Bab 3

46.4K 3.9K 26
                                        

[ Typo bertebaran]
.
.
.
***

Rafa berjalan menuju keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tamu, melangkahkan kakinya dengan Alvin yang masih berada di gendongannya.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, Chris menoleh dan melihat putra sulungnya yang menggendong seorang anak kecil.

Dengan raut terkejut  wanita paruh baya itu berteriak heboh," Anak siapa yang kau culik Rafa." Suaranya yang cukup keras mengalihkan atensi ayah dan anak yang sedari tadi sibuk dengan kegiatannya, membuat mereka juga memandang Rafa heran.

Rafa yang mendengar itu hanya memutar matanya malas, apakah Mamanya ini amnesia. Lagi pula ia bukan orang yang sembarangan menculik seorang anak.

"Mama memang ingin memiliki cucu, tapi tidak menculik anak kecil juga, mama belum siap melihatmu berada di penjara Rafa!" ujar mama dramatis, karena suara yang cukup keras, membuat tidur Alvin terganggu dan menggeliat tidak nyaman.

"Ugh.."

"Shuutt..., tidurlah." Suara Rafa yang lembut dan dengan gerakan seperti menimang bayi, membuat Alvin kembali tertidur dengan nyaman. Bahkan ia semakin menenggelam kan wajahnya di dekapan Rafa.

"Ma.." panggil Rafa dingin.

"Ups..., sorry," sesal Chris dengan cepat Chris menutup mulutnya, menandakan ia akan diam.

"Akan aku ceritakan." Setelah mengatakan itu Rafa pergi meninggalkan keluarganya dan menuju kamarnya. Ia meletakkan Alvin di kasurnya dengan hati- hati takut anak kecil itu akan terbangun setelah itu ia mengganti pakaiannya.

Sedangkan di ruang tamu, ketiga orang yang di tinggal pergi itu menunggu Rafa turun dan menceritakan apa yang terjadi, bahkan Chris sedari tadi tidak lepas memandangi tangga berharap anaknya itu akan segera turun.

"Jadi beneran aku akan jadi om." gumam Aska pelan tapi, masih terdengar karena suasana yang cukup sepi.

"Pokoknya mama harus pamer sama teman-teman mama." sekarang giliran mama yang bergumam.

Sedangkan sang Papa hanya memperhatikan istri dan anaknya yang senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Ia cukup pernasaran tapi sepertinya rasa penasarannya terkalahkan oleh dua sosok ini yang sayangnya keluarganya sendiri.

*
Matahari pagi memenuhi ruangan kamar bernuansa gelap itu, silau mentari yang menembus di jendela membuat sesosok buntalan kecil terganggu tidurnya. Tubuhnya menggeliat kecil, hingga kedua bola mata yang cantik terlihat mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk di penglihatannya.

Alvin, remaja yang menempati tubuh anak kecil itu segera menyandar kan tubuhnya, mengedarkan pandangannya di ruangan yang tampak asing untuknya.

"Sudah bangun, Hem." suara lembut yang terdengar dari arah kamar mandi membuat Alvin segera melihat asal suara. Di sana terlihat Seorang remaja yang sudah menolongnya, sepertinya baru selesai mandi, dapat ia lihat handuk yang melilit di pinggang remaja itu juga rambut yang basah oleh air.

"Membuat iri saja." Sinis Alvin di dalam hatinya, ia sungguh kesal, bukan nya bangun pagi-pagi di suguhi pemandangan yang indah ia harus melihat roti sobek di tubuh remaja itu, cukup indah kalau itu miliknya, tetapi tidak, yang dimana hanya membuatnya iri saja.

Melihat anaknya yang terdiam juga dengan raut kesal yang di perlihatkan membuat Rafa segera mendekat.

"Kenapa?" tanya Rafa, ia bingung melihat anak angkatnya bangun tidur langsung menampilkan wajah yang sedang kesal.

"Pakai nanya lagi, huh." Alvin memalingkan wajahnya kesal menghindari tatapan Rafa.

"Tidak ada."

Melihat respon yang terdengar ketus itu membuat Rafa mengehela nafas lelah, mungkin suasana hati anak kecil itu cukup sensitif saat bangun tidur pikirnya.

"Bangun lah, setelah itu mandi, apakah ingin Daddy mandikan?" ujar Rafa sambil mencari pakaian yang ingin digunakannya.

"Tidak!" tolak Alvin, ia pun segera bangun dari tempat tidur dengan kesusahan karena tubuhnya yang kecil dan segera berlari menuju kamar mandi, meninggalkan Rafa yang terkekeh lucu melihat tindakannya yang sangat mengemaskan itu.

*

Rafa pun segera turun menuju ruang makan keluarga di mana keluarganya sudah berkumpul dan duduk di kursi masing-masing tidak lupa dengan Alvin yang berada di gendongannya. Sebenarnya Alvin ingin berjalan sendiri, tapi ditolak Rafa mentah-mentah karena takut ia terjatuh, membuat ia terpaksa harus di gendong.

Untuk keluarga Rafa mereka sudah tau tentang Alvin, karena penjelasan Rafa semalam, bahkan ada sedikit keributan karena, mamanya yang memaksa ingin tidur bersama Alvin tetapi karena ditolak Rafa yang takut Alvin akan terganggu tidurnya, membuat keinginan ibu dua anak itu harus pupus.

Hingga keributan yang terjadi di kamar Rafa di karenakan di penuhi oleh keluarganya itu segera berakhir.

Hanya Alvin yang belum berkenalan dengan keluarga barunya itu, karena ia tertidur sepanjang malam.

"Cucu Oma sudah bangun." Sapa Chris melihat anaknya yang sudah turun dan Alvin.

Al memandang wanita di depannya dengan bingung. Ia sungguh tak kenal dengan orang-orang di depannya.

Melihat keterbingungan sang anak, Rafa pun menjelaskan siapa mereka.

"Mereka keluarga Daddy, dan itu adalah Oma mu," jelas Rafa.

Alvin pun segera memahami, mereka adalah keluarga angkat barunya.

"Halo sayang, selamat datang di keluarga Groston, di sana Opa mu, Opa Alex dan Oma adalah Oma Chris" jelas Chris dengan senyuman manisnya. Membuat Alvin yang melihat itu terkesima, bagaimana bisa wanita cantik ini menjadi Omanya.

"Hai Al, Aku Om mu, Aska Panggil Om oke." sekarang Aska yang menyapa dan memperkenalkan dirinya.

"Enak bener, tuaan gue juga." pikir Alvin melihat Aska yang kelihatan lebih muda dari dirinya dahulu.

Setelah berkenalan mereka pun memulai sarapan mereka, dan juga berakhirnya perdebatan kecil antara ayah dan anak baru itu, dimana Rafa yang memaksa Alvin untuk duduk dipangkuan nya, dan juga dengan tolakan Alvin yang tidak mau.

Tapi perdebatan itu di menangi oleh Rafa, karena saat Alvin di dudukkan di kursi sendiri ia harus tenggelam di bawah meja karena meja nya yang cukup tinggi, dan juga tinggi badannya yang sangat kecil itu.

Membuat ia harus terpaksa dipangku oleh sosok Titan yang sayang nya adalah Daddy barunya.

"Kenapa harus di tubuh ini sih." Pikir Alvin sedih, seakan akan ia terjebak diantara Titan Titan di mansion mewah ini.

.
.
.
.
.
~Next

***Selamat membaca
Semoga enggak bosan ya sama ceritanya.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang