EPILOG [REVISI]

50.5K 1.5K 25
                                    

Seorang wanita paruh baya menangis pilu melihat anaknya terbujur kaku di atas brankar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita paruh baya menangis pilu melihat anaknya terbujur kaku di atas brankar. Putrinya yang ia sayang harus mengalami ini semua. Dia menepuk dada merasa sakit.

“Kenapa kau tinggalkan kami, Nak?” tanyanya histeris menggoyangkan tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa.

“Bangun! Mama bilang bangun!”

Pria paruh baya memeluk wanita itu dengan sorot mata yang sendu. Matanya berkaca-kaca, ingin menangis tetapi berusaha menahannya. Pria itu mengusap pundak istrinya yang bergetar. Mereka berdua sangat terpukul dan terguncang atas kejadian ini.

“Sayang, putri kita sudah tenang di sana,” ucapnya lembut walau dalam hati terasa menyesakkan.

“Tidak! Mama tidak mau!” Wanita itu memberontak memeluk sang putri dengan erat saat jasad nya akan dipindahkan ke ruang jenazah.

“Jangan bawa putriku!”

“Sayang, sudah,” ucap pria itu menahan tubuh istrinya yang terus ingin menggapai brankar anaknya. Jasad wanita itu sepenuhnya ditutupi dengan kain putih.

“Putri kita sangat hebat bisa bertahan sampai di sini. Bagaimana pun dia merupakan putri kesayangan kita. Tetapi inilah takdirnya.” Pria itu tercekat dengan mata berair.

Istrinya menangis tersedu dipelukan suaminya. Dia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Putrinya telah pergi meninggalkan rasa penyesalan dan sesak untuk orang-orang yang ditinggalkannya.

***

Hari ini tepat di sebuah pemakaman, seseorang tengah menangis kecil. Dia menatap gundukan tanah itu dengan sendu. Tangannya mengusap batu nisan dengan perasaan sedih.

“Aku tak percaya ini akan terjadi.”

“Aku masih ingin bermain dengamu, memetik bunga, tertawa b-bersama, menangkap kupu-kupu,” ucapnya terisak tak kuasa menahan sakit di hatinya.

“Kau telah meninggalkanku! Seharusnya kau tidak menghalangiku saat itu,” lirihnya.

“Maafkan aku. Aku sangat menyayangimu. Semoga kau tenang di atas sana. Aku akan sangat merindukanmu.”

Wanita itu mengusap air mata menggunakan punggung tangannya. Saat berbalik dia melihat Efzy bersama Zidan. Anak kecil itu terlihat murung, dia berlari memeluk kakinya.

“Efzy, kenapa Sayang?”

Efzy terdiam, matanya menatap ke arah gundukan tanah. Wanita itu tersenyum kecil lalu berjongkok.

“Sini, ikut sebentar.”

Dia menuntun bocah lelaki itu. Dia berjongkok menarik tubuh Efzy agar mendekat.

“Sayang, lihat Mommy akan sangat senang kau datang kemari,” ucapnya mengecup pipi gembul Efzy. Anak kecil itu menatap gundukan tanah di hadapannya tak mengerti. Dia mengeratkan pegangannya pada tangan wanita itu.

RASHELYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang