Bab 8

30.1K 2.5K 10
                                    

[ Typo bertebaran. ]
.
.
.
***


Kelas telah usai, Siswa dan Siswi berhamburan keluar sekolah untuk pulang kerumah mereka masing-masing. Tapi, tidak dengan keempat pemuda yang sekarang mengekori Rafa, Aska berserta sepupunya itu untuk mengunjungi kediaman keluarga Groston.

Setelah mendengarkan penjelasan dari  Selina sepupunya Rafa dan Aska itu, membuat mereka cukup pernasaran dengan makhluk kecil yang menyandang sebagai anak dari sahabatnya ini.

Mereka sebenarnya cukup terkejut, bagaimana bisa Seorang remaja SMA dengan jabatan ketua OSIS yang disandangnya itu, akan mengadopsi seorang anak. Tak dapat mereka bayangkan manusia dengan julukan kulkas berjalan itu akan mengurusi anak berusia empat tahun.

**

Setelah perjalanan yang panjang, mereka pun sampai di kediaman Groston. Di sambut oleh para pelayan dan juga beberapa bodyguard yang menyambut kedatangan mereka. Setelah pintu mansion di buka, mereka sudah di suguhi pemandangan yang cukup indah. Dimana di sana atau lebih tepatnya di ruang tamu ada sesosok anak kecil yang sedang bermain susun balok bersama anak yang sedikit lebih tua darinya ditemani beberapa wanita tua. Ia adalah Alvin dan Marsel.

Alvin bermain cukup serius, mencoba menarik balok persegi panjang itu dengan hati-hati supaya bangunan Kokoh itu tidak roboh. Bahkan ia tidak sadar bahwa sekarang ia sudah diperhatikan oleh belasan orang yang berada di sana.

Lihat lah ekspresi  kening mengkerut dengan mulut mencebik, menandakan bahwa permainan yang ia lakukan sangat-sangatlah susah bagi dirinya.
Aska yang cukup gemas pun segera berjalan mendekat.

"Lagi main apa?" Sudah tau tapi tetap bertanya. Siapa lagi kalau bukan Aska.

"Jangan ganggu..., nanti roboh!" ujar Alvin kesal, tanpa mengalihkan pandangan nya dari permainan balok itu.

Seakan belum ingin berhenti, Aska tetap ingin menggoda keponakannya itu. "Itu akan jatuh," baru saja selesai Aska mengatakan kalimatnya, balok tersebut benar-benar terjatuh yang dimana membuat Alvin sangat kesal.

"Ih~kan jatuh.... Huuuwaaa... Al udah capek mainnya.. malah jatuh."

"Ini semua salah Om! Kenapa ganggu terus sih." Alvin yang geram pun segera bangun dan memukuli tubuh omnya itu menggunakan tangan kecilnya, tapi bukannya membuat Aska kesakitan, ia dibuat tertawa dengan raut kesal yang sangat imut itu.

"Yey, Marsel yang menang." Sorak Marsel senang.

"Tidak bisa! Al belum kalah ya.., kalau bukan karena Om Aska, Al sudah menang tadi." Alvin tidak mau mengaku kalah. Padahal sebelum Aska mengganggu nya pun sebenarnya balok itu memang akan menunjukkan tanda-tanda akan roboh. Cuman karena terlalu fokus sama satu objek saja Alvin tidak terlalu memperhatikannya.

"Tidak apa-apa nanti kita bisa main lagi kan? Kalah menang itu memang biasa dalam permainan."  Ujar Agatha mencoba mencairkan suasana.

"Al gak mau main lagi!"

"Kalian sudah pulang?" Ujar Chris ketika melihat anak-anaknya sudah pulang, dengan membawa teman-temannya. Alvin langsung menatap Daddy nya yang berdiri diam tidak jauh di sana, dan juga Om beserta Tantenya yang lain. Tetapi saat ia memperhatikan lebih teliti ada beberapa pemuda Asing yang juga berdiri di dekat Daddynya itu.

Alvin berjalan mendekati sang Daddy dengan raut yang masih kesal

"Daddy~kenapa Om Aska nya nakal sekali?"

"Sudah jelek, nakal lagi. Beda banget sama Daddy."

"Daddy seperti apa hm?" tanya Rafa, ia pun segera mengambil anaknya kedalam gendongannya. Alvin hanya menerima tanpa menolak.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang