21. Twentyone

2.3K 230 5
                                    

Kami sampai basement apart jam 22.00. Mama dan om andrea pasti sudah dirumah. Aku menahan lengan auri ketika ia hendak keluar mobil.

"Gua mau bicara" ucapku. Auri kembali duduk.

"Kita mau sampai kapan diem begini?" Tanyaku. Auri tak menjawab.

"Bisa gak lo lihat gua kalau gua ngomong" aku menekan suaraku. Auri perlahan menoleh padaku.

"Kita gak bisa terus diem begini ri. Gua minta maaf kalau ada salah sama lo" ucapku. Ntah kenapa nada bicaraku bergetar, mataku panas seperti ingin menangis.

"Lo gak salah" jawabnya. Aku mengerutkan keningku. Ia tak lanjut bicara, hanya itu.

"Lalu kenapa lo diemin gua?"

"Karena gua gak bisa pura-pura dar. Gua gak bisa terus jadi kakak atau teman lo. Gua gak bisa terus tutup mata lihat lo sama abri" auri berbicara keras padaku. Aku terpaku dengan ucapannya. Auri langsung keluar dari mobil. Aku tersadar dan segera berlari menghampiri auri.

Aku menahan langkahku ketika auri telah masuk apart. Aku yakin mama dan om andrea sudah dirumah. Benar saja, sepatu mereka ada disana. Aku menyusul auri yang sudah masuk kamar.

"Ri, maksud lo apa" ucapku setengah berbisik.

"Lo gak usah pura-pura bego deh dar, gua udah nyatain perasaan gua ke lo" balas auri.

"Lo serius sama ucapan lo?" Tanyaku.

"Lo kira gua bercanda?"

"Gila ri, lo gak mungkin lah punya perasaan begitu ke gua" jawabku kesal. Auri berbalik mencengkram bahuku dengan kasar, ia mendorongku hingga aku bersandar di dinding. Aku menatap mata auri, terlihat amarau disana. Aku mendorong auri, namun tenaga auri lebih besar. Ia menahan bahuku dengan kedua tangannya.

"Kalau perasaan gua lo anggap gila, gua bakal lakuin hal lebih gila biar lo percaya" ucap auri. Aku merasa khawatir dengan siatusi ini. Auri menarikku dengan kasar, ia berusaha menciumku. Aku tak suka dengan apa yang auri lakukan, ia seperti dikuasai oleh amarah. Aku berusaha mendorongnya sekuat tenaga, hingga akhirnya auri melemah. Ia terjatuh menabrak meja belajarnya dan beberapa barang terjatuh.

Tok..tokk

"Auri, dara. Ada apa sayang?"

Suara mama terdengar.

"Gak apa ma, dara lagi beres-beres" sahutku. Suara mama tak menyahut lagi. Aku menatap auri yang memperbaiki bukunya. Aku membantunya.

"Gua bisa sendiri. Lo anggap aja gua gak ada, gua juga akan anggap lo gitu" ucap auri lirih. Hatiku terasa sakit mendengarnya.

"Auri" aku menggenggam lengan auri.

"Ciuman kita, lo anggap apa?"

Aku tertegun. Aku juga tidak tahu mengartikan apa yang kami lakukan, sekali, dua kali. Ciuman itu tanpa canggung. Kami menikmatinya, kami menyukainya.

Aku melepaskan genggamanku. Auri beranjak ke toilet. Aku duduk di tepi ranjang, memikirkan yang baru saja terjadi. Kenapa hubunganku dan auri selalu sulit, bahkan sejak awal.

*****

Hari ini hari pertama libur sekolah. Kita awali dengan bantu mama beres-beres rumah. Usai sarapan, om andrea langsung berangkat kerja. Sedangkan mama hari ini tidak ada kegiatan.
Aku sedang membersihkan ruang depan, aku mengelap semua yang berdebu hingga ke bagian terkecil.

"Ri tolong bantu mama" teriak mama dari dapur. Aku melirik auri yang bergegas menghampiri mama.

Aaakk.... gubrak. Aku terkejut. Aku berlari mendekat mendengar suara mama memanggilku.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang