Bab 19

16K 1.4K 9
                                    

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***


Al sekarang sudah di pindahkan diruangan inap dengan fasilitas yang memadai, Rafa sudah memberitahukan keluarganya tentang keadaan Al yang sedang koma saat ini, berita yang sangat mengejutkan bahkan membuat Chris sempat pingsan dan di rawat di rumah sakit. Untuk kejadian penculikan yang terjadi pada Al, Rafa tidak memberitahu kan bahwa Felix lah pelakunya, sehingga saat Aska dan para sepupunya bertanya, Rafa hanya mengatakan pelakunya sudah dihukum.

Sedangkan Alex sudah mengetahui yang sebenarnya, ia hanya bisa menerima keputusan putranya itu. Ia tahu masalah ini bisa di selesaikan oleh putranya sendiri.

*

Hari sudah malam dan Rafa masih setia menjaga putranya itu. Bahkan seragam sekolah yang ia gunakan belum berganti, karena ia tak pernah sedikitpun meninggalkan putranya itu pergi. Para keluarga nya sudah ia suruh pulang walaupun ada sedikit pemaksaan karena semuanya juga ingin menjaga dan merawat Al.

Rafa terus-menerus menatap wajah damai Putranya itu berharap ada keajaiban mata indah itu akan terbuka.
Padahal belum sehari putranya itu tertidur dan tidak bicara dengan dirinya. Tapi, sekarang perasaannya sangat-sangat kosong seolah putranya itu telah membawa perasaannya pergi. Sekarang ia tahu kenapa sedari tadi pagi ia sungguh gelisah, seharusnya ia tak meninggalkan putranya itu, seharusnya ia tak pergi saat putranya itu menahan dirinya. Saat ia ingin pergi kesekolah, anaknya itu menahan dirinya supaya tidak pergi, alasannya ia tak ingin di tinggal sendirian. Kenapa, waktu itu ia tak menuruti kemauan putranya itu, kalau saja, ini semua tak akan terjadi.
Ini juga kesalahan dirinya.

Ruangan yang sunyi itu terdengar isakan pilu yang tertahan, pemuda itu sekarang mencoba menahan air matanya yang akan siap untuk meluncur lagi, padahal saat keluarganya itu datang tidak ada ekspresi yang tertampang di wajahnya itu tapi, sekarang pertahanannya runtuh kembali dan ia tak mampu untuk menahannya.

Tok..

Tok...

"Masuk!" Ketukan pintu terdengar, dengan cepat Rafa menghapus air matanya. Ia pun menyuruh orang yang berada di luar untuk masuk.

"Tuan, ada yang ingin bertemu dengan tuan." Para bodyguard yang berjaga di luar segera masuk dan menjelaskan kepada tuannya itu.

"Biarkan dia masuk!" Setelah itu bodyguard itu pun pergi dan memanggil orang yang sudah menunggu di depan.

Cklek!

Pintu pun terbuka, orang yang berada di luar pun segera masuk dan berjalan mendekat kearah Rafa yang tidak mengalihkan pandangannya dari Putranya itu.

Tap..

Tap...

"Kenapa kau kesini?" ujar Rafa dingin, ia tahu siapa yang ingin bertemu dengan dirinya, siapa lagi kalau bukan orang itu. Orang yang sudah ia anggap sahabat sendiri.

"Raf," Felix berjalan mendekat kearah Rafa, matanya menatap sesosok yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan perasaan tertekan.

"Tidak perlu berbasa-basi!" Ucap Rafa lagi. Felix menatap sahabatnya itu sendu.

"Aku kesini ingin meminta maaf, aku tahu perbuatan ku salah, dan aku tak berharap kau akan memaafkan ku."

"Tapi Raf, ijinkan aku untuk bertemu dengan Al sampai ia sadar kembali. Setelah itu aku janji akan meninggalkan negara ini dan pergi jauh, aku tak akan mengusik kehidupan kalian lagi."

"Bagaimana dengan adikmu, kau serius ingin meninggalkan nya?" Rafa menatap Felix dengan sinis.

"Orang tuaku sebentar lagi akan berpisah dan ia akan tinggal bersama Oma dan Opanya. Tenang saja ia tak akan sendirian jadi, tanpa akupun ia akan hidup bahagia."

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang