CHAPTER 40 [REVISI]

50.6K 3.6K 75
                                    

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback

Ghevani pov

Hari-hari yang selalu cerah membuat hatiku pun ikut cerah dan berbunga-bunga. Hari ini adalah hari yang selalu kutunggu-tunggu yaitu hari kelulusanku. Aku menaiki mobil bersama keluargaku. Ada mama yang sedang duduk di kursi penumpang paling depan dan juga papa yang sedang menyetir.

Di sampingku pula ada adik lelakiku. Aku menghela napas pelan. Adikku itu sangat pendiam, aku tidak bisa menebak isi hatinya. Yang pasti wajahnya selalu menampilkan wajah dingin dan sok cool. Saat ini dia masih bersekolah duduk di bangku kelas sepuluh.

Tetapi aneh, walaupun pendiam. Aku tahu bahwa adikku itu banyak sekali penggemarnya. Sangat disayangkan sekali, sifat adikku terlalu cuek.

Aku bahagia sekali di hari kelulusan, keluargaku bisa hadir. Tapi ada satu hal yang membuatku sedikit sedih, mereka hanya bisa menatapku dari jauh. Seperti saat ini, mereka hanya bisa melihat acara pengalungan medali lewat kaca mobil.

Kadang aku berpikir mengapa papa selalu melarangku untuk mengenalkan nama margaku. Mereka bilang ada penjahat yang mengincar aku. Aku pun bingung dan tidak tahu. Mengapa hanya aku yang dilarang? Sedangkan adikku boleh. Kadang aku iri dengan adikku, dia bisa bebas bermain kemanapun bersama teman-temannya dan memperkenalkan diri sebagai anak pertama di keluarga Zergant.

Keluarga Zergant memang sangat terpandang dan dikenal oleh banyak orang. Orang-orang di luar sana bahkan tidak mengenal diriku sama sekali. Mereka hanya mengetahui bahwa pasangan Rega Zergant dan Adira Zergant hanya memiliki satu anak yaitu adikku.

Hidupku selalu diatur dan dikawal oleh beberapa bodyguard jika aku ingin berpergian. Aku merasa tidak bebas, hidupku terasa dikekang oleh mereka. Tetapi aku hanya bisa diam. Mama pernah berkata, ini semua demi kebaikanku. Dan yang lebih parah lagi saat aku tidak punya teman. Teman-temanku menjauhiku karena mereka bilang aku tidak punya orang tua. Aku tidak pernah memberitahu siapa orang tuaku. Sungguh hal itu sangat menyakitkan.

Hingga beberapa lama kemudian, aku terbiasa. Terbiasa selalu menyendiri. Di sekolah aku hanya bisa membaca buku di perpustakaan, makan di kelas sendirian dan sebagainya.

Tapi mau bagaimanapun, aku tetap sayang mereka. Keluargaku, asal mereka tetap di sisiku, aku akan bahagia. Walaupun di luar aku terlihat menyedihkan, setidaknya aku masih memiliki keluarga yang selalu mendukungku. Perlahan aku percaya, mereka melakukan hal ini karena mereka melindungiku dari orang yang sedang mengincar diriku.

Setelah mendapatkan medali, aku berjalan keluar aula ingin menemui kedua orang tuaku. Senyum terus terpatri di wajah yang sudah dipolesi oleh make up sederhana ini.

Tak sadar karena saking senangnya aku mempercepat langkah. Hingga tak sengaja badanku bertubrukan dengan seseorang.

"Ahk!"

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang