[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***Sebuah senyuman terukir pada wajahnya, menatap para keluarganya yang kini berdiri tepat dihadapannya. Senyumannya tak pernah luntur walaupun Ia tahu tak ada satupun dari mereka yang menatap lembut kearahnya. Tatapan tajam dan wajah datar mereka, seolah menjadi penghantar untuk kepergiannya. Kini kedua orang tuanya sudah datang menjemput dirinya, membawanya pergi meninggalkan mereka yang selama ini telah merawatnya.
Ia tahu, dirinya seolah tak tahu diri, Ia telah membalas kebaikan mereka dengan sebuah kekecewaan yang sangat mendalam dan tentu saja Ia sudah menyakiti hati mereka semua. Daddynya, Papanya, Om Aska dan Lainnya bahkan seakan enggan untuk menatap dirinya.
Kekecewaan mereka terlalu besar kepadanya. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang bersedia tidur bersamanya untuk terakhir kalinya.
Harusnya Ia sudah menduganya, apa yang Ia lakukan tentu saja inilah yang Ia dapatkan.
"Alvin ayo kita pergi!"Suara dari sang Ayah kini terdengar.
Al mencoba meyakinkan dirinya, menarik napasnya panjang, Ia menatap sang Daddy yang paling dekat dengan tempatnya berada. "Sebelum Al pergi, Al mau ngucapin terima kasih untuk selama ini sudah mau merawat Al dan membesarkan Al selama ini."
"Daddy, Al tahu mungkin Daddy kecewa sama Al. Maaf_Al belum bisa jadi putra yang baik untuk Daddy. Al bersyukur banget bisa hidup sama Daddy dan yang lainnya karena kalian semua Al masih bisa hidup sampai sekarang."
"Kalau Daddy mau marah, Al akan terima kok. Karena, wajar kalau Daddy marah."
Kini Ia beralih menatap sang Papa."Buat Papa Felix, maaf Al gak bisa nempatin janji Al buat terus hidup bersama Papa." Setelah mengatakan itu, Ia beralih menatap Om Askanya yang bahkan mengalihkan pandangannya. Tak ingin melihat dirinya.
Dirinya tersenyum simpul."Om Aska, Al tahu om Aska pasti masih marah kan? Al cuman bisa minta maaf, maaf juga karena Al gak bisa jadi Keponakan yang sesuai dengan yang Om mau."
"Om marsel, Al tahu Om juga marah."
"Al gak bisa mencegahnya, dan Al juga gak bisa memaksa untuk dimaafkan."
"Dan Oma, buat kasih sayang Oma selama ini berikan, Al ucapin terimakasih. Oma selalu sabar ngadapin Al yang kadang suka nakal dan susah untuk diatur."
"Om Jefran, Al titip Alfa ya? Al tahu Om suka kucing. Al harap Om mau merawatnya."
"Untuk semuanya, Al minta maaf atas semua perilaku Al selama ini."
"Alvin." Kini Bundanya yang memanggil, Ia menoleh sekilas. Menatap kembali para keluarganya yang bahkan sedikitpun tidak merespon permintaan maafnya.
"Al pergi dulu." Setelah itu, Ia pun berbalik menghampiri kedua orang tuanya. Tapi, sebelum itu langkahnya seketika berhenti, saat mengingat ada sesuatu yang Ia lupakan.
Menyentuh saku celananya, mengambil sesuatu disana. Dua buah gelang, yang Ia buat sendiri saat tugas keterampilan disekolah. Hanya dua gelang biasa, Ia buat khusus untuk Daddy dan Papanya.
"Al lupa, Ini Al buat sendiri. Seharusnya dari hari itu Al mau kasih. Tapi__mungkin ini waktu yang tepat." Ia berjalan mendekati sang Daddy terlebih dahulu.
"Al awalnya mau buat banyak, tapi waktunya gak cukup jadi hanya bisa untuk Daddy dan Papa saja."
"Al gak tau Daddy suka atau enggak, Alfa sama kayak nama kucing Al." Tangannya menunjukkan sebuah gelang yang ada sebuah nama disana. Tentu saja gabungan dari namanya dan Daddynya itu. Tapi, Ia segera menurunkan tangannya saat melihat sang Daddy hanya diam menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/342439360-288-k252097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...