52

644 62 4
                                    

Dengan keadaan yang panik, Jeno mencoba untuk terlihat tetap tenang. Ia mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskannya. Sedangkan kembarannya mencoba untuk menenangkan kakaknya yang dilanda kepanikan.

"Tenang saja, Jaehyun. Kau bisa memakai pakaian yang besar besar" ujarnya.

"Mustahil, aku pernah mencobanya tapi tetap terlihat. Bagaimana ini Jeno, Jaemin? Aku takut ayah dan ibu akan murka" mendengar suara kakaknya yang bergetar ketakutan Jaemin membawa kakaknya itu untuk duduk di kasurnya.

"Tenanglah, kita akan pikirkan solusi lainnya" ujar Jaemin, sambil mengusap lembut pundak kakaknya.

Jeno menghela nafasnya "tetap tutupi dengan pakaian besar saja, tak masalah meski masih bisa terlihat"

Mendengar itu, Jaehyun menatap ke arah Jeno "lalu, kalau ayah dan ibu bertanya bagaimana?!"

Jeno membalikkan tubuhnya, berjalan mendekati Jaehyun yang duduk di pinggiran kasurnya. Lalu Jeno meletakkan kedua tangannya di pundak Jaehyun, sambil menatap dalam iris Jaehyun.

"Itu akan menjadi urusan ku dan Jaemin, kau tak perlu khawatir. Kau ikuti saja apa yang kubilang tadi"

Jaehyun tak lagi menjawab ucapan Jeno, ia hanya bisa menundukkan kepalanya meratapi dirinya.









Sedangkan itu, di tempat lain. Tepatnya dikediaman Kim, suasana tegang sedang menyelimuti keluarga itu dengan Renjun dan Haechan yang duduk bersimpuh dihadapan sang ayah Renjun. Kim Jong Woon.

Kepala keluarga Kim itu menghela nafas beratnya mencoba untuk menetralisir emosinya, yang ditemani sang istri bernama Kwon Yuri. Begitu juga dengan sang kakak yang duduk bersebelahan dengan ayahnya, ia juga membantu menenangkan emosi ayahnya.

Mereka mendapat kabar dari mulut anaknya sendiri hari ini bahwa dirinya tengah mengandung. Semenjak Renjun menjalin hubungan kasih dengan Haechan, mereka berdua sering melakukannya hingga tanpa mereka sadari kalau Renjun hamil, dan usia kehamilannya sudah berjalan 6 minggu.

Awalnya Renjun berpikir jika perut besarnya itu dikarenakan karena nafsu makannya yang bertambah, juga ia yang jarang berolahraga. Namun, setelah ditelaah kembali bersama Haechan, ternyata dirinya tengah mengandung.

Mendapati Renjun hamil, Haechan bukannya membencinya. Ia malah semakin jatuh cinta dengan kekasihnya itu.

"Lalu, apa yang akan kalian lakukan ?!" tanyanya dengan nada tegasnya.

"Saya akan bertanggung jawab, paman. Saya akan menikahi Renjun" jawab Haechan dengan nada yang tak kalah tegasnya, meski kepala masih ia tundukkan.

"Usia kalian masih muda, bahkan terlalu muda untuk menikah. Lagipula, bagaimana kalian bisa se ceroboh ini?" kini giliran Yuri yang bersuara. Berbeda dengan sang suami yang bicara tegas, Yuri berucap dengan nada keibuan nya.

"Apa kau sudah membicarakan ini dengan keluarga mu?" giliran Doyoung yang angkat suara.

Keluarga Kim itu terdiam menunggu jawaban Haechan, dan tak menunggu terlalu lama Haechan menggeleng kan kepalanya sebagai jawabannya yang artinya dirinya belum memberitahukan kejadian ini kepada keluarganya.

Renjun semakin meremas kain celana yang ia pakai. Ia tak berani menatap keluarganya. Meski Haechan mau bertanggung jawab, tetap saja ia merasa sudah gagal menjadi anak Kim Jong Woon dan Kwon Yuri yang begitu dibanggakan.

Renjun kecewa pada dirinya sendiri.

Doyoung menghela nafasnya, begitu juga dengan sang ayah dan ibu setelah mendapati jawaban dari Haechan.

"Setelah dari sini, saya akan langsung mengatakannya dengan keluarga saya" ucapnya.

Jong Woon dan Yuri, beserta Doyoung kembali menatap ke arah Haechan "bagaimana jika mereka menentangnya?" tanya Doyoung kembali, yang mendapat anggukan dari sang ibu.

"Saya akan memaksanya, bagaimana pun caranya. Saya tahu tipikal keluarga saya, dan saya akan tetap menikahi Renjun, meski mereka tetap menentang dan mengancam saya"

Mendengar itu, Renjun yang sejak tadi diam dengan kepala yang menunduk menoleh kearah Haechan dengan tatapan nanarnya "Haechan~" panggilnya dengan suara lirih.

Haechan yang merasa terpanggil menoleh, membalas tatapan sang kekasih lalu mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Renjun. Mencoba untuk menyalurkan kekuatannya dan berusaha untuk menenangkan Renjun lewat genggaman tangan itu.

Haechan menatap lembut mata Renjun, memancarkan seolah mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.

Dapat Yuri lihat betapa Haechan sangat mencintai Renjun melalui sorot matanya, tapi ia tetap tidak merasa kecewa atas kejadian hari ini.







Kembali pada kediaman Jung.

Kini Jaehyun tengah berbaring di kasurnya, karena sudah memasuki waktu istirahat nya setelah kamarnya dibersihkan. Jaehyun masih terpikirkan dengan hari kedatangan kedua orang tuanya, apa yang akan ia katakan kepada ayah dan ibunya perihal dirinya.

Disamping itu, Jeno dan Jaemin yang tidur di sisi kanan dan kiri Jaehyun menemani kakaknya berusaha menenangkan kakaknya itu.

"Sudahlah, tak perlu kau pikirkan" ujar Jaemin.

"Benar katanya, biar itu yang menjadi urusan kami" sahut Jeno.

"Bagaimana bisa aku tenang? Aku merasa bersalah kepada ayah dan ibu. Aku bingung harus mengatakan apa kepada mereka"ucapnya ditengah tengah tangisnya yang kini mulai menderai.

Jaemin masih berusaha untuk menenangkan kakaknya dengan mengusap juga memberi kecupan pada pundak Jaehyun yang membelakangi dirinya, sedangkan Jeno, ia mulai jengah dengan Jaehyun yang terus merasa bersalah kepada orang tua mereka.

Semua kejadian ini bermula dari niat mereka, keinginan mereka sendiri bukan dari keinginan kakaknya, Jaehyun. Jadi kenapa harus Jaehyun yang merasa bersalah? Kenapa harus dirinya yang pusing pusing untuk mengatakannya kepada ayah dan ibu?

"Bisa kau berhenti menyalahkan dirimu?! Aku mulai muak dengan ucapan mu yang terus menyalahkan dirimu sendiri!" ujar Jeno, yang dengan nada tegasnya.

Tangannya terulur menyentuh pipi kakaknya yang mulai terlihat membulat itu, dengan menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya. Jeno juga mendekatkan wajahnya dengan sang kakak.

"Dengar Jaehyun, yang kau lakukan hanya diam dan menuruti kami. Kau tak perlu mengatakan apapun kepada ayah dan ibu, biar itu yang akan kami lakukan" kini Jeno menggunakan nada lembutnya.

"Benar kak, kau hanya diam dan menurut" sahut Jaemin yang tak mau kalah.

"Sekarang kita tidur, besok kita persiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan ayah dan ibu" sambung Jaemin, sembari mengeratkan pelukannya. Begitu pun dengan Jeno, ia juga merekatkan pelukannya dan menyalurkan rasa nyaman untuk Jaehyun yang masih terisak itu.

Our HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang