13. thirteen

2.5K 243 9
                                    

"Hari ini gua mulai belajar dengan pak rangga" ucap auri ketika aku hendak turun dari mobil, aku menatap auri.

"Rencana di perpus setelah jam sekolah, lo temenin gua ya" pinta auri. Aku mengerjapkan mataku, aku tak percaya dengan apa yang baru ku dengar. Auri memintaku menemaninya?

"Halo kak auri" ria dan amel berteriak dan berlari menghampiri aku dan auri yang masih beberapa langkah dari mobil.

"Kk keren loh" puji amel. Auri tertawa kecil melihat amel yang heboh.

"Nanti kalau udah lulus, bisa dong kak ajarin kita berdua, jadi guru les kita" ucap rina

"Kok berdua sih, aku aja kak!" Sela amel

"Emang lo ada duit?, kalau berdua kan lebih hemat" ucap rina

"Maksudnya?" Amel mengerutkan keningnya

"Harga diskon" ucap rina cekikikan. Aku menggelengkan kepala melihat dua sahabatku ini.

"Stop guys, kak aurinya mau ke kelas dulu ya" ucapku sambil menggandeng lengan auri. Amel tak terima, ia melepas tanganku dari auri.

"Lo lagi, ntar jangan ikutan nimbrung kalau kak auri mau jadi guru kita" ucap amel sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Gak akan mel, soalnya kan gua gratis. Jadi khusus" ucapku dengan nada sombong

"Hah??" Amel dan rina bereaksi berlebihan, tatapan mereka seolah meminta penjelasan, begitu juga tatapan auri yang menaikkan salah satu alisnya dan tersenyum. Aku salah tingkah dengan ucapanku sendiri.

"Udah yuk ah masuk, udah bel" aku segera melangkah cepat meninggalkan mereka. Bel sekolah menyelamatkanku.

Usai sekolah, aku masih diam di kelas menatap layar hp ku. Aku sudah mengirim pesan pada auri untuk menemuiku di kelas sebelum ia turun ke perpustakaan.

"Dar"

Aku menoleh ke arah pintu. Sosok yang ku tunggu sudah berdiri disana. Aku segera bangkit menghampirinya.

"Pak rangga udah nunggu di bawah" ucapnya. Aku mengangguk. Kita berggas turun. Benar saja, pak rangga sudah duduk manis di sudut perpus sebelah jendela yang terbuka. Pak rangga selalu tampak keren dari sudut manapun.

"Halo" sapa pak rangga pada kami. Kami mengangguk hormat padanya. Auri duduk tepat di depan pak rangga. Aku duduk sedikit berjarak dengan auri.

Auri mulai belajar tanpa basa basi. Karena sebenernya pak rangga juga gurunya auri di kelas. Mereka tak tampak canggung membahas materi. Aku memperhatikan mereka dengan tangan menopang kepalaku. Aku memandangi dan mengagumi mereka. Selain pak rangga yang berkali-kali aku puni. Auri juga menyita perhatianku, garis wajahnya aku suka. Matanya, bibirnya. Aku terpaku pada bibir auri yang cute.

Aku yakin sedang memperhatikan mereka sebelumnya. Namun saat ini posisiku sudah berubah. Kepalaku tergeletak di tas meja, mataku terasa berat. Aku merasakan silau di mataku yang tertutup dan panas di wajahku. Aku bergerak tak nyaman hendak protes, namun rasa kantukku yang berat membuatku enggan membuka mata. Tiba-tiba rasa silau mata dan panas di wajah hilang, kenapa?. Aku penasaran dan membuka mataku perlahan.

Mataku mengerjap, nyawaku terkumpul seketika melihat auri tepat di depanku. Ia menatapku dengan tangan menopang wajahnya. Ia tersenyum padaku, aku membalas senyumnya. Aku terpaku.

Kami saling tatap lebih lama. Tak ada yang bergerak memecah kekakuan ini. Tangan auri bergerak menyentuh hidungku.

"Lo tau?, gua suka sama bentuk hidung lo" ucap auri. Jantungku berdebar. Tanganku juga bergerak dengan ringan menyentuh bibir bawah auri.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang