41. Forty one

2.2K 205 5
                                    

Aku duduk termenung menatap keluar cafe. Hujan sore ini membuatku sedikit mengantuk. Suara derasnya hujan, ditambah musik yang mengisi cafe. Aku Memperhatikan jalanan dan orang yang lalu lalang di bawah hujan. Cafe hanya ada beberapa pengunjung, aku tak ada kerjaan selaim duduk menunggu customer.

"Coffee,."
Aku tersenyum menerima coffee dari agatha. Wanita asli autralia ini adalah anak owner cafe. Ia masih kuliah di kampus yang berbeda denganku.

"Bosan?" Tanyanya dengan english aksen australianya.

"Sedikit"

"Sudah masuk musim dingin, ini musim dingin pertama kamu kan?"

"Iya"

"Kamu tidak bawa persiapan?"

"Aku akan pulang setelah hujan berhenti"

"Ini akan lama" ucapnya. Kami lanjut ngobrol sambil menikmati kopi buatannya.

"Dara, kamu mau aku antar pulang?" Agatha sedang memakai jaket dan ranselnya. Ia menunjukkan kunci menandakan ia membawa mobil. Aku berpikir sejenak, melirik jam di dinding. Aku sudah terlalu lama menunggu hujan berhenti, harusnya aku sudah pulang 3 jam yang lalu.

"Ok, wait!" Kataku bergegas mengambil barangku di belakang. Aku mengekori agatha keluar cafe, dan..

"Auri?" Kataku menghentikan langkahku. Auri berdiri di seberang jalan, menunggu lampu merah.

"Ada apa?" Agatha berbalik menatapku

"Sorry ta, aku gak jadi pulang bareng kamu" kataku.

"Why?"

"Udah dijemput" jawabku. Agatha mengernyitkan dahinya, lalu berlalu tanpa bertanya.

Aku tersenyum lebar melihat auri jalan ke arahku, rasanya ia jalan melambat penuh pesona. Auri memakai jaket panjangnya, ia menutupi kepalanya dengan topi jaket berbulu itu.

"Hai" sapanya setelah berada satu meter di depanku.

"Ayo pulang!" Auri mendekat, mengulurkan tangannya padaku. Aku meraihnya dan sedikit menunduk untuk berdiri di bawah payung. Aku berjalan sembari merangkul erat lengan auri.

"Kenapa kamu gak bawa jaket?" Tanya auri, ia menyadari aku yang semakin meringkuk merapatkan tubuhku padanya.

"Aku gak lihat perkiraan cuaca" jawabku asal. Auri melepas rangkulan tanganku.

"Aku lapar, kita makan dulu" ucap auri. Ia kini merangkulku. Menarik bahuku hingga rapat ke tubuhnya. Posisi ini nyaman, karena Aku yang lebih pendek darinya. Aku mendongak menatapnya dengan senyum manis.

"Kenapa senyum begitu?" Tanya auri heran. Aku tertawa kecil, ku lingkarkan tanganku di pinggangnya.

"Ayo, aku juga lapar" jawabku. Aku senang dengan situasi ini, ini manis dan romantis. Walau diluar terasa dingin, namun hangat di dalam.

Kami duduk berhadapan di resto jepang. Auri meletakkan sup hangat di depanku. Ia menikmati supnya dengan lahap.

"Kenapa kamu gak makan dirumah ri?" Tanyaku melihat ia yang kelaparan.

"Aku nunggu kamu"

"..."

"Karena gak sabar aku inisiatif jemput kamu" lanjutnya setelan menelan makanannya.

"Karena lapar?" Tanyaku sedikit kecewa, aku pikir karena ia merindukanku. Auri menatapku sejenak.

"Selain itu karena kangen kamu juga" jawabnya. Aku tersenyum senang mendengarnya. Auri ikut tersenyum sambil menggeleng.

"Mulai besok kamu harus bawa payung dan jaket" ucap auri, ia menyentuh ujung bibirku dengan ibu jarinya.

"Sudah musim dingin, aku udah siapin payung dan jaket buat kamu" lanjutnya

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang