ADVIKA AURISTELLA
"Kak mau kemana?"
Aku mengangkat botol minumku ke arah amel dan rina.
"Ayo kak ditemenin" kata amel
"Gua mau sendiri mel, gak apa kan?" Pintaku. Amel melirk rina, rina mengangguk. Aku pun jalan menuju dapur umum, aku mengisi air minumku.
"Abri mana?"
"Pacaranlah, emang lo jomblo"
Percakapan ini sepertinya dari teman abri. Aku teringat abri mengajak dara ke danau. Aku tertarik ingin kesana, sepertinya aku aneh menguntit adikku pacaran. Ah aku hanya ingin melihat daerah sekitar yang kata abri danaunya bagus.
Aku menoleh ke belakang, dari tempatku berdiri sudah tak tampak area camp. Ternyata lumayan jauh, aku mulai takut nyasar. Namun aku penasaran, aku pun terus melangkah hingga aku melihat dara disana.
Aku terkejut ketika abri tiba-tiba menarik dara. Melihat adegan di depanku aku merasa dejavu. Apakah mereka akan berciuman, apakah dara akan menerima ciuman itu?,. Tidak, dara pasti tak akan menerimanya.
Walau dara masih mengelak perasaannya padaku, aku tahu dara menyukaiku. Aku bisa merasakan dari sentuhannya.
Bruk.. Tanganku melemah, botol airku jatuh. Aku melihat air tumpah disekitar kakiku. Apakah aku tidak kuat menutupnya. Aku gugup, perlahan aku mengangkat kepalaku melihat dara dan abri yang menatapku.
Jari kakiku sakit ketika tertimpa botol minumku, tapi kenapa dadaku yang sesak, terasa penuh dan sulit bernapas.
"Sorry" satu kata yang keluar dari mulut ini terasa mencekik leherku. Aku tak tahu harus apa selain berbalik dan segera pergi dari sana. Wajahku terasa memanas. Apa yang barusan kulihat, perkiraanku salah. Dara menerima ciuman abri, bahkan ia menutup matanya.
Aku melangkah cepat, rasanya aku ingin segera menghilang. Aku malu, marah, cemburu, semua menjadi satu. Malu ketika mereka menatapku seolah terganggu dengan kehadiranku, marah karena dara memberi abri kesempatan untuk menciumnya, cemburu tentu saja.
Kakiku makin terasa sakit. Aku melihat ke belakang, dara tak memgikutiku. Ada rasa sedih saat itu, aku berbelok arah dari jalan ke camp. Aku duduk di bawah pohon besar, meluruskam kakiku dan sedikit memijit daerah yang terasa kaku.
Aku berdiam disana, berkali kali menghela napas berat. Mengetahui dara pacaran dengan abri saja sudah membuatku hancur, apalagi melihat adegan ini. Pikiranku berkecamuk. Apa aku harus tetap bertahan mencintai dara?.
Aku mendengar suara langkah kaki dan daunan kering. Aku mengintip. Ternyata dara yang berlari menuju camp. Apakah ia mencariku?, aku bersembunyi ketika dara memanggil namaku. Mataku berkaca meliat dara. Setelah dara menjauh aku hendak menyusulnya, tapi.
"Auri"
Aku berhenti dan berbalik. Abri berjalan mendekatiku.
"Lo tau kan gua pacar dara" ucapnya. Aku mengangguk pelan.
"Lo tau kan harusnya dara punya prioritas selain lo" ucapnya lagi. Hatiku sakit mendengar kalimat ini. Aku menatap tajam abri
"Gua ngerasa, lo jadi benalu buat hubungan gua dan dara. Selalu ada lo di tiap momen kita. Lo gak ngerasa jadi pengganggu?" Ucapan abri semakin kasar. Aku membuang mukaku yang memerah.
"Hmm lo gak suka gua pacaran sama dara, atau lo suka sama gua?"
Aku sontak menatap auri. Rasanya aku ingin menonjok wajah pria ini. Terutama dengan ekspresi nya saat ini yang tertawa remeh.
"Atau lo suka dara?" Nada abri berubah lebih serius, begitupun mimik wajahnya. Aku tak gentar, aku tak menjawab apapun yang keluar dari mulutnya. Aku tetap berdiri membalas tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone
Приключения(GxG) kamu tidak akan tahu, bagaimana kehidupanmu ke depan. siapa yang akan kamu temui & kamu tinggalkan. siapa yang akan kamu cintai dan kamu benci. aku bahkan tidak menyangka, ketika aku iri dengan temanku yang punya orang spesial, tuhan pertemuka...