42🍓

3.7K 295 7
                                    

Renjun masuk kedalam ruangan kepala sekolah itu, membuat sang kepala sekolah yang sudah berusia 50 tahun lebih itu tersenyum menatap renjun yang menjadi guru terfavorit murid di sekolahnya.

"Kenapa pagi ini ingin bertemu Huang ssam?"

"Begini pak Jang, saya ingin mengundurkan diri." Ucap renjun memberikan surat pengunduran dirinya.

"Kenapa Huang ssam?"

"Suami saya menyuruh saya mengundurkan diri, dan fokus pada pernikahan kami pak Jang."

"Aaa, saya mengerti. Kalau begitu, saya akan segera memproses nya Huang ssam, dan juga selamat untuk pernikahanmu."

"Terimakasih pak Jang, kalau begitu saya permisi." Ucap renjun lalu berdiri dan membungkuk.

"Terimakasih kembali Huang ssam." Ucap kepala sekolah Jang itu lalu renjun pun tersenyum dan keluar dari ruangan kepala sekolah itu.

Di mobil.

Jaemin sedang menunggu renjun, dan diapun melihat ponselnya berbunyi dan tertera nama sang sahabat sekaligus asisten dan tangan kanannya.

"Ada apa jen?"

"Siang ini Presdir Qian ingin bertemu denganmu. Aku harus mengatakan apa?"

"Aku tak akan bertemu dengannya. Bilang saja aku tak berada di tempat dan jangan berikan alamat mansion milikku pribadi ataupun milik keluargaku."

"Oke."

Lalu panggilan berakhir, dan jaeminpun kembali melihat pesan dari Jake.

Jake.

Maaf Presdir Na, saya mendapatkan informasi dari teman saya kalau saat malam setelah pernikahan Presdir Na, tuan sungchan berada di club dan meniduri seorang submissive.

Jaemin mengeraskan rahangnya membaca pesan itu, tapi dia harus menahan amarahnya karena melihat sang istri mungil yang kembali ke mobilnya. Dia bahkan menyimpan ponselnya seketika.

"Nana Hyung?"

"Sudah?" Ucap jaemin sembari mengelus kepala renjun.

"Hmm." Angguk renjun.

"Baguslah. Kau ingin sesuatu?" Ucap jaemin.

"Aku ingin ke Han gang, boleh hyung?"

"Tentu saja. Apapun untuk bumil." Ucap jaemin lalu diapun menyalakan mobilnya dan menjalankan mobilnya sembari menggenggam tangan renjun sebelah. Sedangkan renjun bernyanyi asal saat ini.




















At. Han-gang.

Jaemin dan renjun pun saat ini berada di Han gang sembari duduk di salah satu kursi dibawah pohon yang rindang, bahkan renjun saat ini tengah bersandar pada dada suaminya sembari menikmati udara pagi dan melihat ketenangan air sungai.

"Sayang?"

"Iya Hyung?"

"Kau harus mengatakan apapun padaku mengerti?"

"Aku mengerti Hyung, apa hyung punya masalah?" Ucap renjun lalu duduk secara baik untuk menatap suaminya itu. Jaemin lantas tersenyum dan menggenggam kedua tangan renjun.

"Tidak sayang." Ucap jaemin karena dia tak akan mengatakannya pada renjun, cukup dia saja yang langsung berhadapan dengan adiknya. Tidak dengan istrinya, karena dia tak mau istri dan calon anaknya kenapa-napa saat ini.

"Hyung tidak bohong?"

"Tidak sayang." Ucap jaemin tersenyum dan renjunpun kembali menyandar pada dada bidang jaemin dengan jaemin yang mengecupi kepalanya.











At. Mansion Liu.

Doyoung menatap sang anak yang telah turun dari kamarnya.

"Pagi Bun."

"Pagi, tumben kamu sudah bangun?"

"Kan mau jadi calon istri idaman. Sekarang ajarin masak dong bunda."

"Aaa, oke." Ucap Doyoung merasa senang karena ada perubahan dengan Yangyang, hanya karena hubungannya dengan Kun sudah di restui.

"Ayo sekarang Bun." Ucap Yangyang memeluk lengan ibunya lalu merekapun pergi ke dapur.




















At. Jepang.

Shotaro merasakan ada yang aneh pada dirinya sejak beberapa Minggu ini, diapun memutuskan mengecek ke dokter sendirian karena takut pada orangtuanya.

"Saya sakit apa dok?" Ucap shotaro menatap sang dokter setelah selesai melakukan pemeriksaan.

"Tuan tidak sakit, tapi izinkan saya bertanya pada tuan."

"Iya, ada apa dok?"

"Apa anda pria istimewa tuan?"

"Iya."

"Selamat tuan, Anda sedang mengandung dan kandungan tuan telah masuk usia 5 Minggu." Bagai disambar petir, shotaro benar-benaf merasa dunianya hancur, bagaimana dia akan mengatakan pada keluarganya saat ini? Apa dia bisa menanggung semua kemarahan orang-orang terhadapnya? Apa yang bisa dia lakukan saat ini.

"Jadi tuan, karena kandungan pada man submissive lebih rentan dari kandungan wanita, maka saya sarankan untuk tidak banyak aktivitas berat dan tidak banyak pikiran." Taro hanya diam membisu dengan kemelut dipikirannya.

"Ini resep obatnya tuan." Ucap sang dokter memberikan resepnya.

"Terimakasih." Ucap shotaro lalu diapun segera keluar dan menebus resep obatnya.

Setelah dari rumah sakit, shotaro terdiam di depan taman rumah sakit itu sembari mengelus perutnya.

"Kenapa harus ada kau? Kenapa hidupku harus hancur karena sih brengsek itu." Batin taro kesal sembari memaki anak dalam kandungannya.

Drrtt...Drrtt...Drrtt...

Shotaro lantas melihat layar ponselnya dimana tertera nama sang sepupu jauh yang tiba-tiba menghubunginya.

"Taro bagaimana kabarmu?"

"Shohei-ya, aku harus bagaimana hiksss..."

"Apa yang terjadi taro?"

"Aku hamil hikss... Bagaimana aku bisa menjalani hidup jika seperti ini Shohei hikss... Aku takut hiksss..." Shohei kaget bahkan terdiam seketika lalu diapun kembali berbicara.

"Taro kau harus tenang, jangan melakukan apapun, aku akan segera pergi ke Jepang untuk mengunjungi mu. Aku janji akan mencari solusi denganmu oke?"

"Hmmm hikss..."

Lalu panggilan terputus seketika dan taropun menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, juga menyalahi takdirnya yang benar-benar sangat buruk sekali.
























_________________Tbc_________________

Terpaksa Menikahi Tuan Muda (jaemren) END✔ [Sudah Terbit Di Hifumi Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang