S~2 Bab 14

9.6K 1K 48
                                        

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***


Al bersandar diatas ranjang dikamar daddynya. Matanya menatap kosong kedepan entah apa yang ia pikirkan sekarang, yang pasti Al tak ingin berpikir bagaimana ia bisa disini sekarang.

"Al." Suara dari sang Daddy yang baru saja masuk tak dapat mengalihkan perhatiannya. Felix dan yang lainnya yang juga ikut masuk tak dapat menahan perasaan khawatir dan sedih yang mereka rasakan saat melihat keadaan kesayangan mereka seperti itu. Padahal tadi pagi anak itu sangat bahagia dan ceria saat akan pergi kesekolah tapi, sekarang seolah kebahagiaan itu hanya sementara dan direnggut dengan paksa nya, membuat keadaan anak itu sungguh memprihatinkan.

Tadi, mereka langsung dibuat panik saat Theo memberikan kabar bahwa Al pingsan di sekolahnya. Vero, anak itu yang telah memberi tahu ayahnya saat dirinya membawa Al ke uks sekolah. Hingga Rafa dan Felix yang tadinya berada dikantor dengan cepat menuju kesekolah Al dan membawa putra mereka pulang kerumah untuk mendapatkan penanganan oleh dokter pribadi mereka. Sebuah penjelasan singkat dari Vero dan kesimpulan yang dinyatakan oleh sang Dokter, membuat kenyataan pahit harus mereka dapatkan. Al, kesayangan mereka telah terserang panic attack.

Marah, kesal, dan kecewa bercampur menjadi satu. Rasa gagal telah melindungi kesayangan mereka, hingga anak itu mengalami semua ini diluar pengawasan mereka.

Rafa, pemuda itu segera duduk disamping putranya mengelus rambut yang sedikit lepek karena keringat yang membanjirinya.

"Al, Daddy disini."

Sekali lagi tak ada respon yang ia dapatkan dari Putranya itu, bahkan setelah sadar Putranya lebih memilih diam dari pada bercerita kepada mereka apa yang telah ia rasakan sekarang.

Chris, wanita itu sekuat tenaga menahan tangisnya yang akan keluar. Dirinya segera memeluk sang suami tak mampu melihat keadaan cucunya itu. Hingga Alex harus membawa istrinya itu untuk pergi meninggalkan mereka disana. Ia tak ingin istrinya ikut terpuruk melihat keadaan cucu mereka. Tak ayal dirinya sama sedihnya, dirinya juga marah oleh orang yang sudah berani menyakiti hati cucunya.

Sekarang dikamar itu telah tersisa empat orang, Rafa, Felix, Aska, dan Al. Untuk Vero ia sudah pulang kerumahnya, awalnya anak itu masih ingin tetap disini untuk melihat keadaan Al. Tapi Ayahnya memaksanya untuk pulang. Bukan tanpa alasan, Theo ingin anaknya itu memberi ruang untuk Al bersama keluarganya dulu, karena keadaan seperti ini perhatian keluarganya lah yang anak itu perlukan.

Kamar itu hening, tak ada satupun yang membuka suara, Rafa yang tak pernah berhenti mengelus rambut putranya, Aska bahkan pemuda itu yang biasanya banyak bicara memilih diam tak tahu harus berbuat apa. Sedangkan Felix entah apa yang ia pikirkan dengan sorot kesedihan yang terpancar dimatanya saat menatap putranya. Hingga sebuah gumaman yang sangat amat pelan dapat mereka dengar hingga memusatkan perhatian mereka semua pada Al anak yang telah bersuara.

"Al bukan anak pembawa sial."

Suara yang terdengar menyakitkan telah keluar dari mulut anak itu, matanya masih tetap mengarah kedepan, tapi sorot luka yang ada dilamnya membuat siapapun merasakan sakit yang sama.

Rafa langsung saja menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannya." Kau putra Daddy Al, kau Putra Daddy." Rafa berucap lirih mencoba memberikan pengertian kepada putranya itu. Aska pemuda itu menggepalkan kedua tangannya dengan erat. Felix, ia meremas seprai yang ia duduki mencoba melampiaskan kekesalannya.

"Al bukan anak pembawa sial." Rafa yang mendengar kata itu terucap lagi dari mulut putranya segera dibuat marah, hingga tanpa sengaja ia telah membentak putranya itu.

"DIAM AL!" Bentaknya dengan marah.

Al yang mendengar itu dibuat terkejut hingga tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang