'Jaehyun, mau sampai kapan kau akan berbohong kepadaku?'
Masih berada di cafe yang sama, kedua iris mata Doyoung tak luput dari wajah tersenyum yang begitu menyedihkannya dari Jaehyun. Salah satu tangan Doyoung, terulur untuk menggapai tangan Jaehyun.
Di genggamnya tangan putih dan mulus itu dengan begitu erat, seolah tak ingin melepaskan tangan itu untuk selamanya. Menatap tangannya yang menggenggam tangan Jaehyun dengan sendu.
Jaehyun yang tangannya digenggam erat, hanya bisa menatap bingung sahabatnya "Doyoung?"
"Jaehyun... Ak-"
"JAEHYUN SAYANG!!!"
Perkataan Doyoung terpotong, karena suara yang begitu nyaring menyebut nama sahabatnya. Doyoung menoleh melihat sumber suara, sedangkan Jaehyun yang sudah menemukan si pemilik suara terdiam membeku.
Seorang wanita yang memanggil nama Jaehyun, datang mendekat. Menghiraukan sekelilingnya yang menatap kearah nya. Kehadiran wanita itu membuat Doyoung menjadi jengah.
Sesampainya wanita itu di tempat Jaehyun dan Doyoung, ia langsung mengambil posisi duduk disampingnya. Merangkul lengannya dan meletakkan kepalanya dipundak Jaehyun.
"Sayang~ kau kemana saja? Dari tadi aku mencari mu tahu! Aku sangat merindukanmu~" ujarnya dengan nada suara yang dimanjakan.
Suara manja itu, bukanya terdengar lucu melainkan menggelikan di telinga Doyoung. Melihat sahabatnya yang dibuat tidak nyaman, Doyoung menjadi kesal.
"Hey Kang Seulgi! Kau membuat Jaehyun tidak nyaman!"
Seulgi, si pemilik suara nyaring dan yang sedang bergelantungan di lengan Jaehyun tak memperdulikan ucapan Doyoung. Ia hanya terus menyamankan dirinya pada posisinya saat ini.
Risih. Itu yang dirasakan Doyoung juga, Jaehyun. Karena berkat Seulgi, semua mata tertuju pada mereka berdua. Menjadi bahan tontonan untuk orang lain.
"S-Seulgi... Lepaskan aku" Jaehyun berusaha untuk menarik lengannya, melepaskan diri dari mantan kekasihnya.
"Kenapa?! Dulu kau menyukainya! Apa kau sudah tidak mencintai ku?!!"
"Hubungan kita sudah berakhir Seulgi"
"Tidak!! Hubungan kita tidak akan berakhir!!"
Jaehyun hendak mengutarakan isi hatinya, tapi Doyoung sudah lebih dahulu menyela.
"Hey Kang Seulgi! Sebaiknya kau pergi dari sini! Gara gara kau, semua orang melihat kemari"
"Kau diamlah!! Dasar pengganggu!!"
Tak habis pikir dengan apa yang didengar, Doyoung sudah tak tahan lagi dengan tingkah wanita itu. Doyoung bangkit dari tempat nya, menarik lengan Jaehyun dan membawanya pergi dari tempat itu.
"Ayo Jaehyun, kita pergi saja dari sini!"
"Hey Kim Doyoung!"
Tak memperdulikan seruan Seulgi, Doyoung tetap melangkahkan kakinya menuju pintu cafe dan keluar dari sana.
"HEY KIM DOYOUNG!!!"
"Haish.. Menyebalkan sekali!!"
Kedua sahabat itu, berhasil keluar dari cafe langganan mereka meninggalkan Seulgi yang menyerukan nama Doyoung dengan begitu kesalnya. Doyoung terus menarik tangan Jaehyun, membawa sahabatnya kembali ke kampus mengingat lokasi cafe yang dekat dengan kampus, dan berakhir di taman kampus.
Kedua deru nafasnya begitu terengah-engah, Doyoung melangkahkan kakinya dengan begitu cepat sehingga Jaehyun harus mengikuti irama langkah sahabatnya.
Mereka duduk berhadapan di kursi taman kampus, meraup beberapa oksigen lalu entah mengapa mereka justru tertawa lepas saat kedua mata mereka bertemu.
Berhasil pergi menghindari Seulgi, seperti mereka memenangkan suatu perlombaan. Saat ini kedua sahabat itu menganggap wanita bernama Seulgi itu seperti hantu, karena bisa muncul dimanapun dan kapanpun.
"Hahaha.... Aku lelah sekali... "
"Hm... Aku juga, perutku jadi sedikit sakit"
Mendengar hal itu, Doyoung langsung memasang wajah panik "Jaehyun, kau tidak apa apa! Maafkan aku menarik mu tiba tiba, seharusnya aku lebih berhati hati lagi"
"Ahaha... Tidak apa apa, perutku sakit karena tertawa tadi"
Doyoung bernafas lega, ke khawatirannya mulai menghilang. Ia pikir sakitnya perut Jaehyun, disebabkan oleh dirinya karena tiba tiba menarik tangannya dan membawanya sambil berjalan cepat.
Wajah itu, wajah tertawa yang begitu cantik. Seharusnya wajah itulah yang terpasang di wajah Jaehyun. Tidak ada raut kesedihan, ketakutan, dan lainnya. Doyoung begitu menyukai Jaehyun yang tertawa di depannya, seperti beban yang ada dipikulnya telah menghilang begitu saja.
"Jaehyun, aku menyukai mu"
Lalu ditempat lain, dimana aura persekutuan antar saudara begitu terasa di sana. Di atap gedung sekolah, yang biasanya menjadi tempat peristirahatan si kembar kini menjadi arena bertarung mereka.
Berbagai pukulan telah mereka layangkan satu sama lain, meninggalkan jejak lebam di wajah tampan mereka. Nafas yang tersengal sengal itu, menjadi lantunan musik aksi mereka. Seragam yang tak serapi pagi tadi berubah menjadi begitu berantakan dan kotor.
"Jangan halangi aku menemui kak Jaehyun!"
"Tidak akan sebelum kau merubah isi otak mu!"
Lalu, Jaemin kembali melayangkan pukulan di wajah kakak kembarnya tapi kali ini, Jeno dapat menahan serangan sang adik. Di remat nya tangan yang terperangkap dalam kepalanya, menyalurkan kekesalan dan amarahnya.
"Sudah cukup Jung Jaemin!" Jeno menghempaskan tangan Jaemin.
"Aku tidak akan membiarkanmu, sampai kau benar benar merubah sikap dan isi otakmu!"Setelah itu, Jeno pergi dari sana meninggalkan adiknya yang masih merasa kesal.
"AARRKKKHHH..!!!"
Jaemin berteriak di sana, meluapkan segala kekesalan nya. Satu hari tak dapat bertemu dengan kakak tercintanya membuat dirinya benar benar hilang akal dan frustasi.
Kantin. Sebuah tempat di mana seluruh siswa dapat menyantap makanan yang telah disediakan untuk masing masing diri mereka. Disinilah saat ini Haechan dan Renjun berada, sedang menikmati hidangan mereka.
Makanan sederhana dan bergizi yang sudah disediakan oleh pihak sekolah untuk mereka. Haechan yang tak henti hentinya menatap Renjun sembari memasukkan satu suapan kedalam mulutnya.
Begitu lucu Haechan melihat Renjun saat sedang makan, pipinya akan membulat jika Renjun memasukan makanan itu kedalam mulutnya. Makan begitu lahab, hingga Renjun tak menyadari ada sebutir nasi diujung bibirnya.
Haechan dibuat semakin gemas hanya karena hal sekecil itu, di ulurkan tangannya untuk mengambil satu biji nasi yang menempel membuat Renjun mendadak terdiam. Haechan memakan nasi yang sudah ia ambil, dan tersenyum manis pada Renjun.
Sedangkan Renjun, hal yang sekecil ini entah kenapa membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Sensasi kupu kupu dalam perutnya mulai ia rasakan. Hal yang begitu sederhana, hanya mengambil satu biji nasi yang menempel pada ujung bibirnya, Renjun menyukainya. Renjun menahan senyumannya, tak ingin menunjukkannya didepan Haechan.
"Pelan pelan saat makan. Tidak akan ada yang mengambil makananmu" ujar Haechan, yang langsung mendapat tatapan sinis dari Renjun.
"Itu karena aku lapar! Aku tidak sempat sarapan tadi, karena kakakku mengajak ku untuk berangkat lebih pagi"
"Kalau begitu, kau mau mengambil punyaku?"
"Bolehkah?"
"Tentu! Untuk mu, semua akan ku beri"
Lagi lagi Haechan menggoda Renjun, membuat pipinya merah merona seperti tomat.
"Renjun, kau mau main ke rumahku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung
Hayran Kurgu"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"