54. fifty Four

1.6K 185 7
                                    

Aku harus kembali bersabar menunggu kabar dari auri. Kali ini aku terima semua telpon dari nomor yang gak ku kenal, karena aku berharap itu adalah auri. Sialnya sampai hari ini belum ada lagi kabar auri.

Kegiatanku membosankan, kampus rumah dan cafe menemui agatha. Papa juga hanya ada dirumah saat malam. Rumah sebesar ini terasa semakin sunyi.

Aku menghela napas berat berkali-kali, rasanya sesak tiap memikirkan auri yang terperangkap di apart bersama mama papa. Aku berputar-putar dikasur, bersenandung gak jelas, memainkan game hingga tertidur.

"Dar, papa tunggu dibawah ya" papa mengirimku pesan. Aku langsung turun untuk makan malam bareng papa. Usai makan papa mengajakku duduk santai di depan tv. Tv besar ini menyala tanpa suara.

"Papa baru bertemu mama kamu dan papa auri"

Aku kaget, masalah ini semakin serius sampai mereka harus bertemu. Aku menguatkan hatiku menerima yang akan papa sampaikan.

"Dar, papa auri gak terima dan sangat marah. Mama kamu juga gak bisa redain emosinya papa auri. Ini gak bagus buat hubungan kalian"

"Jadi maksud papa aku harus nyerah?"

"Dar, kamu dan auri akan semakin sakit dengan penentangan orang tua kalian. Hanya papa yang ada disisi kalian, namun papa bukan siapa-siapa"

"Tapi pa..."

"Papa ngerti sayang, sekarang yang kamu pikirkan bukan hanya kamu dan auri. Bukan papa auri. Tapi mama dan kenzo adik kamu. Bayangin gimana serba salahnya posisi mama kamu. Mama sangat mencintai kamu, mama jelas ingin kamu bahagia, tapi bagaimana dengan papa auri?"

Telapak tanganku basah, kakiku juga mulai bergoyang tak tenang. Wajah mama terbayang di benakku, wajah sedih mama, tangis dan kacaunya mama.

"Dara gak bisa jauh dari auri pa, setahun auri pergi kesini ninggalin aku, itu hari-hariku udah seperti neraka, lalu bagaimana aku bisa hidup tanpa dia pa, aku.." suaraku tercekik di tenggorokanku, wajahku panas dan air mataku merengsek keluar dengan derasnya.

"Kamu harus belajar apa arti berkorban, siap gak siap" ujar papa. Aku memeluk dan menangis di pelukan papa. Aku tak bisa berpikir, hatiku berkecamuk ingin marah ke semua orang termasuk ke diri sendiri.

Suda beberapa hari sejak papa bertemu mama dan papa andrea. Aku tak bisa menemui auri, aku tiap hari menunggu auri di depan kampus. Aku juga mencari tahu dari sarah & emily, namun mereka juga ikut menghindariku. Aku khawatir dengan auri. Aku ingin sekali saja melihatnya. Aku selalu menunggu telpon darinya.

Kali ini aku kembali memberanikan diri berdiri di pintu apart. Sandi apart masih tak sama, aku memanggil auri berulang kali. Berdiri disini membuatku semakin sedih, aku seperti tak punya harapan dan kekuatan tambahan. Aku ingin melihat kekasihku.

Klik... pintu apart terbuka. Aku menegakkan bahuku, mama menatapku. Ia keluar menutup pintu dan berjalan melewatiku. Aku mengikuti mama.

Mama dan aku duduk bersebelahan di kursi taman. Kami memperhatikan anak-anak yang bermain disana.

"Dulu, mama takut karena harus membesarkan kamu sendirian. Mama gak punya siapa-siapa, tapi tangan kecil kamu yang selalu genggam jari mama seolah memberi kekuatan untuk mama.

".. Dara, maafin mama udah pisahin kamu dengan papa. Egoisnya mama lakuin itu, mama benci papa kamu, tapi dia menyayangi kamu.

".. mama gak tahu kenapa kita harus seperti ini. Mama takut kehilangan semuanya, rasanya mama baru saja bahagia punya keluarga lengkap"

Hati anak mana yang tak sedih mendengar ini, aku menunduk menahan tangis.

"Dar, kamu masih mau pertahanin hubungan kamu dengan auri?"

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang