[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***"Bos, sebenarnya rencana bos apa sih?"
"Iya bos, bener kata Zio."
"Kalian berdua lebih baik diam! Lihat aja apa yang akan gue lakukan!"
Dari jauh Melvin sudah memperhatikan Al yang akan masuk ke toilet. Iapun segera menyusul ke sana diikuti kedua anak buahnya yang memandangi dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Melvin tak perduli kepada kedua orang itu, hari ini saatnya ia memulai pembalasannya.
Zio dan Evan hanya bisa menghela nafas mereka secara bersamaan.
Setelah memasuki toilet di sana, Melvin dapat melihat Al yang sedang mencuci tangannya di wastafel dan tidak menyadari akan kehadirannya. Sampai anak itu berbalik dan menatap malas kearah dirinya dan kedua anak buahnya yang sekarang sudah berdiri disisi kiri dan kanannya. Ia terus saja memperhatikan, sampai anak itu akan menyentuh kenop pintu, barulah satu kalimat terlontar dari mulutnya hingga menghentikan pergerakan anak itu.
Berbalik dengan senyum smirk yang terpatri diwajahnya.
"Mau pergi kemana anak pungut?" ucap Melvin seraya menatap punggung Al.
Al, anak itu awalnya ingin pergi dari sana, karena ia tak ingin meladeni ketiga anak itu. Tapi, saat mendengar kalimat yang terucap dari Melvin membuat ia segera berhenti, bahkan tangan yang memegang kenop pintu itu tergenggam dengan eratnya.
Al berbalik menatap tajam kearah mereka. Kedua tangannya terkepal erat dengan emosi di wajahnya.
"Lo bilang apa tadi?!" tanyanya yang penuh penekanan.
Melvin tertawa saat mendengar nada yang yang terucap dari anak di depannya yang terdengar berbeda."Wah kasar ya mulutnya," ujarnya.
Melvin terkekeh."Kalau Lo pengen denger lagi, maka gue akan mengulangi."
"Mau kemana anak pungut?" Ucap Melvin penuh ejekan yang terlontar untuk Al.
Al segera emosi dibuatnya."Jangan pernah panggil gue dengan sebutan anak pungut!" bentaknya.
Saking emosinya Al, membuat anak itu menggunakan Lo-gue. Padahal selama ia hidup disini ia tak pernah menggunakan sebutan itu didepan orang lain bahkan dikeluarganya sendiri. Tapi, ucapan dari anak didepannya ini membuat ia tak bisa menahannya lagi hingga kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Jangan marah dong, kan emang kenyataannya."
"Lo itu dipungut oleh keluarga Groston kan? Jadi, Lo emang pantes dipanggil anak pungut."
Setelah perkataan yang ia katakan terlontar, dapat Melvin lihat anak didepannya menjadi terdiam. Membuat ia semakin gencar untuk meneruskan kata-kata yang sudah ia siapkan beberapa hari belakangan ini.
Waktu itu, ia tak sengaja mendengar Ayahnya sedang berbicara dengan keluarga Groston. Hingga saat mendengar nama Alvin yang terucap dari mulut sang Ayah Membuat Melvin segera tahu siapa yang sedang dibahas Ayahnya itu bersama keluarga Groston itu, dan sebuah fakta bahwa anak didepannya ini hanyalah anak angkat dari sebuah keluarga sahabat Ayahnya.
"Orang tua kandung Lo kemana hm?"
"Pasti Lo anak pembawa sial ya? Makanya gak punya orang tua."
"Kok bisa-bisanya keluarga Groston ngangkat Lo jadi anak? Padahal kan Lo hanya bisa jadi beban untuk mereka."
Kata-kata penuh hinaan yang terlontar dari Melvin seakan tak mau berhenti.
Zio dan Evan terdiam membeku tak menyangka bosnya akan melakukan ini semua. Mereka tentu saja tahu keluarga Groston tapi, mereka tak pernah sekalipun tahu tentang Al. Menjadikan ini sebuah informasi yang mengejutkan untuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Fiksi Remaja~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...