39. ThirtyNine

2.1K 214 4
                                    

Aku terkejut ketika bangun tak ada dara disampingku.

"Dar.. dara" panggilku, tak ada yang menyahut. Aku meraih hp di dekat bantalku.

"Sayang, maaf aku pergi. Aku lupa kabarin kalau ada event di cafe"

Aku kembali meletakkan hp dan mandi. Aku kuliah seperti biasa. Pulang kuliah aku pergi ke cafe dara. Aku memperhatikan cafe dari kejauhan. Cafe itu tampak ramai dari biasanya. Aku tidak tahu ada perayaan apa disana, yanv jelas dara tidak mengirimiku pesan lagi setelah pergi.

Sebenernya keuanganku dan dara sama saja diberi papa mama. Namun karena aku beasiswa, aku memiliki uang lebih. Selain itu aku juga mendapatkan uang dari penerjemah jurnal yang sudah aku lakukan sejak SMA. Seharusnya dara tidak perlu bekerja, namun ia bilang ia ingin punya tambahan uang saku.

Aku memilih kembali ke apart. Ramainya cafe itu membuatku malas berdesakan disana.

"Sayang, aku jalan pulang. Kamu ada mau beli sesuatu?"

Akhirnya dara mengirimiku oesan, aku sudah menunggunya sejak pagi. Ini sudah jam 10 malam, aku hanya ingin dia cepat pulang.

"Cepatlah pulang!"

Aku menunggunya di sofa, menonton tv dan sesekali melihat hp. Satu jam berlalu, ia juga tak datang. Harusnya ia hanya perlu waktu 30 menit sampai apart. Aku mondar mandir di depan pintu. Aku terkejut mendengar suara pintu, aku berlari menuju sofa dan berdiri disana sambil mengotak atik remote tv. Aku bertingkah seolah aku tak menunggunya.

"Hai sayang" dara memelukku dari belakang. Ia mendusel dileherku, menciumku. Perlahan aku melepaskan diri darinya.

"Aku bawain kamu banyak cake, mau makan sekarang?" Tanyanya. Aku menggeleng.

"Can you help me?" Dara mengangkat kantong plastik yang ada di tangannya. Aku mengambil dan memasukkan ke kulkas.

"Kamu kenapa huh?" Dara kembali memelukku.

"Aku ada salah?"

"No" jawabku. Dara memutar tubuhku dengan cepat, ia mengangkatku hingga terduduk di meja. Aku terkejut dengan kekuatan dara, aku yang lebih tinggi darinya, ia bisa dengan mudah mengangkatku.

Jantungku berdebar ketika dara membuka kedua pahaku, ia berdiri di antaranya, bersender dengan kedua tangan diatas meja menopang tubuhnya. Wajahnya mendekat, ia menciumku.

"I miss you" bisiknya, ia menciumku lebih dalam. Aku juga merindukannya, namun ada hal yang perlu katakan.

"Kenapa?, ada yang kamu pikirkan?" Tanyanya. Aku mengangguk pelan.

"Kamu bersamaku, berciuman denganku tapi kamu mikirkan orang lain?" Dara mengerutkan keningnya. Aku menghela napas, ku lingkarkan tanganku dilehernya dan menciumnya.

"Ada mau aku tanya" kataku. Dara menatapku lembut.

"Kamu pergi pagi-pagi karena kerjaan?"
Dara mengangguk.

"Lalu, ada apa disana?, kenapa kamu gak ngabarin aku?"

"Ada event, ada special guest performance and special discount untuk menu yang baru launching" jelas dara

"Hmm, acaranya sampai larut begini?" Tanyaku lagi, dara menggeleng.

"Sorenya aku harus pergi ke gudang bersama beberapa orang buat ambil bahan. Lalu ikut beres-beres di cafe bantuin yang lain" dara tersenyum, ia menyentuh hidungku dengan hidungnya.

"Ada lagi?" Tanyanya, aku menggeleng.

"Lalu, kenapa masih merengut?"

"Aku seharian nungguin pesan kamu, kamu gak ada ngabarin aku" kataku. Dara tertawa.

"Jadi kamu marah karena itu?" Dara menaikkan alisnya, aku menunduk malu. Aku seperti pacar posesif setelah mendengar penjelasan sibuknya ia hari ini.

"Mulai sekarang, aku akan ngabarin kamu. Sesibuk apapun aku" dara mengangkat daguku, lalu menciumku.
Aku tersipu, dara mengerti mauku tanpa aku utarakan langsung.

*****

"Ri, bangun!"

Aku terbangun dengan suara berisik dara, ia juga mengguncang tubuhku dengan kuat. Aku hampir marah dengannya.

"Lihat, adik bayi lahir" katanya menunjukkan layar hp. Aku segera bangkit, mataku melebar melihat bayi mungil di box bayi.

"Halo kakak" suara papa menyapa kami. Aku terharu melihat papa yang berkaca-kaca. Papa mengarahkan kamera ke mama yang masih tampak lemas. Aku dan dara sontak melambai ke mama.

"Mama are you ok?" Tanyaku. Mama mengangguk.

"You look so beautiful" lanjutku, mama tersenyum.

"Sorry kita gak disana temenin mama" sahut dara.

"Its ok sayang"

"Miss you ma" ucap dara lagi.

"Miss tou too baby, sehat disana ya sayang. Harus saling jaga!" Pesan mama. Aku menutup telpon setelah beberapa saat.

"Ah kita punya adek" kataku kembali merebahkan tubuh.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanyaku, dara perlahan merangkak di atasku.

"Jangan aneh-aneh deh" kataku. Kalau sudah seperti ini, dara pasti akan melakukan hal yang disukainya. Dara menjatuhkan tubuhnya di atasku.

"Aku belum cium kamu pagi ini" katanya menciumi leherku, aku merasakan geli luar biasa.

"Dar, kamu kuliah pagi kan?" Kataku terbata. Dara tak menjawab, ia berpindah dari leher ke bibirku.

"Dar" aku mendorong dara, ia menatapku. Aku menahan bibirnya dengan telapak tanganku.

"Ah, aku masih mau cium kamu" katanya merengek.

"Kamu udah rapi ini, tinggal berangkat" kataku, aku tak ada kelas pagi hari ini. Dara masih tak bergerak, ia malah berbaring di atasku.

"Sayang nanti kamu telat. Kalau kamu malas begini, lebih baik kamu gak usah kerja dan fokus kuliah" kataku. Dara sontak mengangkat tubuhnya.

"Ok aku berangkat" ucapnya merapikan pakaian dan rambutnya. Aku tersenyum melihat dara langsung gerak, ia membuka pintu kamar dan menoleh padaku.

"Why?" Tanyaku karena ia masih mematung disana. Dara kembali mendekatiku, ia menciumku lagi.

"Love you" ucapnya sebelum benar-benar pergi. Aku tersenyum lebar, aku berguling-guling dikasur. Aku akan terkena diabetes jika tiap hari dapat perlakuan manis dari dara.

"Sayang, kuliahku udah beres. Aku kerja ya. Love you"

"Sayang, aku lagi makan siang. Kamu makan dimana?"

"Sayang, aku istirahat. Aku kangen kamu"

"Sayang, kamu udah dirumah?"

Senyumku terpancar sepanjang hari ini. Dara mengirimiku pesan, kita chatingan seperti pasangan yang lain. Ini terlalu manis. Selain pesan, ia juga mengirimiku beberapa gambar. Termasuk gambar dirinya yang berpose dengan makan siangnya, ah menggemaskan.

"Sayang, aku udah di jalan pulang. Aku terus memikirkan sesuatu hari ini"

Aku bingung. Apa yang dipikirkannya.

"Kenapa?, kamu ada masalah?"

"Ya"

"Apa?"

Dara tak membalas lagi. Tak lama ia sampai di apart saat aku sedang di deoan cermin.Ia langsung memelukku.

"Are you ok?" Tanyaku.

"Hmm" jawabnya. Ia mencium ujung kepalaku dan pergi mandi. Aku masih duduk menunggunya beres.

"Kamu lapar?" Tanyaku ketika dara sudah duduk bersandar di ranjang.

"No"

"Whats wrong?" Tanyaku.

"Nothing. Come hug me" dara merentangkan tangannya, aku pun memeluknya. Dara memelukku erat, ia tak berbicara lagi. Aku juga tak bertanya lanjut, ia tampak lelah. Kami hanya berpelukan sampai dara terlelap. Aku memandangi wajahnya, aku penasaran apa yang ia pikirkan, kenapa ia tak membaginya padaku.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang