23. TwentyThree

2.2K 224 11
                                    

Aku keluar tenda dengan menguap lebar. Meregangkan tangan dan kakiku. Aku menghampiri rina yang melakukan hal sama di depan tenda. Kita berdua sudah menggunakan seragam olahraga.

"Hari ini ada kegiatan apa?" Tanyaku

"Senam pagi"

"Lalu?"

"Bebas, sambil nunggu jam pulang"

"Amel mana?"

"Masih di toilet, kak auri?" Tanya rina balik. Auri keluar tenda dengan senyumnya.

"Pagi kak, seger mata gua dar lihat cantiknya kak auri pagi-pagi" rina bertingkah manja memukul-mukul bahuku. Aku hanya menggeleng sudah terbiasa dengan sikap rina dan amel yang selalu saja begitu di depan auri.

"Guys, tunggu gua" amel berlari dengan handuk dan peralatannya.

"Buruan, kita tinggal nih" teriak rina ketika amel sudah masuk tenda.

"Gua hajar lu ya rin" balas amel.

Kita sudah bergabung dengan yang lain. Semuanya sudah berpakaian olahraga, siap untuk senam pagi. Walau masih banyak yang ngantuk, senam pagi ini tetap heboh dengan beberapa senior yang lucu memandu di depan.

"Lo kenapa?" Tanyaku ke auri yang tampak pucat, ia menggeleng dan tetap bergerak. Aku mendekat menggenggam tangan auri.

"Ayo duduk" ucapku mengajak auri keluar dari barisan.

"Ah lo belum sarapan ya" ucapku. Auri hanya diam, keringat membasahi keningnya. Aku mengipasinya dengan tanganku.

"Aku cari makanan bentar ya" kataku, mengingat waktu makan pagi setelah senam selesai. Aku akan meminta makanan untuk auri lebih dulu.

"Gua ikut" ucapnya. Aku berpikir sebentar, lebih baik membawanya bersamaku dari pada ninggalin dia sendirian.

"Kak boleh minta makanan" kataku sesampainya disana. Senior tersebut melihat auri.

"Loh kenapa ri?, sakit?" Tanyanya, sepertinya dia mengenal auri.

"Lemes aja kak, belum sarapan" jawabku. Aku mengambil makanan dan duduk di sebelah auri.

"Lo gak sarapan juga?"

"Gua ntar aja" kataku mempersilahkan auri makan. Aku menopang kepalaku memperhatikan auri makan. Jariku refleks membersihkan bibir auri yang ada sisa makanan. Auri melirikku, dan aku hanya tersenyum.

"Ri"

Aku menoleh. Abri berdiri disana dengan seorang temannya. Ia memghampiri dan duduk di depanku.

"Udah di dapur aja, gak senam?" Tanyanya

"Udah sebentar"

"Lo mau makan?, biar gua ambilin sekalian nih" ujar abri. Aku mengangguk.

Abri membawa makanan untukku. Mereka pun duduk bersamaku dan auri. Satu persatu orang berdatangan, dapur mulai ramai.

"Setelah senam jalan-jalan sama gua ya" ucap abri. Aku mengerutkan kening, jalan-jalan dihutan apa yang mau dilihat.

"Ada danau disana bagus, lo harus lihat deh" abri meyakinkanku. Aku berpikir sejenak, aku menoleh ke auri yang sudah menyelesaikan makannya.

"Gua bisa sendiri" gumam auri. Ia beranjak peegi. Aku tak menahan auri.

Usai makan aku dan abri berjalan menyusuri sekitar camp. Perlahan berjalan menjauhi camp menuju danau yang abri bilang. Abri meraih tanganku dan menggenggamnya selama kita jalan.

"Auri itu sakit?" Tanya abri

"Sakit?"

"Iya, gua lihat lo ngejaga auri. Apa-apa utamain auri. Biasanya kalau saudara ngejaga sebegitunya, pasti ada masalah"

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang