37. ThirtySeven

2.1K 235 8
                                    

Advika auristella

Aku menghapus air mataku. Aku sedari tadi menatap keluar jendela pesawat. Tak ada yang kupikirkan kecuali dara, meninggalkannya dalam keadaan menangis seperti itu, tentu saja hatiku sakit.

Papa dan mama menemani 1 minggu. Aku masih seperti ada dirumah, bedanya tak ada dara. Mama dan papa seperti sedang honeymoon, kami bertiga jalan-jalan sambil mengurus keperluanku. Aku sedikit lupa akan dara.

Selama seminggu itu pun aku tak ada komunikasi dengan dara, awalnya aku menunggu pesan darinya. Namun tak ada satu pun notif darinya, aku mengetahui semua tentangnya dari amel dan rina, mereka selalu memberi tahuku keadaan dara tanpa ku minta.

Namun satu hal yang tak ku tahu adalah dara datang kesini. Papa mama menelponku dengan panik karena dara gak bisa dihubungi, seharusnya ia sudah landing, harusnya ia sudah menelpon mama papa. Aku kalang kabut saat itu, aku buru-buru pulang dari kampus menuju bandara, mencari tahu pesawat dara yang benar sudah landing sesuai jadwal. Aku buru-buru pulanv ke apart, kakiku lemas melihat dara tidur di depan apart. Aku mengatur napasku sebelum membangunkannya.

Ketika dara bangun. Jantungku berdebar melihatnya, wajah yang selalu aku rindukan, semakin rindu ketika amel dan rina bercerita tentang keseharian dara. Wajah menggemaskannya saat itu membuatku ingin segera memeluknya.

Ah tidak, aku menggeleng cepat. Memgalihkan pandanganku, membuka pintu apart dan segera masuk. Aku tidak bisa menunjukkan kerinduanku. Setelah satu tahun menahan semua rasa, aku tidak akan dengan mudah jatuh semakin hanyut.

Saat dara menciumku di taman. Awalnya aku tak sadar karena mabuk. Tapi ketika dara menhentikan ciumannya, kesadaranku kembali. Aku ingin lebih, aku memintanya. Kami berciuman kembali. Aku sangat merindukan semua tentang dia, bibir lembutnya selalu membuatku candu. Aku merasakan lidahnya, aku tersadar ciuman ini harus berhenti.

Sejak malam itu, jantungku berdebar seperti pertama kali. Bibirku mengingat jelas bagaimanaa pertama kali dara menciumku. Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku tidak mau semakin dalam mencintainya.

Peraturan auri-dara. Hanya ini yang terlintas di benakku untu menjaga jarak dengan dara. Dengan ini aku dan dara akan memiliki batasan, mengurangi skinship adalah hal utama.

Aku tahu dara banyak melakukan hal kecil untukku, dara mengurusku, menjagaku, memperhatikanku. Melihat pantry dan kulkas yang penuh aku terkejut, lebih terkejut melihat nominal di struk yang dara buang. Sedih melihatnya harus kerja sepulang kukiah dan harus pulang larut. Aku tidak mungkin menunjukkan kekhawatiranku akan dirinya, aku tidak boleh goyah dan luluh padanya.

Hingga saat dara mengajakku pergi nnton, aku ragu. Apakah ini semacam kencan, kita hanya berdua. Aku memikirkannha seharian, akankah aku pergi atau tidak. Dara mengirimiku pesan saar siang, aku mengiyakan ajakannya. Namun aku semakin gelisah.

Aku bangun tidur dengan kepala terasa berat. Aku tak melihat dara, aku terenyuh dengan makanan dan minuman yang disiapkan dara di meja. Aku menggigit ujung kukuku menatap makanan itu, aku mengingat diriku yang mabuk malam tadi. Aku mondar-mandir gelisah.

Aku melihat jam di layar hp ku. Harusnya dara sudah pulang kerja, namun dara tak kunjung pulang. Haruskah aku menelponnya?. Ah tidak. Aku pergi ke bawah mencari mini.arket yang masih buka, aku membeli beberapa cemilan dan berjalan sebentar di sekitar apart.

Gelisahku tak kunjung hilang, akhirnya aku menelpon amel dan bercerita dengannya.

"Lo sengaka gak datang?"

Aku sontak menutup hpku, menoleh ke belakang. Dara berdiri disana. Tak ada alasan yang bisa ku katakan. Aku merasa bersalah padanya.

"Gua cinta lo ri"

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang