Danita Danurdara
Aku dan auri sedang berbicara santai menikmati es krim yang aku beli. Ketegangan kami mencair. Aku berterima kasih dengan es krim yang membantuku dan auri berbaikan. Aku menatap wanita cantik di depanku. Kami sedang terdiam kehabisan bahan bicara.
Mataku terpaku pada bibirnya yang tersisa tetesan es krim. Aku menelan air liurku. Sejak aku dan auri berciuman malam itu. Aku tak berhenti memikirkannya. Auri buka first kiss ku, tapi ciuman malam itu jadi hal membekas di ingatanku. Aku uring-uringan tentu saja.
Aku bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Aku menata hatiku agar tak bergejolak ketika bersentuhan atau bertatapan dengan mata cantik auri.
Perlakuan manis auri saat aku mens hampir membuatku jatuh hati padanya. Aku bertanya pada diriku sendiri, aku menyukainya, sangat. Tapi apakah wajar menyukainya sebagai kakak dan teman, tapi aku ingin menciumnya seperti malam itu.
Tiap kali pikiran itu datang, aku selalu mengalihkannya. Tidak. Itu tak boleh terjadi.
Akhir-akhir ini abri sering memghubungiku. Sekedar ngobrol, ajak main basket bareng, nemenin dia tanding basket. Aku senang bisa berbaur dengan teman-temannya. Aku sedikit lupa dengan auri.
Namun pertengkaran kami membuatku kembali memikirkan auri. Kenapa ia semarah itu, dan kenapa aku juga se emosi itu berbicar dengannya. Kenapa aku melampiaskan keresahanku dengan membentaknya, menyudutkannya. Hatiku sakit ketika auri memilih tidak tidur bersamaku, aku kesepian memandangi sebelahku yang kosong.
"Gua udah di depan dar" pesan abri memecah lamunanku. Aku sedang berdiri di depan kamar mama papa. Apa auri tidak sekolah, kenapa dia belum bangun. Apa dia sakit?.
Aku memilih membiarkan auri. Aku mengiriminya pesan sebelum pergi.
Disekolah aku mengintip kelas auri. Kursinya kosong. Aku khawatir. Aku duduk malas-malasan di kantin.
"Dar, lo tega ya bohongin kita" amel yang baru tiba mengomeliku.
"Lo sama kak auri ternyata saudara, kak auri udah cerita" lanjut amel. Aku kaget, namun bersikap biasa.
"Iya dia kakak gua, anak dari papa baru gua" ucapku
"Kok lo gak cerita dari awal sih?"
"Iya sorry mel, rin. Takut gak nyaman aja"
"Huft, hampir aja gua cinta mati sama kakak sahabat gua sendiri" ucap amel menyeruput minumannya. Rina tertawa
"Gila lo, auri cewek"
"Lo yang gila, lo suka juga kan sama kak auri" celetuk amel. Aku terdiam. Amel dan rina menatapku lekat, mereka menunggu jawabanku. Tenggorokanku terasa kering, aku meraih minuman amel.
"Kakak gua, ya suka lah" jawabku.
Plak.. amel memukul kepalaku. Aku dan rina terlejut. Aku memegangi kepalaku yang tidak sakit. Hanya kaget dengan tindakan amel.
"Lo jangan kaku banget deh dar. Kita udah sahabatan lama, gua tau gelagat lo" ucap amel kembali mengambil minumnya dari tanganku.
"Kalau suka ya jujur aja dar, gua sama amel open minded kok. Kita gak akan judge lo. Kita juga suka lihat kalian bareng" ujar rina. Aku mendesah berat. Aku tidak menjawab ucapan mereka. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Kelas hari ini berakhir. Aku ingin segera pulang memastikan auri baik-baik saja.
"Dar"
"Iya pak" aku menghentikan langkahku.
"Auri sakit?" Tanya pak rangga. Aku diam sejenak memilih jawaban.
"Auri chat bapak, katanya dia gak masuk. Tapi dia mau les nih, dia minta bapak ke rumah. Kamu mau pulang kan?, ayo sama bapak" pak rangga langsung berbalik menuruni tangga, aku segera mengekorinya.
Auri membuka pintu apart. Mata kami bertemu. Dia terlihat baik-baik saja, hanya matanya yang tampak sembab dan sedikit bengkak. Apakah ia menangis semalaman. Aku merasa bersalah, aku segera masuk ke kamar.
Setelah mengganti baju, aku inisiatif membuatkan minuman dan cemilan untuk pak rangga. Aku memilih duduk di sofa memainkan hpku, namun telingaku mendengarkan dan sesekali melirik mereka.
Dua orang yang ku kagumi ada disana. Aku mengagumi pak rangga sebagai guru favorit. Lalu auri, aku mengagumi kecantikannya, aku menyukai kepolosannya, senyumnya, perlakuan manisnya, bibirnya.
Napasku tercekik. Aku menggelengkan kepalaku berusaha mengusir bayangan bibir dara. Kenapa aku terobsesi dengan bibirnya. Dara, sadar!.
Aku melihat mereka lagi yang sudah selesai belajar. Mereka ngobrol santai. Melihat senyum mereka aku merasa mereka cocok. Hah?. Aku merasa gerah memikirkan itu.
Senyum auri masih terlihat ketika ia sudah memgantar pak rangga hingga ke depan pintu. Namun senyumnya hilang ketika melihatku. Aku merasa marah menyadari hal itu.
"Lo bicara apa ke amel dan rina"
Kalimat ini kembali menabuh perang antara aku dan auri. Ketika auri pergi dengan suara bergetarnya, aku menyesal. Rina dan amel tidak seperti yang aku ucapkan barusan.
Pagi ini aku memilih kembali pergi dan pulang sekolah bersama abri. Di kelas amel dan rin menyerangku.
"Lo buat kak auri nangis ya?" Amel mulai mengintrogasiku
"Lo jangan jahat ya sama kakak gua" ucap amel
"Iya dar, kasian kak auri. Lo jangan terlalu keras" tambah rina.
"Gua pulang bareng abri, lo berdua bisa nunggu kak auri gak sampai dia turun. Temenin dia" ucapku. Amel dan rina saling pandang, lalu mengangguk.
"Lo sama abri pacaran dar?" Tanya rina. Aku menggeleng pelan.
"Lalu?"
"Gua belum ada ngerasain apa-apa. Gua tahu abri deketin gua bukan cuma sekedar buat temenan"
"Jangan mainin perasaan orang dar" ujar rina. Aku mengangguk.
Auri menyelesaikan sendokan es krim terakhir. Aku menyentuh bibirnya, membersihkan sisa es krim disana.
"Berantakan banget" ucapku.
"Lo juga kok" ucap auri menunjuk bibirku.
"Oh ya" aku menatap wajahku di layar hp, ah benar. Aku mengambil tissue.
"Gua aja" auri menahan tanganku. Ia hendak menyentuh bibirku dengan tangannya. Aku menahan tangan auri.
"Kenapa?" Tanyanya
"Tangan lo kotor" ucapku. Auri mengerutkan keningnya. Aku beranjak, mendekat dan berdiri tepat di depan auri. Aku mengangkat sedikit dagu auri hingga ia mendongak ke arahku.
Mata kami saling tatap. Jantungku berdebar. Tubuhku terasa panas. Aku menyentuh bibir dara yang tertutup rapat, ketika ku sentuh perlahan bibir dara terbuka. Gerakan itu seperti magnet yang menarikku, aku menunduk dan menyentuh bibir auri.
"Apa yang lo lakuin dar?" Tanya auri dengan serak setelah aku melepas bibirnya. Aku menatap auri lekat, aku tersenyum.
"Gua mau cium lo lebih, boleh?" Bisikku. Auri menutup matanya perlahan, aku kembali menunduk mendaratkam bibirku. Aku menciumnya lebih dalam. Aku merasakan manisnya es krim disana. Ku lepas bibirku ketika merasakan auri membalas ciumanku tak kalah dalam. Aku menatap mata auri, ia seperti protes karena tiba-tiba menghentikan ciuman ini.
"Kenapa kita lakuin ini dar?" Tanya auri dengan mata sayu. Aku menelan air liurku. Ku belai pipi auri dengan lembut. Aku menarik auri memeluknya erat.
"Gua juga gak tau ri" jawabku lirih. Tiap melakukan ini ada rasa sakit di hatiku. Jantungku berdebar, namun rasanya sakit.
Aku menatap auri yang tidur di sampingku. Aku memikirkan ucapan rina dan amel. Apakah aku menyukainya, suka sebagai apa?, kakak, teman, atau lebih spesial. Pasangan?. Aku mendesah berat. Aku menarik selimut menutupi wajahku. Apa yang akan aku lakukan?.
Hai guys...
Last part nih, sebelum kita liburan.
See you guys bulan depan hehe
Selamat lebaran,. Selamat liburan..
Maafkan kalau lama update,.
Salam hangat dari auri dan dara 🤗🥰
Thankyou yaa 🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone
Adventure(GxG) kamu tidak akan tahu, bagaimana kehidupanmu ke depan. siapa yang akan kamu temui & kamu tinggalkan. siapa yang akan kamu cintai dan kamu benci. aku bahkan tidak menyangka, ketika aku iri dengan temanku yang punya orang spesial, tuhan pertemuka...