[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***
***Di pagi hari yang cerah, Al sudah sampai di sekolahnya. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki kawasan sekolah dan menuju lift untuk menuju kelasnya. Baru saja akan menekan tombol lift itu, pergerakannya terhenti saat ada teriakan dari arah sampingnya.
"Tunggu!"
Al menoleh menatap seorang anak laki-laki yang tidak ia kenali berjalan mendekati dirinya.
Sampai tubuh yang sedikit tinggi darinya itu membuka suaranya, dengan senyum tipis yang terpatri dari wajahnya itu." Bisakah antarkan aku keruang Kepsek!" ujar anak itu yang terkesan memerintah dari pada meminta.
Al menatap aneh orang didepannya." Lurus terus, lalu belok kanan." jelas Al kepadanya dengan singkat. Ia hanya menunjukkan jalan tak ada niatan untuk mengantar anak didepannya ini.
Al berancang-ancang akan menekan tombol liftnya lagi, tapi bahunya langsung ditahan oleh anak itu.
"Aku tidak mengerti." ungkap anak itu dengan tatapan memelas nya.Al menghela nafasnya lelah dengan terpaksa ia harus mengantarkan anak ini keruang kepala sekolah. Melangkahkan kakinya terlebih dahulu, membiarkan anak yang dibelakangnya mengikuti langkahnya.
Sedangkan anak yang dibelakang Al menatap Al dengan senyum tipisnya, padahal ia sudah tahu dimana ruang kepala sekolahnya berada. Hanya saja ia memang sengaja menunggu kedatangan anak didepannya ini untuk mengantarkannya secara khusus kesana.
Mereka telah sampai didepan ruangan kepsek." Nah ini ruangannya, udahkan aku pergi dulu." ujarnya yang terdengar ketus, Al melangkahkan kakinya untuk berbalik pergi dari sana, tapi sekali lagi anak itu menghentikan langkahnya.
"Jangan pergi dulu!" Mohon nya.
"Kenapa?" tanya Al bingung, keningnya mengkerut menatap anak didepannya ini.
Anak itu tak menjawab, ia mengetuk pintu ruangan itu, hingga kepsek keluar dan berdiri dihadapan mereka, dengan tatapan bingungnya.
"Pak, ini anak mau ketemu bapak." ujar Al melihat keterbingungan kepala sekolahnya itu.
"Oh ini nak Vero ya?" Yang ditanya hanya berdehem menjawab pertanyaannya.
Kepala sekolah itu hanya tersenyum simpul, lalu ia menatap Al yang berdiri disamping anak itu."Nak Al, bisa tolong bapak tidak? Ia akan ditempatkan dikelas yang sama denganmu, jadi ajak dia bersama denganmu ya!" pinta sang kepala sekolah dengan lembut.
"Dia satu kelas dengan saya?" Al menatap sang kepala sekolah bertanya-tanya. Sang kepsek hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan.
Al melirik anak disebelahnya sekilas dengan helaan nafas berat. Iapun segera melangkahkan kakinya untuk pergi. Vero yang merasa ditinggal dengan cepat melangkahkan kakinya menyusul Al, hingga mereka berjalan berdampingan.
"Aku saranin jangan pilih kelas disana." ujar Al tanpa menatap anak disebelahnya itu.
"Kenapa?" tanya Vero bingung.
"Kelasnya ngebosenin, gak asik, pokoknya nggak enak banget, kecuali gurunya." jelas Al dengan ekspresi malasnya, sesekali anak itu akan mengerucutkan bibirnya kedepan. Terlihat imut dimata Vero yang melihatnya, membuatnya mengulas senyum manisnya.
"Selama ada kamu disana, aku gak akan pernah bosan." tutur Vero yang terdengar lembut.
Al menatap si Vero itu dengan tatapan anehnya. Bagaimana bisa anak ini mengatakan seperti itu didepannya dengan senyum manisnya itu.
"Ni anak kenapa?" pikir Al, menghiraukan anak disebelahnya itu, ia segera memasuki lift dengan anak yang bernama Vero.
Selama didalam lift tidak ada siapapun yang membuka suara, bahkan Al setelah sampai di dalam lift langsung berjongkok karena lelah berjalan dan berdiri terus.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Roman pour Adolescents~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...