa yang terjadi?" tanya Rashelyna menggenggam tangan Viesa.

Wanita itu menghela napas, dia mendongak sembari tersenyum tipis.

"Entahlah, aku kehilangan calon bayiku karena kecelakaan. Saat itu, aku jatuh dari atas tangga karena terpeleset."

Bibir Viesa sedikit bergetar. Mungkin ini sudah takdirnya. Bayi yang ia tunggu-tunggu ternyata sudah pergi. Viesa menatap perutnya sendiri dengan sendu.

Rashelyna merasa iba, bahkan pada saat mereka bertemu. Viesa sangat senang tentang kehamilannya. Wanita itu sangat menantikan kehadiran buah hatinya.

Untung saja, sekarang kamarnya sudah dipindahkan Arkielga menjadi di lantai bawah. Suaminya bilang tidak ingin terjadi sesuatu pada Rashelyna. Mengingat dirinya tengah hamil. Awalnya Rashelyna menolak karena ia sudah nyaman di kamar atas. Tetapi apa yang dilakukan Arkielga ternyata ada alasannya. Ingin melindungi baby kecilnya.

"Aku turut berduka cita, Viesa. Mengapa kau tidak mengabariku juga?" tanya Rashelyna.

Viesa terkekeh. "Aku begitu terpuruk saat dokter mengatakan bayiku telah tiada. Aku tidak sempat menghubungimu. Erdan menyuruhku untuk beristirahat setelah pulang dari rumah sakit. Baru sekarang aku diperbolehkan untuk keluar rumah."

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang