[ Typo bertebaran.]
.
.
.***
"Daddy~Al mau ikut," Alvin bergelantungan di kaki sang Daddy tidak mau lepas. Ia mencoba membujuk Daddynya itu untuk membawanya. Bahkan ia rela merengek seperti anak kecil supaya Daddynya itu mau membawanya.
Hari ini Daddy nya akan bersekolah, begitu juga remaja yang lainnya yang akan bersekolah hari ini juga disekolah barunya. Karena sekolah yang mereka tempati itu milik keluarganya, hanya dalam waktu singkat mereka bisa langsung bersekolah di sana.
"Alvin di sini saja ya sama Grandma!" Olivia mencoba membujuk cucunya itu.
"Iya, Alvin di mansion saja main sama Marsel." ujar Marsel yang juga mencoba membujuk Al, karena hari ini ia ingin bermain bersama Al.
"Gak mau, Marsel nakal. Al gak mau main sama Marsel!" tolak Alvin, mana mau ia bermain bersama anak kecil, gini-gini ia sudah remaja. Sebenarnya ia tidak terlalu ingin kesekolah, niat ia yang sebenarnya adalah ingin keluar dari mansion, ia belum puas semalam jalan-jalannya karena itu semua di sebabkan oleh Omnya.
Padahal Omnya itu yang mengajaknya jalan-jalan tapi ia seolah di beri harapan palsu. Hanya gara-gara semalam disalah satu taman yang mereka kunjungi, ada seseorang yang sengaja mengambil gambarnya, mungkin karena ia tampan jadi orang itu ingin mengabadikannya. Tapi, disaat Omnya itu mengetahuinya ia langsung menghampiri orang itu dan menyuruhnya untuk menghapusnya. Ia saja tidak marah tapi, Omnya itu terlalu berlebihan jadinya semalam mereka hanya kerestoran dengan memesan ruangan khusus yang tertutup. Setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang mereka lakukan semalam, bagaimana ia bisa puas.
"Alvin ikut Opa saja?" tawar Alex.
"Gak mau Opa~" kalau Alvin ikut Opanya berserta kakek, grandpa, kakek buyut dan kedua Omnya itu, ia tak akan bisa bebas mereka pasti akan selalu mengawasinya. Apalagi ia sebenarnya cukup takut kepada kedua Omnya itu, lihatlah tatapan tajam dan wajah dingin mereka itu.
Arkan Groston, putra sulung dari Imanuel dan juga Austin Groston anak pertama dari Taksa groston, Masing-masing anak pertama dari keturunan Groston itu memang memiliki Aura yang sangat Dominan diantara yang lainnya, salah satunya Daddynya itu yang juga terkenal sangat dingin, sangat mewarisi sifat kakek buyutnya itu.
"Alvin mau sekolah!"
"Alvin, putranya Daddy." Panggil Rafa.
"Iya Daddy," Alvin menatap polos sang Daddy, dengan posisi yang masih sama.
"Dirumah saja ya, nanti Daddy belikan apapun yang kamu mau." Bujuk Rafa kepada putranya itu.
Mendengar itu Alvin cukup tergiur, tapi tetap saja ia ingin keluar.
"Al jangan pergi, Marsel tidak ada teman, Marsel janji tidak akan nakal." Suara yang terdengar sedih itu membuat Alvin beralih menatap Marsel. Ekspresi yang terpancar dari Om kecilnya itu mampu membuat Alvin menjadi kasihan. Ia jadi berfikir ia saja bosan sendirian apalagi Omnya itu. Membuatnya tidak enak, dan terkesan kekanakan.
"Ya sudah Al disini saja," Alvin berujar dengan pasrah. Biar lah hari ini ia disini dulu nanti ia akan mencoba mencari cara untuk keluar dari sini.
"Al jangan sedih, nanti Om sama Tante akan segera pulang kok." ujar Greisy mencoba menghibur.
"Eumm, iya."
"Mau dibelikan apa hm?" tanya Rafa lagi.
"Mau eskrim..."
"Yang lain saja ya," tawar Rafa.
"Ya sudah tidak usah saja!"
Rafa mengehela nafas sabar, setelah itu mereka pun pergi meninggalkan mansion, dan tersisa lah para wanita paruh baya dan juga kedua anak kecil itu.
***
"Jadi mereka sepupu lo?" tanya Leon sambil melihat keempat Siswa baru itu.
"Iya, mereka sepupu gue." Aska menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu, yang sedari tadi memperhatikan sepupunya.
Sekarang sudah waktunya istirahat, kesepuluh remaja itu sedang duduk sambil menikmati makanan mereka masing-masing ada juga yang fokus memainkan headphone nya, ditemani tatapan siswa-siswi yang memperhatikan meja mereka.
"Oh...., salam kenal gue Leon Nagendra." Leon mengulurkan tangan nya mencoba berkenalan satu-persatu sepupu Aska dan Rafa itu.
"Salam kenal, Selina Groston."
"Salam kenal juga kak, gue Greisy."
"Arselio,"
"Gue Faren."
"Xifer Grosendra, sahabat Aska."
"Mereka?" tanya Greisy kepada kedua orang yang sedari tadi diam memainkan handphone nya.
"Teman Kak Rafa, Felix Grosendra dan Arya Nagendra. Kakak mereka berdua." jawab Aska menunjuk Leon dan Xifer.
Setelah itu kembali melanjutkan aktivitasnya melihat handphone nya itu."Kenapa Lo senyum-senyum sendiri." Setelah berkenalan, Leon langsung memperhatikan Aska yang sangat fokus melihat handphonenya. Sesekali sahabatnya itu akan tersenyum tipis, tidak biasanya yang dimana membuat Leon keheranan.
Mendengarkan perkataan Leon membuat semua yang ada dimeja itu memandangi Aska penuh selidik. Bahkan Rafa, Felix dan Arya yang sedari sibuk sendiri pun sekarang beralih menatapi Aska.
Aska yang di tanya hanya melirik mereka sekilas setelah itu kembali lagi melihat benda pipih ditangannya. Selina yang kebetulan duduk di sebelah Aska pun melirik apa yang di lihat sepupunya itu dengan pernasaran.
"Wah...,Bagi dong, gue juga mau fotonya."
"Ih~lucu banget sumpah." Ujar Selina heboh. Aska yang mendengar itu segera menyembunyikan headphonenya di saku celananya.
"Ada Apa kak?" pertanyaan dari Greisy, menjadi perwakilan untuk mereka semua yang juga pernasaran. Apalagi melihat reaksi dari Aska yang segera menyembunyikan headphonenya. Membuat mereka bertanya-tanya, foto apa yang lucu.
"Itu loh, anaknya Kak Rafa." Jawaban dari gadis itu sungguh membuat Raut terkejut terpancar dari sahabat Aska dan Rafa itu, bahkan Leon yang sedang meminum jus yang di pesan nya itu pun segera menyemburkan air yang berada di mulutnya. Hingga membuat meja beserta bajunya basah oleh air.
"Uhuk...uhuk." menghiraukan Leon yang terbatuk-batuk, Ketiga pemuda memandangi Rafa membutuhkan Jawaban.
"kak Rafa punya anak?" tanya Xifer.
"Tunggu dulu.., Aska kirim sama gue fotonya cepet!" ujar Selina, yang masih berusaha memaksa Aska tapi, tidak di hiraukan sang empu.
"Lo beneran punya anak?"sekarang giliran Felix yang bertanya kepada sahabatnya itu.
"Kapan kak Rafa menikah." Sambung Leon yang juga pernasaran. Sedangkan Arya hanya diam memperhatikan, walaupun begitu ia juga cukup pernasaran.
Rafa melirik Aska tajam, tidak ada niatan ingin menjawab pertanyaan dari sahabat juga adik sahabatnya itu.
Sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana bisa adiknya itu mengambil foto anaknya tanpa seijinnya. Bahkan ia yang sebagai Daddynya saja tidak memiliki foto sang anak.Aska yang ditatap tajam oleh kakaknya itu, hanya bisa bertanya-tanya apakah ia salah lagi. Harusnya yang di salah kan itu Selina yang sudah berbuat heboh sendiri. Padahal ia hanya melihat bekas foto keponakannya yang hari itu meminjam handphonenya untuk berselfi. Dan ini adalah hasil jepretan keponakannya itu.
.
.
.
.
.
~Next
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Ficção Adolescente~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...