60. sixty

1.8K 173 5
                                    

Hari ini aku ada penggarapan iklan dengan salah satu produk elektronik. Aku, emily dan dara sudah dilokasi memantau tim yang menyiapkan set. Emily masih sibuk memberi arahan ke artis, aku duduk di balik kamera dengan dara yang berdiri di sampingku.

"ini artis baru?" Tanyaku ke emily yang sudah kembali.

"Iya, titipan papa"

Proses shooting berjalan alot. Aku memijit kepalaku yang mulai sakit. Artis baru ini belum memenuhi keinginan emily, ia bolak balik memberi arahan dan ngomel bersamaan.

"Argh" keluhku, leherku terasa kaku. Satu iklan saja menghabiskan banyak waktu. Emily meminta semuanya istirahat sebelum lanjut iklan kedua dengan artis yang sama.

"Kopi!"

Aku mengambil kopi dari dara.

"Sini aku pijit" Dara berpindah ke belakangku dan memijit bahu serta leherku. Pijatan dara merilekskan ototku.

"Hai auri"

Aku terkejut melihat ronald. Kenapa ia ada disini, emily menghampiri kami tergesa-gesa.

"Kalian masih,hmm... pacaran?"

Aku tidak suka dengan tatapan ronald. Aku refleks berdiri dan selangkah menjauhi dara. Aku memperhatikan sekitarku yang mulai melihat ke arah kami.

"Hai ron, apa kabar?" Tanyaku. Ronald merentangkan kedua tangannya.

"Aku hidup dengan sangat baik auri" jawabnya. Ia terdengar angkuh.

"Ron, ayo ngobrol ditempat lain" ajak emily.

"Sebentar!, jadi gimana?, kalian masih pacaran?" Ronald kembali bertanya dan tidak peduli pada emily yang menariknya. Aku menoleh ke dara, ia bergerak maju mendekati ronald.

"Apa urusannya sama kamu?" Aku tertegun melihat Dara bertolak pinggang.

"Kamu gak berubah ya" kata ronald tertawa terbahak.

"Ayo ron, kita gak punya waktu banyak" emily menyela ronald, ia berhasil membawa ronald pergi. Aku kembali duduk dan berdecak kesal.

"Kuku kamu bisa rusak" dara menurunkan tanganku ketika aku menggigiti kukuku. Aku menangkis tangan dara. Aku gelisah melihat orang-orang mulai berbisik-bisik.

"Sorry" Emily sudah kembali. Kami akan lanjut shooting iklan kedua.

"Ini produk ronald, sorry aku lupa bilang ke kamu" jelas emily. Aku hanya menghela napas berat. Aku bukan mengkhawatirkan ronald. Bagaimana tanggapan orang terhadapku dan dara, apalagi aku sedang promosi series adaptasi dari novel dara.

"Are you ok?, kenapa gak dimakan?"

Aku tersadar dari lamunan. Dara sudah duduk disampingku. Aku menyuap nasiku dengan tak semangat.

"Kamu terganggu sama omongan ronald?" Pertanyaan dara membuatku semakin berpikir keras.

"Gak usah dipikirin, nyatanya kita gak punya hubungan" ujar dara, aku hanya diam mengaduk-aduk makananku.

"Apa perlu aku umumin ke orang-orang kalau kita gak pacaran?"

Aku menatap dara, aku rasa itu gak perlu. Tapi aku khawatir jika orang bergosip yang tidak-tidak, aku khawatir jika omongan orang melukai dara ataupun aku nantinya.

"Ayo pulang, yang lain juga udah pada pulang" ujar dara.

"Aku pulang naik taxi aja ya" jawabku tak beranjak dari dudukku. Aku mendongak melihat dara. Ia berpaling dan memasukkan kedua tangannya dalam saku jaketnya.

"Kenapa?, kamu takut orang pikir kita pacaran"

"Dar, ini dunia kerja. Banyak hal yang bisa jatuhin kita, bahkan yang kita anggap bukan apa-apa bisa jadi masalah besar. Aku baru aja jadi produser utama untuk kerja sama kita, dan banyak orang yang bergantung sama kesuksesan film kita" jelasku. Dara berbalik menatapku.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang