S~2 Bab 5

11.7K 1.2K 32
                                        

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***


***

"Ingat ya, pokoknya tunggu Al dimobil saja nanti!"

"Iya."

Sebelum keluar dari mobil. Al memperingati sang Daddy. Ia pun mengamati Daddynya itu takut sang Daddy tidak menuruti perintahnya, setelah dirasa yakin ia pun menganggukkan kepalanya mantap. Dilepaskannya sabuk pengamannya, berancang-ancang akan segera pergi dan keluar dari mobilnya.

Tapi, gerakannya langsung terhenti saat Rafa memanggil dirinya.

Ia pun menoleh menatap Daddynya itu."Kenapa?" tanyanya bingung.

Rafa tersenyum simpul, didekatnya tubuhnya kepada sang anak, dikecupnya puncuk kepala putranya itu lalu dielusnya rambut putranya, entah kenapa mengecup dan mengelus rambut putranya itu menjadi kebiasaannya setiap hari." Belajar yang rajin, dan jangan nakal." Suara yang amat sangat lembut Rafa ucapkan kepada putranya itu.

Al sempat terpaku, ia pun tersenyum tipis mendengarnya, kepalanya mengangguk lucu dengan wajahnya yang bersemu merah. Dengan cepat ia membuka pintu mobil dan pergi meninggalkan Daddynya disana.

Rafa terkekeh kecil melihat tingkah laku putranya itu, diperhatikannya putranya, sampai tubuh kecil itu menghilang dari pandangannya. Barulah Rafa pergi menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan sekolah disana.

Al memasuki kelasnya yang sudah terdapat banyaknya teman-temannya yang sudah datang ke Kelas. Berjalan menuju bangkunya, menghiraukan mereka yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Al tahu, sudah satu minggu lebih ia bersekolah di sini dan sepertinya tidak ada yang menyukainya tapi, apa pedulinya? Yang penting sekolah, belajar, dan banyak lagi yang bisa ia lakukan disini. Dari pada di mansion, bosan banget. Ia juga butuh kebebasan.

Pembelajaran pun dimulai dengan tenang dan damai. Karena guru yang mengajar terkenal killer, tidak ada yang berani membuat keributan.

Setelah cukup lama, bel istirahatpun berbunyi, waktunya mereka menghentikan aktivitas belajar mereka yang cukup melelahkan sedari tadi, para muridpun keluar kelas untuk memenuhi kebutuhan mereka yang harus terpenuhi.

Kelasnya sudah sepi tapi, Al tak ada niatan untuk pergi keluar dari kelasnya. Hari ini dia lagi mager untuk keluar. Jadinya ia berencana makan dikelas saja. Al pun membuka tasnya dan mengambil kotak bekalnya. Dibukanya tutup bekalnya hingga bau harum yang menggugah selera masuk di penciumannya. Al menjadi tak sabar untuk menyantapnya.

Matanya berbinar-binar menatap makanan yang sudah Omanya itu siapkan, nasgor camkec spesial dengan telur dadar diatasnya yang dibuat oleh Omanya itu. Ia sendiri yang meminta Omanya memasak ini. Walaupun Omanya sempat bingung akan namanya. Tapi, dengan penjelasannya yang cukup jelas, barulah Omanya itu mengerti.

Setelah berdoa, Al langsung menyantap makanannya dengan semangat hingga makanannya itu habis tak tersisa.

Setelahnya ia duduk dengan tenang dengan posisi tangan kirinya terlipat diatas meja dan tangan kanannya yang tergepal menahan dagunya. Kepalanya menoleh kearah jendela menatap pemandangan diluar sana. Angin berhembus memasuki jendela membuat rambutnya ikut bergerak seirama angin berhembus.
Sampai kegiatannya harus terhenti, saat merasakan dirinya sangat ingin ke toilet sekarang. Ia ingin pipis, dengan langkah berat ia harus meninggalkan suasana nyamannya, dan keluar kelas menuju toilet yang berada di ujung koridor disana.

Sekolah Al memiliki empat lantai dengan bangunan berbentuk U. Untuk kelas tujuh berada dilantai empat. Sedangkan kelas delapan dilantai tiga dan kelas sembilan dilantai dua. Ruang guru, ruang kepala sekolah, kantin, dan ruangan lainnya ada di lantai bawah. Sedangkan toilet menempati masing-masing diujung koridor sekolah.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang