Bab 14

26.5K 2.3K 26
                                        

[Typo Bertebaran.]
.

.
.
***

Kediaman Alex sekarang lumayan sepi karena, para keluarganya telah kembali ke Amerika. Karena suatu hal yang mendesak membuat mereka harus kembali kekediaman mereka. Sedangkan keempat remaja Faren, Arselio, Selina, dan Greisy memilih untuk tinggal di tempat Papa nya itu karena mereka masih ingin melanjutkan sekolah disini bersama sepupu mereka. Juga ingin terus bersama keponakan kecil mereka itu.

Untuk kejadian waktu Al hilang, mereka sudah mencari tahu siapa yang sudah menolong Al, tapi entah kebetulan atau apa Cctv yang berada di sekitar gerbang sudah tidak berfungsi satu jam yang lalu sebelum mereka memeriksanya, mereka pikir mungkin saja sudah rusak.

Sedangkan pengawal yang berada di sana tidak mengenali orang itu, lagi pula pengawal itu baru bertugas. Karena pengawal yang lama sudah berhenti karena ingin pulang ke kampung halamannya. Yang mereka tahu dari pengawal mereka, orang yang sudah mengantarkan Al pulang adalah seorang pemuda yang menggunakan sepeda motor sport dengan merek Kawasaki Ninja H2R yang digunakannya. Mereka pun tidak melanjutkan pencarian nya, menurut mereka siapapun orang itu mereka sangat bersyukur karena kesayangan mereka sudah pulang dengan selamat.

*

"Daddy, katanya mau ajak Al jalan-jalan. Sekarang kan waktunya libur tapi, Daddy gak ajak Al tuh." Al berujar sinis kepada Daddynya yang sedari tadi sibuk dengan buku-buku tugas nya itu.

"Daddy__ih Daddy mah, ayo kita jalan-jalan. Kok Daddy liat buku terus sih." Menarik tangan sang Daddy berharap Daddynya itu akan mengalihkan perhatiannya dan tidak sibuk dengan bukunya terus.

Rafa tidak mengalihkan pandangannya, ia tetap dengan serius mengerjakan tugas sekolah nya.

"Tunggu Daddy selesai ya Al," ujarnya lembut kepada putranya itu.

"Gak mau__masa di hari libur saja, Daddy selalu sibuk dengan buku-buku itu. Hari libur itu di gunakan untuk jalan-jalan Daddy."

"Iya_kita akan pergi tapi, tunggu Daddy selesai dulu oke." Rafa Menatap putranya lembut mencoba membujuk putranya yang sedari tadi memaksanya untuk pergi jalan-jalan.

"Ya sudah, lebih baik Al pergi sama Om dan Tante saja! Daddy gak di ajak." Al berancang-ancang akan pergi meninggalkan Daddynya itu tapi, belum sempat kakinya melangkah, tubuhnya langsung terangkat dan langsung berada di dekapan Daddynya itu.

Rafa yang mendengar penuturan putranya itu segera menghentikan aktivitas nya dan dengan cepat Rafa memeluk putranya itu erat supaya anaknya itu tidak mencoba kabur.
Ia tak ingin putranya itu akan bersama adik dan sepupu-sepupunya itu.

Al mencoba melarikan diri dari Daddynya itu, tapi pinggangnya di tahan sehingga membuatnya kesulitan untuk kabur.

"Jangan pergi, kau hanya akan pergi berdua bersama Daddy hm." Rafa berujar dengan nada rendahnya.

"Tidak mau! Daddy jalan berdua saja sama buku Daddy. Dari tadi juga berduan tuh." sungut dari si kecil membuat Rafa tersenyum.

"Apakah putra Daddy ini sedang marah hm?"

"Sangat! Al sangat-sangat marah. Pokoknya Al gak like sama Daddy." Al menatap sang Daddy dengan wajah garangnya. Berusaha menakuti Daddynya itu.

Rafa pun segera berpura-pura takut. "Jangan marah oke__ Daddy minta maaf." Rafa mencoba menampilkan raut sedihnya, Al yang melihat itu jadi tersenyum bahagia karena sudah berhasil membuat Daddy itu ketakutan.

Ia menganggukkan kepalanya semangat. "Al maafin, jangan di ulangi lagi ya."

"Iya."

Rafa pun meninggalkan bukunya dan bersiap-siap untuk mengajak putranya itu jalan-jalan keluar. Ia membuka lemari bajunya mencari baju copple ayah-anak yang baru saja ia beli. Hari ini ia akan berpakaian serasi dengan putranya itu.

Alasan ia berjanji mengajak putranya itu jalan-jalan karena ia pikir selama ini ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri sehingga melalaikan tugasnya sebagai seorang ayah. Jadi hari ini ia akan menghabiskan waktunya bersama putranya itu berdua saja.

*

Sekarang mereka sudah sampai di sebuah Mall terkenal, mereka segera memasuki kawasan Mall besar itu. Selama perjalanan mereka di tatap oleh banyaknya orang-orang yang mengagumi ketampanan Daddynya Al itu, ada juga beberapa gadis yang cukup gemas terhadap kelucuan Al.

Rafa berjalan menggunakan kacamata hitamnya dengan Al yang berada di gendonganya. Ia juga membawa beberapa bodyguard yang berjaga di belakang mereka.

"Kau mau membeli apa hm?" Rafa bertanya kepada putranya itu. Yang sedari tadi menatap berbinar sekeliling Mall.

"Daddy Al mau eskrim." tunjuk nya kepada salah satu toko yang menjual eskrim.

"Jangan yang itu ya,"

"Satu saja Daddy_boleh ya." Al menatap sang Daddy dengan puppy eyes andalan nya.

"Huff_sedikit saja!"

"Eumm,"

Mereka pun segera menuju penjual eskrim itu. Al memesan eskrim dengan rasa coklat. Merekapun berdiri menunggu pesanan mereka.

"Adiknya lucu, jadi pengen punya abangnya."

"Iya, jadi pengen kenalan deh."

"Tapi takut, ada bodyguardnya." Bisik para gadis-gadis yang sedari tadi memperhatikan Rafa dan Al.

Walaupun suara mereka cukup pelan tapi, Al yang berada di gendongannya Rafa cukup jelas mendengar bisikan mereka itu. Membuat nya menatap para gadis itu tidak suka.

"Ini tuan eskrim nya." Pelayan pun segera memberikan eskrim yang mereka pesan.

"Adiknya lucu ya," ucap salah satu pembeli yang baru saja tiba kepada Rafa.

Rafa pun menatap orang itu dingin." Dia anak saya." Setelah mengatakan itu Rafa pergi meninggalkan mereka yang menatap dirinya terkejut.

"Papa muda ternyata." Pikir mereka yang ada di sana menatap kepergian Al dan Daddynya itu.

Setelah Al menghabiskan Eskrim nya yang berukuran kecil itu, Rafa membawanya masuk kedalam toko mainan.

"Silahkan di lihat tuan,"

"Apakah tuan ingin membelikan mainan untuk adik tuan ini, saya bisa rekomendasikan permainan yang cocok untuk anak laki-laki." Sapa salah satu pelayan toko yang menghampiri mereka.

"Daddy__ Al tidak mau mainan." ucap Al menatap Daddynya itu.

Pelayan itu cukup terkejut, dengan cepat ia membungkukkan badannya memohon maaf."Maafkan saya tuan, saya tidak tau ini anaknya tuan."

Rafa hanya diam tanpa menjawab permohonan maaf pelayan itu.

"Daddy_ketempat lain saja, Al tidak mau mainan." Ajak Al untuk pergi dari sana. Ia sudah besar tidak mungkin masih bermain permainan anak-anak.

"Kenapa tidak mau?" tanya Daddynya itu kepada dirinya. Ia hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan sang Daddy.

Mereka pun segera pergi meninggalkan toko mainan itu.

"Daddy," panggil Al kepada Daddynya itu, selama perjalanan ia terus menatap sang Daddy.

"Hm?"

"Daddy, orang-orang selalu bilang Al adiknya Daddy, lagi pula Al memang cocok jadi adik dari pada jadi anak Daddy." Rafa hanya diam mendengarkan anaknya itu bicara.

Selama perjalanan, setelah dari toko mainan, ia sudah menyadari keanehan saat putranya itu terus menatapnya, ia tahu anaknya itu ingin mengatakan sesuatu. Ternyata ini yang menjadi pertanyaan putranya itu.

"Kenapa Daddy angkat Al jadi anak, emangnya Daddy tidak malu."

"Kenapa harus malu?" Rafa menatap putranya itu di balik kacamata hitamnya.

"Eumm, karena Daddy masih muda, masa sudah punya anak."

"Daddy tidak perduli, yang Daddy mau, kau menjadi putra Daddy itu saja." ujar Rafa kepada putranya itu.

Al menatap Daddynya bingung, dengan kening nya yang sedikit mengkerut seperti memikirkan sesuatu.

"Jangan berpikir terlalu keras." Rafa mengelus kening putranya itu dengan lembut.

.
.
.
.
.
~Next

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang