[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***Rafa mengelus rambut Putranya itu dengan lembut, Al yang sedari tadi memperhatikan jalanan kini beralih menatap wajah sang Daddy yang sedang menyetir dengan senyum manis yang terukir di wajahnya.
"Daddy Al seneng banget! Akhirnya Al bisa sekolah lagi!" Rafa yang mendengar itu melirik sekilas menatap wajah Putranya itu.
"Tapi, harus janji?! Apapun yang terjadi kau harus memberitahu Daddy?" Anggukan kepala yang sangat menyakinkan Ia dapatkan dari Putranya itu.
"Al janji! Tapi, Daddy tidak kasih tahu Vero kan kalau Al akan sekolah disana?"
"Tidak." Senyum Al semakin lebar, beralih menatap jalanan dengan binar senangnya.
Rafa hanya bisa tersenyum simpul melihat itu. Sebenarnya ini sangat berat untuknya. Melepaskan Putranya itu kembali sekolah setelah lima tahun setelah kejadian kecelakaan itu berlalu.
Ya, Lima tahun sudah terlewatkan. Kini, Putranya itu tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan dan manis secara bersamaan.
Empat tahun Putranya itu menjalani homeschooling, Ia dan keluarganya itu sepakat untuk menyekolahkan Al disekolah umum lagi.
Tak tega, kala melihat Al yang selalu memperhatikan Omnya itu pergi kuliah dengan sedih. Walaupun anak itu tak pernah meminta atau memaksa. Mereka sangat menyadari keinginan kesayangan mereka. Al juga ingin belajar. Walaupun terlambat, lima tahun sudah cukup untuk mereka mengurung kesayangan mereka dimansion, anak itu juga perlu kebebasan.
Semua tak semudah itu, ada begitu banyak syarat yang harus Al jalani dan tepati. Apapun yang Ia lakukan disekolah semua keluarganya harus tahu. Bahkan Ia harus membawa handphone dimanapun Ia berada supaya lebih mudah untuk menghubungi keluarganya itu apabila terjadi sesuatu dan bahkan tanpa Al sadari ada begitu banyak orang suruhan sang Daddy yang mengawasinya dari jauh. Memantau semua aktivitas yang telah Ia lakukan.
Biarlah orang-orang mengatakan itu terlalu berlebihan. Karena keselamatan kesayangan mereka adalah hal yang paling utama bagi keluarga Groston itu.
Al melangkahkan kakinya menyelusuri koridor sekolah SMA sendirian. Daddynya sudah Ia suruh pergi karena Ia tahu hari ini Daddynya itu ada meeting penting. Sekolah lumayan sepi karena mungkin sudah saatnya masuk. Sebenarnya Om Marsel ingin pergi bersama dengan dirinya karena arah kampus dan sekolahnya sama, tapi Al menolaknya tak ingin Omnya itu terlambat karenanya. Alasan Ia pergi terlalu siang juga karena harus membujuk sepupu kecilnya itu terlebih dahulu.
Rion, bocah tiga tahun. Anak dari Tante Selina dan Abang Leon yang sekarang juga menjadi Omnya. Ya sahabat dari Om Askanya itu telah menikah bersama sang Tante. Al tak tahu kapan mereka saling jatuh cinta dan pacaran. Tapi empat tahun yang lalu pernikahan telah dilaksanakan oleh para keluarga kedua belah pihak. Tantenya begitu bahagia dan keluarganya yang lain juga sama halnya. Dua bulan setelah pernikahan sang Tante dinyatakan hamil menjadi kabar yang begitu sangat membahagiakan.
Rion, anak itu sangat dekat kepadanya bahkan mungkin bisa dikatakan lebih dekat dengannya dari pada kedua orang tuanya atau yang lainnya.
Tak ada yang mempermasalahkan hal itu. Tapi tentu mengundang kecemburuan antara Om Aska dan juga Om Marselnya. Sebab setiap ingin menjauhkan Al kepada anak itu. Rion akan menangis kencang membuat keributan di dalam Mansion. Para orang tua hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Tak ada satupun yang ingin mengalah saat memperebutkan Al.
Beralih dengan Al. Disaat kepalanya menoleh menatap lapangan sekolah, Ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang dari arah berlawanan jalan tepat didepannya. Orang tersebut sangat pokus dengan handphone ditangannya. Tak dapat terhindarkan merekapun saling bertabrakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...