40. Forty

2.8K 220 28
                                    

Danita Danurdara

Aku menonton netflix sendirian. Sabtu ini auri pergi bersama temannya dan akan menginap. Aku kesepian. Aku sudah mencari film yang akan aku tonton malam ini. Aku juga meminta rekomendasi dari amel dan rina. Mereka memberiku beberapa judul.

Aku memilih tema film animasi jepang berbau yuri yang amel rekomendasiin. Ia bilang digrup chat bahwa ini film bagus dan romantis. Aku belum pernah menikmati film genre ini.

Awalnya aku mengikuti alurnya dengan baik, namun salahku sudah percaya amel. Adegan di film ini membuatku gelisah, aku sampai menggigiti ujung bantal sepanjang film.

"Gila ya mel, lo racunin kepolosan gua" kataku di grup. Amel dan rina membalas dengan banyak sticker.

"Selamat merasakan getarannya, welcome to adult life" rina menggodaku

Bohong jika ku katakan aku tak merasakan apa-apa. Tubuhku memanas dan gelisah.

"Sayang, aku besok pulang sore ya"
Pesan dari auri membuatku semakin lunglai. Aku merindukannya.

"Ok, aku akan masak makan malam" balasku.

Aku berkutat di dapur. Aku sudah membeli beberapa keperluan. Aku akan menyiapkan makan malam yang spesial.

Aku sudah rapi menunggu auri tiba. Aku juga sudah menyusun meja di depan sofa dengan cantik. Ku letakkan lilin disana, dua piring berisi steak, dan sebotol wine. Aku menghabiskan banyak uang untuk dinner sederhana ini.

"Wait. Kamu harus tutup mata" kataku ketika auri tiba. Auri bingung namun menurut. Aku menuntunnya menuju sofa.

"Wow, kamu masak ini?" Tanyanya. Aku mengangguk. Kita berdua duduk di sofa.

"Aku belajar masak dari papa, aku jamin pasti enak" kataku. Auri mulai memotok steak dan memakannya. Ia mengangguk dan tersenyum.

"Dagingnya lembut sekali" katanya. Aku puas melihat respon auri, tida sia-sia aku membeli daging terbaik. Aku menuangkan wine.

"Kamu udah bisa minum?" Tanyanya

"Sedikit" jawabku.

Kami menyelesaikan makan dengan cepat. Kini hanya tersisa wine, auri sudah bolak balik mengisi gelasnya. Aku mencoba mengikuti auri, namun aku belum terbiasa, aku mulai pusing. Aku membiarkan auri menghabiskan wine di botol itu.

Wajah auri memerah, ia mulai mabuk. Aku membawa auri ke kamar. Aku memperhatikan auri yang berbaring, mataku seperti men-scan dirinya. Aku bergerak menyentuhnya. Menyentuh bagian yang aku inginkan selain bibirnya.

Auri masih setengah sadar, ia menatapku dengan mata sayunya. Aku menunduk menciumnya. Tubuhku memanas. Aku tak bisa menahan lagi, rasa maluku hilang. Aku membuka pakaian atas auri, walau selalu bersama aku belum pernah melihat ini. Aku menyentuh dada auri, ia mengerang. Aku tersipu mendengar suaranya.

Tanganku bergerak ke bawah melewati perutnya. Aku melepas kancing celana auri.

"Dont" auri menahan tanganku. Aku menatap auri, ia perlahan menutup matanya. Auri terlelap.

Aku menghela napas. Aku tak melanjutkan. Aku memgambil baju dan mengganti pakaian auri. Aku berbaring di samping auri dengan gelisah, aku memukul kepalaku. Bodoh, buruknya aku jika melakukan hal itu ketika auri mabuk. Aku seperti kekasih yang tidak menghargai pasangan.

Sejak hari itu aku mengurangi skinship dengan auri. Semakin ku menyentuhnya, maka semakin gila rasanya. Aku tidak hanya ingin menciumnya, aku ingin lebih.

"Sayang aku pergi" kataku setelah sarapan.

"Kamu lupa sesuatu?" Auri menahanku. Aku kembali dan mencium keningnya.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang