CHAPTER 47 [REVISI]

42.9K 3.8K 88
                                    

Huek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huek

Huek

Rashelyna berpegangan pada wastafel. Dia menyalakan air pada keran lalu mulai membersihkan mulut. Setelah empat minggu berlalu, baru kali ini ia mengalami yang namanya morning sickness. Wanita itu merasa lemas pada tubuhnya. Dia berjalan dengan sempoyongan menuju kasur. Tak lama Bi Weni datang membawa segelas air hangat.

"Non, ini di minum dulu." Rashelyna memaksakan diri untuk bangun dibantu oleh Bi Weni. Tubuhnya ia sandarkan pada kepala ranjang. Kemudian Bi Weni membantu wanita itu untuk minum.

"Wajah Nona pucat, masih mual?"

"Tak apa Bi, hanya mual sedikit nanti juga sembuh. Rashel ingin tiduran dulu sebentar." Wanita itu memijit pelipisnya. Bi Weni mengangguk masih dengan raut wajah khawatir.

"Kalau ada apa-apa panggil Bibi ya Non," ucap Bi Weni. Rashelyna mengangguk lalu pelayan tua itu pergi meninggalkan dirinya.

Arkielga hari ini sudah berangkat ke luar kota. Pria itu berpamitan padanya pagi-pagi sekali katanya ada pertemuan penting yang mengharuskan dia untuk hadir. Awalnya Rashelyna ingin membujuk Arkielga agar tidak pergi. Namun, jika dipikir-pikir pria itu sudah seminggu lebih tidak berangkat ke kantor karena menjaga dirinya. Entah mengapa baru beberapa jam ditinggal oleh suaminya, ia merasa rindu.

Di perjalanan Arkielga sibuk berkutat dengan laptop. Wajah tampannya terlihat tegas dan berkarisma. Dua kancing baju atas kemejanya terlepas dengan lengan yang ia gulung sampai sikut. Pria itu nampak tengah fokus dan sama sekali tidak bisa diganggu. Walaupun sesekali terlintas wajah cantik Rashelyna dipikirannya. Ia menggeram kesal, kalau saja pertemuan ini tidak melibatkan kolega bisnis yang sedang ia incar mungkin akan ia batalkan saja.

"Tuan, sudah sampai," ucap supir. Sekitar lima bodyguard sudah berjajar rapi menunggu kedatangannya. Salah satu di antara mereka membukakan pintu dan menunduk hormat. Arkielga berjalan dengan langkah tegas melewati orang-orang yang tengah menatap dirinya penuh kagum. Mereka menilai Arkielga bahwa pria itu sangatlah tampan, tubuh kekar dengan urat-urat yang menonjol di sekitar lengannya menambah kesan cool. Tak lupa juga dengan wajah sangar andalannya. Membuat para wanita meleleh. Andai saja Arkielga belum mempunyai istri, mereka akan dengan senang hati mendekatinya. Bahkan ada yang rela menjadi istri kedua.

Mendengar bisikan-bisikan para wanita itu membuat Arkielga menoleh dan menatap tajam mereka semua. Sampai kapan pun ia tidak akan pernah berpaling dari istrinya. Rashelyna, wanita itu yang telah mengambil seluruh isi hatinya. Sisi baik dan lembutnya hanya ia tunjukkan pada istrinya seorang.

"Tuan pertemuan akan diadakan sekitar lima jam lagi. Untuk itu Anda bisa beristirahat dan bersiap terlebih dahulu," ujar Zidan membacakan jadwal kegiatan hari ini dibalas anggukan oleh Arkielga. Pria itu melangkah memasuki hotel diikuti oleh Zidan di belakangnya.

Arkielga memasuki ruangan tempat ia beristirahat. Dia membuka semua kancing baju dan melempar kemeja itu ke sembarang tempat. Alhasil kini tubuh bagian atasnya tak tertutupi apa pun dengan dada bidang dan otot-otot yang tercetak jelas. Cuaca di sini memang cukup panas dan membuat tubuhnya gerah. Pria itu lantas merogoh ponsel di saku celananya.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang