27. TwentySeven

2.2K 227 6
                                    

"Dar, berangkat sama mama papa ya" ucap mama disela sarapan.

"Auri bisa anter dara kok ma" Aku melirik dara, ia menaikkan alisnya dan tersenyum.

"Kamu kan libur ri" sahut papa

"Karena libur jadi punya banyak waktu pa, lagian kantor papa kan beda arah dengan sekolah" jelasku, mama papa mengangguk.

"Segitunya yang mau anter gua, lo takut kangen ya" ucap dara ketika kita sudah di mobil, aku memicingkan mataku padanya.

"Padahal tiap hari ketemu loh kita" ucapnya lagi.

"Ya udah, lo naik ojek aja sana!" Kataku membuka seatbelt.

"Ah, becanda gua" dara menahan tanganku. Aku menatapnya kesal, namun ia memasang wajah melasnya. Aku kembali memasang seatbelt.

"Habis anter gua, lo mau kemana?"

"Balik apart"

"Ntar pulang sekolah lo jemput gua kan?"

Aku menoleh, dara menyeringai.

"Ayolah" ucapnya.

"Iya" jawabku.

Seusai anter dara, aku kembali ke apart. Sendirian dirumah terasa sepi. Aku membuka email terakhir yang masuk. Aku membuka satu persatu. Email dari kampus yang aku daftar membuatku galau. Aku menggigiti ujung jariku dan menghela napas berkali-kali.

Aku berencana akan bicara dengan papa secepatnya.

"Papa, auri boleh minta waktu buat ngobrol berdua?"

Papa langsung menjawab pesanku

"Papa usahain pulang cepat ya"

"Boleh ngobrol di luar?, auri bisa tunggu papa"

"Boleh, 1 jam lagi papa makan siang"

Aku beranjak mengambil kunci mobil dan segera menghampiri papa. Ketika akan ngobrol berdua, aku dan papa biasa lakuin hal ini.

Aku tiba lebih dulu dari papa. Tak lama menunggu papa tiba.

"Sambil makan ya!" Papa memesan makanan untuk kita. Setelah memesan papa melipat tangannya di tas meja dan menatapku.

Aku membuka laptop yang sengaja aku bawa. Ku buka email dan menunjukkan ke papa. Aku menunggu papa membaca semua email yang aku tunjuk dengan cemas.

"Hmm, kamu minta pendapat papa?" Tanya papa. Aku mengangguk.

"Papa lebih suka kamu ke sini" ucap papa menunjuk satu email. Aku mengambil alih laptop dan membaca ulang email itu.

"University sydney?" Tanyaku. Papa mengangguk.

"Kenapa pa?"

"Jurusan dan kampus yang kamu pilih bagus. Walau ada empat yang kamu pilih, kampus di indonesia dan diluar lolos program beasiswa. Papa yakin disana kamu bisa lebih berkembang" jelas papa. Aku mempertimbangkan ucapan papa.

"Kamu sendiri, mana yang menjadi pilihan?"

"Ada 2 pa, Jakarta, lalu kampus yang papa bilang"

"Berarti sudah jelas pilih yang mana" ucap papa. Aku tersenyum tipis membalas senyuman papa.

Setelah ngobrol dengan papa, aku malah semakin galau. Bukan lagi karena pilihan apa yang akan aku ambil. Tapi bagaimana berbicara dengan dara. Aku sedang dalam perjalanan ke sekolah.

"Hai cantik, lama ya nunggunya?" Dara baru saja masuk mobil. Ia tampak berkeringat dan sudah tidak memakai seragamnya.

"Tadi ekskul dulu" ucapnya sebelum aku bertanya.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang