20. Twenty

2.3K 231 2
                                    

"Ri" aku memberanikan diri memanggil auri yang jalan mendahuluiku. Kita sudah berdiri di depan lift. Auri berbalik menatapku.

"Gua pergi bareng abri, lo gak apa kan sendiri?" Tanyaku. Auri mengangguk pelan. Kami memasuki lift, auri bersandar di dinding, sedangkan aku berdiri diujung. Aku merasa canggung. Aku turun lebih dulu, karena auri harus ke basement mengambil mobil.

"Selamat pagi pacarku" sambut abri dengan senyum cerahnya. Aku tertawa geli mendengarnya, abri memberi helm padaku. Kami pun berangkat, aku menoleh ke belakang, belum tampak mobil auri.

Sesampainya di sekolah. Aku bersamaan tiba dengan amel dan rina.

"Weh, pasangan baru nih" sahut amel

"Mau bareng ke kelas?" Tanya abri.

"Lo duluan aja bri, gua sama mereka mau ke kantin sebentar" jawabku sambil mendorong pelan bahu abri. Abri mengangguk dan pergi.

"Kak auri mana?" Tanya amel.

"Tuh baru nongol" ucap rina. Serempak kami menoleh ke arah mobil auri yang baru masuk parkiran. Kami masih berdiri disana menunggu auri. Auri menghampiri kami, ia tersenyuk tipis ketika amel menyambutnya dengan antusias.

"Ikut kita ke kantin yuk kak, belum sarapan kan?" Ujar amel yang sudah menggelayut di lengan auri. Auri nurut. Ia mengikutik kami.

Aku meletakkan makanan di depan auri. Ia mengucapkan terima kasih tanpa menatapku.

"Kak ikut kita karaoke yuk?" Ajak amel. Aku melirik auri, penasaran apakah auri mau. Selama ini auri selalu menolak diajak karaoke.

"Setelah ujian semester ya" jawaban auri membuat amel bersorak senang

"Akhirnya. Gak masalah, kapan kakak bisa. Kita pun bisa" ucap amel. Rina menggelengkan kepalanya.

"Maaf ya kak, kita bisanya cuma ajak main. Gak pernah ajak ke hal lebih oositif" ujar rina.

"Gak apa, yang penting tidak menganggu waktu belajar" jawab auri.

"Lo kok diem aja dar, sariawan lo?" Celetuk amel. Aku berdehem merasakan kering tenggorokan, aku meminum air menghilangkan canggungku.

"Lo bisa kan pergi sama kita?, atau lo udah punya rencana sama abri?" Amel menatapku tajam.

"Belum ada rencana, bisa kok gua ikut"

"Ok, berarti dua minggu lagi ya" sahut rina.

Ujian semester akan dimulai minggu depan, tentu saja kita akan mulai sibuk belajar.

Aku sudah mulai tak pergi dan pulang bareng auri. Aku juga tak menunggu auri kelas tambahan. Aku bertemu auri hanya dirumah, itu pun auri tak berbicara. Kadang ketika kami hanya berdua dirumah, aku ingin mengajaknya bicara, tapi auri hanya fokus belajar sambil memakai earphonenya. Seminggu ini auri bahkan hanya bersuara ketika mama atau om andrea mengajaknya ngobrol.

Hari ini adalah hari pertama ujian. Pagi ini kita sarapan bareng lengkap dengan mama dan om andrea. Suara denting piring dan sendok memghiasi kesunyian meja makan ini. Auri menyudahi makannya dan beranjak.

"Auri, dara belum selesai" ucap om andrea. Aku tertegun menatap om andrea.

"Udah kok om" jawabku. Aku tak ingin auri menungguku sarapan.

"Lanjut makannya sampai beres dar, auri masih punya banyak waktu untuk nunggu kamu" ucap om andrea. Auri kembali duduk.

"Dara, hari ini pergi sekolah bareng auri kan?" Tanya mama. Mama tahu kalau aku sudah punya pacar, aku tak bisa menutupi hal ini pada mama. Tentu saja mama mengintrogasiku panjang lebar.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang