3.Three

3.2K 275 1
                                    

Aku mengucek mataku, menggeliat dan terdiam sejenak. Bengong setelah bangun tidur itu menjadi suatu kebiasaanku. Auri sudah tidak disampingku, kemana anak ini. Aku beranjak ke kamar mandi.

Aku melihat auri yang sedang sarapan. Aku terpaku melihatnya, pakaian yang ia kenakan tak asing bagiku.

"Lo pakai seragam gua?" Tanyaku, mengingat seragam yang aku pakai ini ada dua.

"Ngaco, lu aja pendek" ucap auri mengukur tinggiku dengan tangannya. Aku mendelik padanya, auri berlalu meletakkan piringnya.

"Lu sekolah di sekolah gua?" Aku menyadari satu hal. Aku tidak pernah melihat auri ke sekolah selama di rumah ini.

"Lu mau sarapan atau gak?, gua tunggu di mobil 10 menit" auri melewatiku tanpa menjawab pertanyaanku.

"Jawab gua woy" ujarku berlari menyusul auri.

"Lu sekolah di sekolah gua?" Tanyaku lagi sambil memakain seatbelt. Auri tak bergeming, aku mendengus kesal.

Seperti dugaanku mobil ini parkir di parkiran sekolahku. Auri memakai tasnya dan mendahuluiku. Baru jalan beberapa langkah auri berhenti dan kembali ke arahku.

"Sepertinya kita harus buat kesepakatan" auri melipat kedua tangannya di dada

"Kesepakatan?"

"Aku akan sekolah dengan tenang disini selama 1 tahun. Jadi lebih baik orang-orang tidak tahu kalau kita saudara"

Aku menatap tajam ke auri. Satu tahun, berarti ia akan duduk 1 tingkat diatasku. Tak masalah, aku akan berlagak tak mengenalnya dan tak memperdulikannya selama itu.

"Ok" ucapku, aku berjalan mendahuluinya. Kami berpisah di tangga, karena kelas anak tingkat 3 ada di atas lantai kelasku.

"Tunggu!" Auri menahan tanganku.

"Ruang guru dimana?" Tanyanya

"Paling bawah, depan lapangan" jawabku. Aku tersenyum sinis melihat wajah kesalnya, ia harus turun dan jalan lebih jauh.

"Gua duluan" ucapku dengan nada mengejek meninggalkan auri yang kebingungan.

"Hai girls" aku menyapa amel dan rina yang sedang cekikikan melihat hp.

"Dar, sini deh lihat" panggil amel. Mereka menunjukkanku video dan foto lucu pak rangga ketika masih kuliah.

"Dapet dari mana?" Tanyaku antusias menyambar hp amel.

"Facebook"

"Gemes banget" ucapku.

"Selamat pagi" aku menoleh ke depan, suara pak rangga menghangatkan hati. Aku segera duduk manis bersiap menerima materi. Bayangan video dan foto tadi membuatku tak fokus dan hanya menikmati wajah pak rangga.

"Kantin?" Tanya rina mendekati mejaku dan amel.

"Ayo" sahutku. Kami jalan beriringan ke kantin. Seperti biasa kantin selalu ramai di jam istirahat pertama. Kami duduk di paling pinggir untuk merasakan angin dan dapat memandang ke arah lapangan.

Mataku berhenti di sosok yang baru aku kenal. Ia melepas kancing seragamnya, memperlihatkan kaos putih polos di dalam, roknya berkibar pelan terkena angin. Ia berjalan melewati lapangan menuju kantin.

Aku mendengar bisik-bisik disekitarku, termasuk amel dan rina.

"Siapa tu?, baru lihat gua"

"Senior ya?" Sahut amel. Aku mengalihkan pandanganku dan meminum minuman jerukku ketika mataku bertemu dengan mata auri yang baru saja masuk kantin.

Seperti kesepakatan kita tadi. Auri melewatiku, ia langsung memesan minuman dan berdiri disana. Ia memainkan hp dengan tangan kanannya, tangan kirinya memegang pinggang.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang