S~2 Bab 28

8.7K 890 46
                                        

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***

Mobil yang Al tumpangi kehilangan kendali. Kandra tak dapat menghindar dari sebuah truk yang melaju dengan kencang di arah berlawanan, bunyi nyaring dan benturan yang terdengar keras, mobil tersebut menghantam pembatas jalan.

Sang supir truk sungguh terkejut. Rasa takut yang ia rasakan membuat Ia memutuskan meninggalkan mobil yang ditumpangi Al tanpa ada pertanggung jawaban.

Rafa dan Felix segera keluar dari mobil mereka dan berlari menghampiri mobil yang keadaannya tidak baik-baik saja disana. Wajah kedua pemuda itu berubah pucat. Mereka sempat mengelak tapi, bagaimana dengan putra mereka.

Felix merapatkan mulutnya rapat. Depan mobil itu sudah sangat hancur, detak jantungnya berdetak dengan kencang melihat Rafa mengeluarkan Al dari dalam mobil.

Air matanya mengalir tanpa diperintah. Darah yang terakhir kali ia lihat pada kepala Putranya itu belum kering. Sekarang hampir seluruh wajah dan tubuh kecil itu dipenuhi oleh darah.

Tidak ingin membuang waktu, Rafa segera membawa Putranya itu kedalam mobilnya. Felix segera menyusul.

"Biar aku saja yang menyetir." Rafa tak menjawab, tapi tak ayal ia segera menuju ke kursi belakang."

Mobil segera melaju kencang. Meninggalkan sepasang suami-istri disana. Walaupun begitu Felix segera menghubungi ambulans untuk menuju tempat kejadian.

"Dad_daddy." Al berujar pelan. Tangannya terulur menyentuh wajah sang Daddy. Dapat Ia lihat air mata sudah membasahi kedua pipi Daddynya itu.

"Daddy disini." Kepalanya menunduk menatap Putranya yang berada di pangkuannya. Hatinya terasa sangat menyakitkan saat melihat keadaan Putranya itu. Seharusnya, seharusnya Ia lebih cepat. Maka semua ini tidak akan terjadi.

"Putra Daddy kuat, kau harus bertahan oke." Suaranya terdengar bergetar, mencoba menampilkan senyumannya untuk menenangkan Putranya itu.

Al yang melihat itu hanya tersenyum tipis.

Felix mengendarakan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang ada di sana. Beberapa kali isakan tangis lolos keluar dari mulutnya. Pikirannya yang tidak tenang hampir mengganggu konsentrasinya.

"Dad_daddy__Al_minta maaf."

Rafa, air matanya kembali mengalir semakin deras."Daddy memaafkan-Mu. Sekarang kita akan hidup bersama lagi. Jadi Putra Daddy harus kuat demi Daddy__"

Al yang mendengar itu menggelengkan kepalanya.
"Daddy__Al bukan Putra yang baik__untuk Daddy."

"Tidak! Kau Putra terbaik Daddy! Jangan katakan apapun Al__Dad_daddy mohon__" ujarnya dengan isak tangisnya yang terdengar keras.

Al menarik napasnya perlahan."Kenapa Daddy harus nangis? Al gak pantas untuk ditangisi."

"Papa juga__kenapa menangis?" Suaranya terdengar sangat lirih.

"Al sudah mengecewakan kalian semua. Bahkan kata maaf Al gak cukup untuk membayarnya."

Melihat sang Daddy dan Papanya terdiam dirinya kembali melanjutkan perkataannya. Walaupun suaranya terdengar putus-putus karena napasnya yang terasa tersendat.

"Al sa_lah__ternyata mereka bukan pi_lihan terbaik__"

Matanya terasa sangat berat sekarang.

"Daddy,"

"Al ngantuk."

Rafa yang mendengar itu menggelengkan kepalanya dengan tegas."Jangan! Jangan tidur! Kau harus terus menatap Daddy disini!" Teriaknya yang terdengar histeris.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang