56. fifty six

1.6K 197 11
                                    

Aku gak mau merindukanmu malam ini, dan aku gak mau dunia melihatku begini, semua yang telah kita bangun hancur sehancurnya. Orang tak akan mengerti apa yang kita rasakan, mereka hanya tahu kita adalah salah satu dari kumpulan manusia salah.

Aku memghentikan ketikanku. Aku menutup laptopku, mataku sudah lelah. Aku melepas kaca mataku dan sedikit mengucek. Gorden kamarku berkibar akibat balkon yang terbuka, aku berjalan kebalkon menikmati sisa kopiku. Memandang langit yang cantik dihiasi bulan dan bintang.

Drrtt...drrtt... aku menatap malas nama yang tertera di layar hp ku.

"Halo"

"Dar, gimana udah ada progress blom?, bos nanyakin aku nih"  agatha mulai sewot. Aku sedang mengerjakan novel keduaku. Setelah novel pertamaku diterima dan laris terjual, aku jadi tertekan karena khawatir jika karya selanjutnya tak selaris yang pertama.

"Besok bos minta aku ke kantor, matilah aku!" Aku menghela napas berat mendengar keluhan agatha. Aku merasa bersalah karena agatha harus tsrus menghadapi berisiknya para bos dan jajarannya.

"Besok aku ikut ke kantor" jawabku.

"Yakin?" Agtha terdengar kaget, karena aku sendiri belum pernah menginjakkan kakiku di perusahaan itu. Semua urusan selalu di wakili oleh agatha. Agatha pun menutup telpon ketika yakin

Sejak novel pertama terbit. Aku meminta agatha untuk mewakiliku ketika aku harus berhadapan dengan orang yang ingin berbicara tentang novelku.

Aku sudah lama tak bersosialisasi dengan orang banyak. Setelah kembali bekerja di cafe, ternyata tubuhku menolak untuk terlalu aktif. Aku gampang lelah dan tumbang, akhirnya aku memilih melakukan hal-hal yang tak membutuhkan ke aktifan fisik. Salah satunya adalah menulis, aku bisa menghabiskan waktu seharian di dalam kamar.

Erick menyambutku dengan senyum hangat. Aku bergabung dengannya dan papa untuk sarapan.

"Dar, kuliah kamu sudah beres. Kamu mau lanjut S2 atau mau ikut ke kantor papa?"

Aku menatap papa dan erick bergantian.

"Aku masih bingung pa" jawabku

"Novel kamu bagaimana?" Tanya erick

"On process"

"Kamu masih tetap bisa menulis walaupun mulai terjun bisnis dengan jemmy" ucap erick. Papa mengangguk setuju. Aku tak menjawab, aku akan memikirkan hal ini. Aku masih tidak yakin dengan diriku, menjadi penulis saja tak pernah terbayang olehku. Rasa sakit dan keterpurukan yang membuatku mencurahkan semuanya dalam tulisan.

"Akhirnya nongol juga nih red porsche" agatha menggerutu memakai seatbelt.

"Sorry" ujarku, agatha hanya mendengus.

Aku dan agatha memasuki kantor CEO. Perusahaan penerbit ini milik teman bisnis papa, aku sedikit dapat perlakuan khusus oleh mereka. Novel keduaku sudah hampir satu tahun tak selesai, mereka tak pernah secara langsung protes denganku, melainkan pada agatha.

Aku disambut oleh ceo, ia tampak masih muda seperti papa.

"Aku gak akan lama" ujarku ketika beberapa orang masuk menyuguhkan minuman dan makanan di meja depanku.

"Ini pertama kalinya nona datang ke perusahaan saya, saya harap nona tidak sungkan untuk lebih lama disini"

Ceo ini duduk di hadapanku, ditemani sekretaris mudanya. Aku memperhatikan kantornya yang luas.

"Aku ingin memperjelas novel keduaku, aku tidak akan memberikan harapan lebih. Aku tidak akan menyelesaikannya dalam waktu dekat" jelasku. Ceo itu diam sejenak, lalu memoerbaiki duduknya dan berbicara lebih serius.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang