9

2.6K 135 2
                                    

"Hhngghhh... "
"Hmm.. Je-Jenoohhh.. "
"Jae.. Minnnhhh.... "

Jeno dan Jaemin kini sukses menuntun kakaknya keatas kasur besar milik Jeno. Posisi Jaehyun saat ini miring kearah kiri. Dari yang berawal Jaehyun memeluk Jaemin, sekarang ia memeluk Jeno yang sedang menyesapi puntingnya. Dan Jaemin, sibuk membuat karya di punggung Jaehyun.

Jaehyun telah dibuat bertelanjang dada beberapa menit lalu, dengan paksaan dari adik kembarnya, Jeno dannJaemin harus merobek kaos miliknya.

"Hhngghh... Jenooh.. Pelanhh... Ssshhh..."
Jaehyun meremat rambut Jeno sebagai pelampiasan 'kenikmatan' yang adiknya itu berikan. Tangan kanan Jaemin, tak ingin menganggur, tangannya terulur kebawah mencapai pantat sintal kakaknya dan meremasnya "kak, kau mempunyai pantat yang empuk. Sesuai bayanganku" bisik Jaemin ketelinga Jaehyun.

Tak mau kalah dengan sang kembaran, Jeno pun juga ingin merasakan kesintalan pantat kakaknya "benar yang kau ucapkan Jaemin-" Jeno mendekatkan wajahnya dengan Jaehyun "-sesuai bayangan kami, pantat kak Jaehyun, sangat empuk, dan cocok untuk ukuran tangan kami"

"Aku penasaran, dengan yang bagian tengahnya" ucap Jaemin sembil melihat kearah pantat Jaehyun. Jaemin menelusuokan tangannya kedalam celanan Jaehyun "bagian tengah diantara kedua pantat kakak" imbuhnya.

Mendengar itu, Jaehyun menahan tangan Jaemin dan menolhkan kepalanya, saat tangan Jaemin hampir menyentuh lubang analnya "Tunggu! Jangan... Kakak mohon... " Jaehyun memelas kepada sang adik, Jaemin

"Kenapa?"

Jaehyun menggeleng, ia merasa kedua adik kembaranya sudah jauh melewati batas "Tidak sekarang" ucapnya, lalu Jaemin merubah posisinya menjadi diatas Jaehyun. Jaemin mengukung kakak tertuanya "Kalau begitu, kapan?" tanyanya.

Jaehyun tak menjawab, ia tak ingin adiknya melewati batas "kakak mohon... " Jaehyun memohon dengan mata yang berkaca kaca. Jaehyun merasa gagal menjadi kakak yang baik untuk kedua adiknya. Melihat kakaknya yang akan menangis, Jeno mengelur lembut surai Jaehyun "Jangan menangis, kak. Belum saatnya kau menangis"

"Kenapa? Hiks... Kenapa kalian menjadi seperti ini?"

Jeno dan Jaemin saling menatap, lalu kembali menatap Jaehyun "itu karena kami sangat mencintai Kak Jaehyun" ucap mereka bersamaan, dan kemudian Jaemin mencium kening Jaehyun, sedangkan Jeno mencium pipi kiri Jaehyun.

Drrt...
Drrrt...
Drrrrttt...
Getaran yang disebabkan posel Jaehyun yang tergeletak dilantai, membuat atensi kedua saudara kembar terlaihkan. Salah satu diatara si kembar, bangkit dari kasur dan mengambil ponsel milik Jaehyun.

Disana tertera layar panggilan dari kekeasih Jaehyun, Seulgi. Digeserkannya tombol hijau untuk menerima panggilan itu, hingga terdengarlah suara seorang wanita dari sebrang sana.

"Jaehyun, kau dimana? Aku sudah menunggu dari tadi"
"... "
"Jaehyun, kau disana? Kau mendengarkanku?"
"Haaah~"
"Jaehyun, kau kenapa? Kau sakit?!" suara Seulgi mulai terdengar panik karena tak ada respon sama sekali

"Jangan menghubungi Jaehyun lagi. Dia hanya milik kami, dan tak seorangpun boleh memiliki nya, kecuali kami"

"Siapa kau?!! Dimana Jaehyun??!!!!"
"Jawab aku!!!"
"Hei!!!"
Sambungan telepon diputuskan secara sepihak. Jeno yang sedari tadi menjawab panggilan dari kekasih Jaehyun, ia meleparkan ponsel kakaknya hingga hancur. Dan Jeno kembali menaiki kasurnya. "Kenapa kau menghancurkan ponsel kakak?!" tanya Jaehyun panik.

Jaehyun hendak bangkit dari posisinya, tapi Jaemin yang ada diatasnya menahannya "sudahlah, nanti kami belikan yang baru, dan khusus" ucap Jaemin

"Memangnya kalian mempunyai uang?! Ayahkan menyita kartu kredit kalian!"

"Ayah memang menyita kartu kredit kami, tapi tidak menyita uang cash kami" imbuh Jeno

"Kalian keterlaluan! Kalian sudah bertindak terlalh jauh!"

"Sssttt... Mulut kakak, terlalu indah untuk berucap kata kasar" Jaemin

"Mulut ini dikhusukan untuk kami" imbuh Jeno

Tok..
Tok...
Tok...
Suara ketukan pintu, yang berhasil membuat Jeno dan Jaemin menghentikan aksinya yang ingin meraup habis bibir kakak mereka. Atensi ketiga orang yang ada dialam kamar, tertuju pada pintu. Jaemin beranjak dari posisinya, Jeno menginstruksikan Jaehyun untuk diam yang kemudian menutupi tubuh kakaknya dibalik selimut tembal miliknya.

Jaemin juga menyingkirkan kaos robek dan juga ponsel Jaehyun yang sudah robek dan hancur. Jaemin meletakkan kaos diantara tumpuk an baju kotor milik Jeno, dan membuang pinsel hancur itu ke tempat sampah. Setelehanya, Jaemin berjalan mendekati pintu, melihat semua kondisi yang terlihat normal dan biasa saja, Jaemin membuka pintu kamar Jeno dan menampilkan ART dengan pandangan menunduk.

"Maaf tuan muda, makan malam sudah siap. Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu" ucap ART itu.

"Baiklah, kami akan segera kesana" jawab Jaemin, lalu menutup kembali pintu kamar.

"Sepertinya kita harus berhenti sampai disini-" ucap Jeno sembari membuka selimutnya. Dapat dilihat mata Jaehyun yang sembab, Jeno mengelus pipi kanan Jaehyun "-kita akan lanjutkan lagi"imbuhnya.

Jeno berjalan menuju ke lemari pakaiannya, ia mangambil asala kaos miliknya, dan menyerahkannya ke Jaehyun "pakailah ini" Jaehyun menerima kaos milik adiknya, dan langsung dikenakan.

"Kita harus menyembunyikan tentang hal ini, dan jika kak Jaehyun berani mengadu ke ayah dan ibu, aku dan Jeno siap memberi kakak hukuman"

Jaehyun tak merespon ucapan Jaemin, ia bingung harus merespon apa dan bagaimana. Ia harus mengehentikan aksi kedua adiknya sebelum mereka bertindak lebih jauh melewati batas. Tidak seharusnya kakak beradik melakukan hal semacam ini, ini semua diluar nalar dan kodrat.

Jeno dan Jaemin terlebih dahulu pergi, meninggalkan Jaehyun yang masih terdiam diatas kasur Jeno "aku harus bagaimana?"

Our HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang