CHAPTER 27 [REVISI]

66.1K 5.5K 168
                                    

"Kiel," panggil Rashelyna pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kiel," panggil Rashelyna pelan.

"Siapkan mobil," titah Arkielga pada Zidan tanpa menghiraukan panggilan gadis itu.

Dering handphone kembali berbunyi. Arkielga mengangkatnya. Ia sedikit mengatur napas.

"Aku akan segera ke sana. Jangan menangis," ucap lelaki itu terdengar lembut entah pada siapa. Rashelyna yang sedang mendengarkan hanya bisa terdiam.

Setelah memutuskan sambungan telepon. Arkielga melangkah tetapi langsung dicegah oleh Rashelyna.

"Kiel, ada apa? Kau mau kemana?" tanyanya menghadang jalan lelaki itu.

"Aku pergi," jawab Arkielga dingin.

"Pergi kemana?"

"Rumah sakit."

Arkielga melanjutkan langkahnya melewati Rashelyna begitu saja. Ia tidak mau membuang-buang waktu hanya untuk menjawab pertanyaan Rashelyna.

"Rumah sakit?! Siapa yang sakit, Kiel?" tanya gadis itu menuntut mengikuti Arkielga dari belakang. Ia sangat bingung dengan situasi ini. Lelaki itu tiba-tiba marah dan ingin pergi. Sedangkan Zidan sudah sedari tadi beranjak meninggalkan mereka duluan.

Arkielga terus berjalan hingga depan rumah. Di sana sudah ada Zidan dengan mobil yang sudah ia siapkan. Lelaki itu hendak membuka pintu mobil, namun lagi-lagi ditahan oleh Rashelyna.

Rashelyna menatap penuh tanya. Arkielga memejamkan mata berusaha sabar. Ia tidak ingin sampai kelepasan melampiaskan amarahnya pada Rashelyna. Tangan lelaki itu beralih memegang pundak Rashelyna.

"Kau tunggu di sini, aku akan segera kembali."

Gadis itu menggeleng. "Aku ingin ikut."

"Tidak, kau tetap di rumah. Jangan berani keluar tanpa seizinku, " ancam lelaki itu.

"Memangnya mengapa? Aku bosan di rumah, aku hanya in—"

"RASHELYNA!"

Gadis itu mematung, ia menatap Arkielga dengan mata sedikit berkaca-kaca. Lelaki itu baru saja membentak dirinya? Ini pertama kalinya Rashelyna dibentak oleh Arkielga.

Arkielga menatap tajam gadis itu. Ia melangkah memasuki mobil. Pintu ditutup dengan keras, membuat Rashelyna terlonjak kaget. Mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Tatapan gadis itu sulit diartikan melihat kepergian Arkielga. Entahlah mengapa ia sedikit tak rela ketika lelaki itu pergi. Seperti ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya.

Rashelyna menghela napas pelan, ia berbalik memasuki rumah dengan lunglai. Gadis itu menutup pintu, ia duduk di sofa sembari tangannya memijit pelipis.

"Arkielga... Mengapa kau begitu marah setelah mendapat telepon dari seseorang. Apakah ada sesuatu yang telah terjadi? Memangnya susah ya tinggal memberitahu kepadaku," sungutnya.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang