CHAPTER 8 [REVISI]

107K 7.4K 25
                                    

"Mengapa Mama bisa tahu aku suka kue kupu-kupu?" tanya Rashelyna dengan tak sadar kemudian ia terdiam menyadari perkataannya barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa Mama bisa tahu aku suka kue kupu-kupu?" tanya Rashelyna dengan tak sadar kemudian ia terdiam menyadari perkataannya barusan.

Fira tersenyum dan mengusap lengan Rashelyna lembut, "Kau juga suka cake keju, kan?"

"Hahaha, aku sangat ingat. Dulu kau sakit perut akibat terlalu banyak makan cake keju," kata Darlina mengusap sudut bibir Rara yang belepotan.

"Apa iya?" tanya Rashelyna malu sekaligus bernapas lega.

Mereka berbincang ringan sambil tertawa melihat kelakuan Rara di kamar. Rashelyna merasa hangat, apapun itu ia sangat bersyukur bisa hadir diantara mereka. Ia berharap agar dirinya bisa merasakan ini selamanya dan tidak akan pernah berakhir.

***

Ruangan tengah dipenuhi oleh keluarga hangat itu, mereka kini tengah bersama menikmati betapa harmoninya keluarga Rashelyna membuat gadis itu seketika iri sekaligus senang.

"Kakak! Lala punya boneka besal lho."

Rashelyna tersenyum, "Wahh, boneka apa itu?"

"Namanya Cimot, Kak! Tetapi Lala tidak sempat membawa ke sini. Bunda sangat tidak sabal, Lala disuluh cepat-cepat!" Gadis kecil itu merenggut kesal.

Mereka semua terkekeh geli mendengarnya, "Eh malah nyalahin Bunda," sahut Darlina mencubit gemas pipi Rara.

Arkielga hanya menatap tanpa ekspresi melihat interaksi mereka. Rashelyna pun yang menyadari itu terdiam, apa memang seperti itu karakter dari Arkielga? Ia harus ekstra sabar sepertinya untuk beberapa hari kedepan menghadapi sikap dingin dan cuek lelaki itu.

Seketika Rashelyna salah tingkah kala Arkielga mengalihkan tatapannya pada gadis itu. Dengan cepat Rashelyna memalingkan wajah tak mau menatap mata tajam Arkielga. Bisa-bisa jantungnya copot.

"Ar, berapa lama kalian akan tinggal di sini?" tanya Papa Argan menatap menantunya.

"Sampai keadaan sudah baik-baik saja," jawab lelaki itu dengan tatapan yang masih mengarah pada Rashelyna.

Mendengar jawaban dari Arkielga, gadis itu mengernyit. Sampai keadaan baik-baik saja? Memangnya ada apa?

"Baiklah, Papa harap kau terus menjaga Rashel kami. Papa tidak mau kejadian itu terulang kembali."

Arkielga hanya mengangguk singkat. Entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu, sungguh Rashelyna tidak bisa menebaknya.

"Rashel, setelah pulang dari rumah sakit apa kau masih merasakan sakit?" tanya Papa Argan.

Rashelyna tersenyum tulus, "Tidak, aku sudah sangat baikan sekarang," jawabnya, tak mau membuat sang papa khawatir.

"Katakan pada kami jika kau menginginkan sesuatu."

"Tidak ada, Papa." Rashelyna sedikit ragu, sebenarnya ia ingin tinggal bersama mereka, namun apa itu boleh? Tetapi ia tidak berani mengatakannya, ingat di sini masih ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya dengan tajam seolah tahu keinginan gadis itu.

"Baiklah, Papa membelikan hadiah untukmu."

Mama Fira tersenyum lembut, mengusap rambut Rashelyna.

"Benarkah?"

"Darlina kau membawanya, kan?"

Darlina beranjak entah ke mana, tak lama ia datang kembali dengan membawa satu kotak besar. Kotak itu terlihat sangat rapi dan cantik, dengan hiasan-hiasan pita yang membuat Rashelyna terkagum. Kira-kira apa ya isi hadiah itu?

Rashelyna menatap kotak besar itu dengan tak sabar. Ia menatap penuh haru pada keluarganya. Lihat, kan, seberapa beruntungnya Rashelyna memiliki keluarga seperti mereka.

"Aku akan pergi sebentar," Arkielga beranjak pergi entah ke mana dan Rashelyna tidak memperdulikannya. Ia membuka kotak itu dengan perlahan.

Saat kotak sudah terbuka sempurna, gadis itu memekik sambil menutup mulut. Satu ekor hewan berbulu putih tengah tertidur tenang di dalam kotak itu.

"Kelinci?" kata gadis itu berbinar.

"Kau suka?" tanya Mama Fira.

Rashelyna tersenyum senang, ia memeluk kedua orang tuanya. "Terima kasih Mama, Papa, aku sangat suka!"

"Kakak! Lala juga punya, ia belnama Lona! Yeay! Nanti Lona punya teman!"

"Rona, Sayang," ucap Darlina gemas pada anaknya yang masih cadel itu.

Rashelyna terkekeh pelan, ia membawa kelinci putih itu ke pangkuannya. Terlihat menggemaskan sekali saat tangan Rashelyna mengelus dengan perlahan bulu lembut kelinci itu.

"Kakak belikan dia nama!" sahut Rara dengan gembira.

"Hmm, kira-kira nama apa yang cocok untuknya?" tanya Rashelyna pada Rara.

"Bagaimana kalau Rono?" celetuk Darlina membuat Rashelyna memberenggut kesal, kelinci ini kan sangat lucu dan imut masa diberi nama Rono.

"Tidak setuju! Aku akan menamainya dengan Witi."

Tiba-tiba Darlina tertawa, "Witi? Memangnya tidak ada yang lebih bagus lagi?"

"Lala setuju! Witi tellihat lucu sekali!"

Darlina menatap tak percaya begitu anaknya terus membela gadis itu. Sedangkan Rashelyna menatap dengan penuh kemenangan. Rashelyna dan Rara bertos ria, mereka pun tertawa melihat tingkah keduanya. Hari itu Rashelyna menghabiskan waktu penuh bersama keluarganya.

"Dadah, Kakak! Lala pulang dulu. Nanti Lala main ke sini lagi ya?" ucap Rara sambil melambaikan tangan lewat jendela mobil yang terbuka.

"Jagain Rashel, jangan sampai bikin ulah." Rashelyna menatap penuh selidik pada Darlina.

"Mama sama Papa pulang dulu ya? jaga diri dan kesehatanmu. Mengerti, Sayang?" kata Mama Fira memeluk Rashelyna dengan erat.

Rashelyna mengangguk tersenyum, "Iya, Mama!"

Mobil keluarga Ardipta perlahan meninggalkan pekarangan rumah. Rashelyna merasa hampa, padahal ia masih ingin berlama-lama bersama mereka.

***

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡: 𝟐𝟒 𝐌𝐚𝐫𝐞𝐭 𝟐𝟎𝟐𝟑
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢: 𝟒 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑
©𝐈𝐜𝐞𝐲𝐧𝐝𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟑

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang