[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***"Disekolah harus sama Al terus. Kekantin harus sama-sama juga."
"Antar Al sampai kelasnya ya Marsel."
"Kalian berdua jangan berpisah, harus selalu bersama. Kecuali sudah masuk kelas."
"Iya Bunda, Marsel paham."
Marsel menganggukkan kepalanya mendengar semua apa yang Bundanya itu ucapkan. Marsel dan Al akan berpamitan pada keluarganya untuk pergi kesekolah. Tapi, sebelum pergi begitu banyak nasehat yang harus Marsel dengarkan terlebih dahulu.
Al menatap sang Nenek bingung."Harusnya kan Al yang ngantar Om Marsel kekelasnya? Kan Om Marsel baru pertama kali masuk sekolah."
"Enggak Al, Marsel bisa cari kelasnya sendiri. Dia harus ngantar kamu sampai kelas dulu." sahut Aska.
"Tapi, kelas Al lantai atas, dan kelas Om seharusnya ada dilantai bawah." ungkap Al kepada mereka yang ada disana. Kelas tujuh berada dilantai empat, sedangkan kelas yang akan Om Al tempati, kelas sembilan ada dilantai dua.
Agatha mengelus rambut cucunya itu.
"Gak pa-pa, biar Om Marsel antar Al sampai kekelas ya. Omnya Al udah tahu kelasnya dimana." Agatha berujar dengan lembut.Bukan tanpa Alasan Agatha berujar seperti itu, semalam. Saat kesayangan mereka Al tertidur, para keluarganya itu berkumpul membahas tentang dirinya. Keluarganya itu pernasaran tentang keseharian Al selama ini. Hingga Chris yang menceritakan sesuatu yang menimpa Al beberapa hari yang lalu, sebelum mereka datang kesini, membuat mereka yang mendengarnya dibuat emosi. Hingga Imanuel sang Kakak menyuruh Rafa untuk meng homeschooling Putranya itu. Tapi setelah diberi penjelasan oleh Alex dan juga karena keponakannya Marsel akan bersekolah disana. Mereka sepakat menyuruh Marsel untuk menjaga dan mengawasi Al disekolah. Jangan biarkan Al mendapatkan kejadian serupa tanpa sepengetahuan mereka.
Al pun mengangguk mengerti. Setelah berpamitan kepada semuanya. Al dan Marsel pun segera pergi dan diantar oleh Rafa kesekolah. Setiap hari, dalam mengantar Al kesekolah telah menjadi tugas Daddy Al, karena bagaimanapun ia ingin secara pribadi mengantar Putranya itu tanpa harus menyuruh supir pribadi mereka.
Karena arah sekolah Al yang sejalan dengan kantor Papanya, membuat Rafa langsung menuju kekantor setelah mengantar Putranya itu.***
"Vero!" teriak Al saat mendapati keberadaan sahabatnya itu. Walaupun hanya tubuh belakang anak itu yang ia lihat, tapi ia langsung mengenali bahwa itu Vero sahabatnya. Bahkan melihat cara jalannya saja ia sudah tahu kalau itu Vero.
Vero berbalik menatap Al yang sekarang berlari menghampirinya, senyum tipis terukir pada wajahnya itu.
Sedangkan Marsel menatap dingin melihat keponakannya itu pergi meninggalkan dirinya. Dengan langkah lebar ia menyusul Al.Al mengatur napasnya."Kekelasnya sama-sama ya." Vero yang mendengarnya mengangguk mengiyakan.
"Lain kali jangan berlari." Vero mengelus rambut Al lembut.
"Lepaskan tanganmu itu!" Suara dingin yang penuh penekanan terdengar. Marsel, anak itu sekarang menatap tajam anak didepannya itu. Saat matanya tertuju pada tangan yang berada diatas kepala keponakannya, pandangannya berubah dingin.
Vero mengamati anak yang berdiri sebelah Al itu dengan dingin. Walaupun begitu tangannya tetap mengelus rambut lembut Al itu.
Al, yang seolah berada ditengah tengah antara mereka berdua. Merasakan aura yang tak enak. Seolah olah ada hawa dingin yang mengelilingi dirinya sekarang. Tangannya terangkat melepaskan tangan Vero yang berada diatas kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...