[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***"Daddy kapan Veronya sampai kesini?"
Pertanyaan yang sama terus saja terlontar untuk kesekian kalinya keluar dari mulut Al. Anak itu terus saja berjalan berbolak-balik didepan para keluarganya yang sedang duduk di sofa ruang tamu memperhatikan tingkah lakunya. Sesekali mata anak itu akan memperhatikan arah pintu mansion, berharap tamu yang ditunggunya sedari tadi akan datang. Sudah hampir tiga puluh menit anak itu tak pernah lelah akan kegiatan yang ia lakukan, membuat Aska menatap jengah terhadap keponakannya. Rafa sudah menyuruh putranya itu untuk duduk tapi, Al menolaknya.
Dihari libur ini, Vero berjanji akan berkunjung kerumahnya bersama ayahnya. Al tentu saja sangat berantusias saat mendengarnya, bahkan anak itu siap bangun pagi-pagi sekali dan mandi untuk bersiap diri. Karena Vero berkata ia akan datang dipagi hari, sekalian sarapan pagi bersama dengan keluarganya. Al juga sudah memberitahu kan para keluarganya. Dan kebetulan juga hari ini para keluarganya tidak memiliki kesibukan membuat mereka semua akan berada di mansion seharian.
"Mungkin Veronya masih dijalan ... "
Bukan Rafa yang menjawab, tapi sang Oma yang baru saja datang berjalan menghampiri mereka yang ada disana. Chris baru saja selesai dari pekerjaannya, memasak didapur untuk menyiapkan makanan.
"Al duduk dulu yuk! Nanti mereka pasti akan datang." Sambung Chris kepada cucunya.
Al yang mendengarnya segera mengiyakan ucapan sang Oma, setelah lama berdiri ia cukup lelah juga. Berjalan mendekat kesofa untuk duduk di sana. Rafa berpikir putranya akan menghampirinya, dan duduk disampingnya yang masih kosong. Tapi, wajahnya berubah datar saat melihat putranya berjalan kearah Felix yang berada disana.
Al segera duduk disamping Papanya karena disana tidak jauh ditempat ia berdiri tadi. Ia memilih tempat duduk yang lebih mudah dan dekat darinya. Felix yang tak ingin Al duduk sendiri, dengan cepat mengangkat tubuh kecil itu kepangkuan nya. Al tak menolak, bahkan anak itu menyandarkan tubuhnya di dada bidang sang Papa menikmati elusan pada pucuk kepalanya. Chris dan Alex hanya memperhatikan interaksi Felix dan Al. Chris jadi teringat saat-saat Felix pertama kali tinggal di mansion mereka, anak itu lebih banyak berdiam diri dan selalu menghindar untuk berkumpul bersama. Hingga Cucunya yang tak pernah bosan memaksanya hingga sedikit demi sedikit mulai terbuka pada keluarga mereka. Ia sudah menganggap Felix seperti putranya sendiri, memperlakukan dengan sama seperti kedua putranya yang lain.
Chris merasa keluarga nya sudah lengkap sekarang. Ia harap kebahagiaan ini akan terus ia rasakan di setiap harinya, hingga masa tuanya. Untuk__apakah ia ingin memiliki seorang menantu, ia tak pernah memaksakan putra-putranya untuk segera menikah. Karena menurutnya itu terserah pilihan mereka. Seumur hidupnya ia hanya pernah sekali memaksa putranya karena keinginannya yang ingin memiliki seorang cucu, setelah itu ia tak pernah memaksakan apapun. Matanya menatap keluarga nya dengan senyum hangatnya.
Berbeda dengan Chris. Rafa dan Aska menahan perasaan cemburu mereka melihat kedekatan Al dan Felix di sana. Rafa melirik dengan dingin tempat kosong disebelahnya yang seharusnya diduduki oleh putranya itu.
"Cari kesempatan dalam kesempitan," celetuk Aska dengan sinis nya.
Felix yang mendengarnya memusatkan pandangannya kearah Aska dan Rafa yang kebetulan duduk bersebelahan. Senyum penuh kemenangan ia pancarkan didepan mereka berdua. Membuat rahang Rafa dan Aska seketika mengeras.
Rafa semakin menatap tajam kearah Felix saat ia melihat tangan si Felix itu yang sekarang beralih mengelus perut putranya yang sedikit buncit itu, walaupun tangannya masih terhalang oleh baju kaos putranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...