6. 🍓

9K 781 4
                                    

Renjun masih betah berada di balkon kamar sahabatnya itu. Hingga Haechan menghampirinya dan berdiri di sebelahnya.

"Haechan?" Kaget renjun.

"Kau tidak ingin tidur? Apa belum mengantuk?" Ucap Haechan menatap sahabatnya itu.

"Aku, aku masih belum mengantuk Haechan. Kau tidurlah lebih dulu.' Ucap renjun sembari menatap langit yang penuh dengan bintang saat ini.

"Kau masih merindukan orangtuamu?" Ucap Haechan ikut menatap langit

"Bohong jika aku tidak merindukan mereka. Aku hanya punya mereka. Jika suatu saat nanti aku menikah, aku tidak akan membiarkan anakku sendirian. Paling tidak aku harus memberikan adik untuknya dimasa depan." Ucap renjun.

"Hmm. Kau benar. Setidaknya anakmu dimasa depan akan sangat bahagia karena memiliki ibu sepertimu." Ucap Haechan.

"Aku harap begitu." Ucap renjun tersenyum.

"Dan kau tau, saat aku memiliki anak kelak, aku akan pastikan dia bersahabat dengan anakmu. Kau tenang saja." Ucap Haechan tersenyum lalu merangkul bahu sahabatnya itu.

"Sudahlah. Ayo kita tidur " Ucap renjun lalu merekapun masuk kedalam kamar dan menutup pintu yang mengarah ke balkon. Saat renjun akan menaiki tempat tidur diapun mengarahkan tatapannya pada ponselnya yang berbunyi dan tertera nama yangyang.

"Hallo?"

"Renjun, temui aku besok setelah kau selesai mengajar di cafe dekat kau bekerja." Ketus Yangyang.

"Hmm baiklah."  Lalu panggilan berakhir begitu saja.

"Yangyang?" Ucap Haechan menatap sahabatnya itu dan renjun hanya mengangguk. Lalu diapun menaiki tempat tidur untuk bersiap-siap duduk.

"Kenapa sepupumu itu selalu bertingkah seenaknya padamu." Kesal Haechan.

"Tidak masalah. Sudahlah sekarang waktunya kita tidur haechanie. Selamat tidur." Ucap renjun lalu menutup matanya dan Haechan hanya membalas dengan gumaman dan menyusul renjun ke alam mimpi.

























At. Mansion Na.

Jaemin masih berada di balkon kamarnya dan diapun mengalihkan pandangannya pada balkon sebelahnya dan melihat sang adik yang sepertinya akan keluar diam-diam.

"Kau akan kemana?" Datar jaemin.

"Hyung? Kau belum tidur?" Kaget sungchan.

"Kau mau kemana?" Ucap jaemin datar tanpa memperdulikan ucapan sungchan.

"Tadinya aku akan pergi, tapi tidak jadi karena kau mengetahuinya. Kalau begitu aku masuk dan tidur saja. Selamat malam Hyung " ketus sungchan pada jaemin lalu kembali masuk kedalam kamarnya.

Jaemin hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu. Diapun masuk kedalam kamarnya  dan memutuskan untuk tidur di dalam kamarnya.

Setelah beberapa jam jaemin tertidur diapun bermimpi.

"Nana Hyung hiksss..."

"Injunie?"

"Kenapa Hyung sangat jahat hikss... Kenapa Hyung malah akan menikah dengan orang lain hikss... Apa hyung sudah melupakan injunie hikss... Hyung sangat jahat sama injunie hikss... Injunie benci nana Hyung hikss.."

"Injunie! Dengarkan Hyung dulu! Injunie!"

"Injunie!" Teriak jaemin hingga terbangun dalam tidurnya dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul 02:00kst.

"Kemana Hyung harus mencarimu injunie?" Gumam jaemin sembari mengacak-acak rambutnya dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Lalu diapun mengambil ponselnya dan mendeal nomor jeno.

"Yaampun Na Jaemin, apa yang kau lakukan? Apa kau sadar ini jam berapa? Kenapa menghubungiku jam segini?" Kesal jeno yang terbangun.

"Bantu aku mencari seseorang." Ucap jaemin tanpa mengindahkan kekesalan sahabat sekaligus asistennya itu.

"Kita bicarakan besok saja. Kau benar-benar keterlaluan." Kesal jeno lalu mematikan ponselnya, sedangkan jaemin jadi tidak bisa tertidur karena mimpi itu.














Keesokan paginya, jaemin keluar terakhir seperti biasanya dan melihat jaeyong, juga sang adik dan jeno telah sarapan bersama.

"Ayo sarapan Na." Ucap taeyong.

"Tidak perlu mom. Ayo Lee." Ucap jaemin lalu berjalan lebih dulu.

"Aku permisi mom, dad." Ucap jeno lalu pergi menyusul jaemin.

"Apa dia sering tidak sarapan mom?" Ucap sungchan ketus.

"Hmm. Dan tolong hormati hyungmu sungchan. Biar bagaimanapun dia adalah hyungmu." Ucap taeyong pada anak bungsunya itu.

"Ya, baiklah." Ucap sungchan mengerti lalu memakan sarapannya kembali sedangkan jaehyun hanya menggelengkan kepalanya melihat sifat anaknya yang bertolak belakang itu.




















Di jalan....

"Siapa orang yang harus ku cari?" Ucap jeno sembari menyetir mobil itu.

"Injun. Aku hanya ingat nama panggilannya saja." Ucap jaemin datar.

"Kau punya fotonya?" Ucap jeno dan jaemin hanya menggeleng.

*Lalu? Bagaimana caranya aku bisa mencarinya?" Ucap jeno bingung.

"Satu-satunya yang aku miliki hanya kalung yang selama ini aku gunakan. Dia juga punya kalung yang sama dengan motif kelincinya." Ucap jaemin.

"Sangat tidak sopan jika harus memeriksa leher orang jaemin. Nanti orang-orang malah mengataiku gila." Ucap jeno ketus.

"Kalian punya satu kesamaan." Ucap jaemin datar.

"Apa maksudmu?" Bingung jeno.

"Orangtuanya juga dibunuh seperti orangtuamu. Saat itu usianya baru 8 tahun, mungkin saja pembunuh orangtua kalian sama. Aku mohon jeno. Dia segalanya bagiku." Ucap jaemin dengan wajah memohon nya dan itu adalah ekspresi pertama yang dia lihat dari jaemin..

"Baiklah. Aku akan mencoba untuk mencarinya." Ucap jeno itung-itung ucapan terimakasihnya atas keluarga Na yang mau mengangkatnya sebagai anak.

"Makasih jeno." Ucap jaemin tersenyum sebentar lalu berubah menjadi datar.

"Aku harap dia bisa membuat Na Jaemin menjadi pribadi hangat yang menyenangkan." Ucap jeno sembari melihat kaca spion tengah mobil itu.

"Perhatikan jalan saja." Datar jaemin dan jeno hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum kecil yang tercipta.





































🍓🍓🍓

Terpaksa Menikahi Tuan Muda (jaemren) END✔ [Sudah Terbit Di Hifumi Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang